Randu masih merapikan rok seragamnya di bilik toilet paling ujung ketika segerombolan cewek masuk diiringi suara berisik. Awalnya Randu tidak memedulikannya, sampai ia mendengar nama Sabda disebut.
"Dunia harus tau kalo gue seberuntung itu bisa satu sekolah sama cowok modelan Sabda!"
"Nyari di mana lagi coba spek sempurna kayak Sabda itu. Udah cakep, badan oke, jago main basket, plus otak encer lagi. Beuh mantu idaman mamak gue banget itu!"
"Yeu itu mah maunya elo! Gue juga sih, heheheh."
"Perasaan masih siang, kok udah ada yang mimpi aja?"
"Gak usah sirik. Harusnya lo-lo pada lebih ngiri sama si Randu tuh. Yang bisa gelendotin Sabda saban hari saban waktu."
"Katanya ada rumor, si Randu bisa deket sama Sabda itu karena dia mikat pake pelet!"
"Heh itu mulut rombeng dijaga napa. Keterlaluan banget siapa yang nyebar info itu?"
"Kaga tau gue. Lagian Randu sama Sabda tuh gak cocok, liat aja mereka biasa tengkar gitu. Kata gue mah selera Sabda bukan yang kayak Randu."
"Iya juga ya, speknya kerendahan menurut gue kalo jadian sama Randu, meski mereka keliatan sedeket itu."
"Keberadaan dia tuh kayak benalu tau gak sih? Gue merasa apa ya, si Randu ini manfaatin Sabda buat kepentingan dia sendiri. Itu cewek pasti ngincer ketenaran dan haus hormat. Kalo lagi sama Sabda, semua orang ikut segan sama itu cewek."
"Bener juga ya, kok gue kaga kepikiran hal ini sebelumnya. Pantes itu cewek betah, ternyata berakal bulus juga."
"Kaga tau diri banget kalo beneran begitu mah. Sabda harus dijauhkan dari mata-mata jahat kayak si Ran—"
Randu membuka pintu toilet, seketika keheningan menyergap bersama langkahnya yang ia bawa ke wastafel. Mencuci tangan di sana dengan tatapan semua cewek yang terasa seperti menusuk-nusuk wajahnya sekarang.
Setelah mengeringkan tangan, Randu menghadap ke arah cewek-cewek yang sedang terperangah itu.
"Kalo mau nyebarin rumor, minimal pastiin dulu kebenarannya. Kalian nggak mikir kalo sebarin rumor yang salah jatohnya bakal jadi fitnah? Gue yakin kalian yang cuma bisa ngomongin dari belakang gini bahkan nggak akan peduli apalagi tanggung jawab buat semua kekacauan yang tercipta nanti."
Randu tersenyum manis, sangat berbanding terbalik pada apapun yang keluar dari mulutnya tadi.
"Dan sorry, gue bukan tipe yang bakal manfaatin ketenaran orang lain untuk diri gue sendiri. Sabda terlalu berharga buat dijadiin ladang keuntungan kayak yang barusan kalian omongin."
Setelah mengatakan hal itu, Randu keluar dari toilet. Terdengar suara gaduh dari dalam tetapi Randu mengabaikannya. Kepalanya penuh memikirkan kejadian barusan. Inilah yang sedari dulu ia khawatirkan.
Saat ini Randu dihadapkan pada dua situasi yang saling bertolak belakang. Jika teman-teman sekelasnya sering menggodanya agar cepat jadian dengan Sabda, maka warga sekolah yang lain justru sebaliknya.
Sebagian besar dari mereka—terutama fans Sabda–seolah memojokkan Randu. Membuatnya jadi sasaran empuk untuk meluapkan emosi ketika idola mereka alias Sabda lebih banyak terlihat bersama cewek lain.
Maka dari itu, mengekspos hubungannya dengan Sabda bukanlah pilihan yang tepat untuk dilakukan sekarang. Popularitas Sabda makin lama juga makin melonjak tinggi. Membuat Randu merasa kecil karenanya.
Dulu saja, sebelum Randu dan Sabda berpacaran, banyak rumor miring menimpanya. Sekarang sudah ketambahan kalau Randu memelet Sabda agar bisa dekat dengannya sampai memanfaatkan ketenaran cowok itu untuk dirinya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet N Sour
Fanfiction•Sequel Poison & Wine―• Setelah berpacaran, Sabda dan Randu memutuskan untuk merahasiakan hubungan mereka dari dunia. Semuanya masih baik-baik saja sebelum rumor buruk meluap ke permukaan, membuat keduanya menghadapi situasi yang cukup sulit dan men...