04 :: gotcha

99 17 34
                                    

Minggu ini SMA Cendekia mengadakan Perkemahan Sabtu-Minggu atau yang biasa disebut dengan istilah Persami. Biasanya, Randu ogah banget ikut kegiatan melelahkan semacam ini.

Menyita weekend berharganya yang bisa ia manfaatkan untuk berleha-leha, tidak melakukan apapun seharian alias rebahan lagi, rebahan terus, rebahan mulu.

Tetapi karena paksaan dari monyet peliharaannya—ya siapa lagi kalau bukan Sabda—ia terpaksa menyetujui. Bukan cuma itu sih, lebih tepatnya ia bakal kena point pelanggaran jika tidak mengikuti karena kegiatan ini diwajibkan untuk seluruh kelas sebelas.

Kalau dipikir-pikir lagi, Randu sering absen pada kegiatan pramuka yang rutin diadakan setiap minggunya. Memang sengaja mangkir karena ia malas juga teman-temannya pada mendukung aksi tidak patut ditiru itu.

SMA Cendekia membagi kelas di dalamnya menjadi dua, yakni kelas cabor atau cabang olahraga dan kelas reguler. Kelas Randu termasuk kelas cabor. Yang delapan puluh persen diisi anak marching dan anak basket atau voli. Sisanya anak renang, pencak silat, dan kesenian tari.

Mereka-mereka ini unggul dalam fisik maupun kelicikan namun agak minus di otak. Jadi, kebandelan semacam kabur dari pramuka bukanlah hal baru. Bisa dibilang cenderung agak nekat dan gila.

Bagaimana tidak coba, teman sekelasnya beramai-ramai merencanakan bakal kabur sebelum pramuka dimulai. Mereka akan berkoordinasi mengumpulkan seluruh tas lalu membuangnya ke gerbang belakang sekolah. Kebetulan letak kelas Randu yang paling dekat dengan gerbang belakang.

Lalu mereka akan kompak keluar kelas dengan formasi lima-lima tanpa menenteng apapun—agar tidak dicurigai. Setelah berhasil keluar dari gerbang utama, mereka akan memungut tas masing-masing untuk selanjutnya pulang dengan merdeka. Ingat ya, tindakan ini hanya dilakukan oleh profesional saja dan tidak untuk ditiru amatiran.

Setelah penat dengan beragam materi kepramukaan yang Randu ikuti, akhirnya tiba saatnya waktu istirahat alias tidur. Meski tubuhnya lelah, namun mata Randu masih segar. Sama sekali tidak mengantuk hingga akhirnya Randu bosan, karena teman-teman lainnya sudah pada mengarungi alam mimpi.

Randu masih asyik memandangi langit-langit kelas yang disulap jadi tempat tidur siswa perempuan ketika cahaya silau menyakiti matanya. Berasal dari jendela depan yang membuat Randu menegakkan tubuh seketika.

Ia sudah akan menjerit kalau saja sosok Sabda yang memegang ponsel dengan flash menyala tidak muncul dari balik kaca jendela tersebut. Cowok itu menggumamkan sesuatu tapi Randu tidak mendengarnya.

Ia memilih mengendap-endap. Setelah berhasil menutup pintu dengan pelan, Randu menghela napas lega.

"Hape lo kena sita debt collector apa begimana dah?"

"Ck," Randu berdecak sambil was-was memperhatikan area sekitar. "Jangan keras-keras ngapa kalo nyocot!"

"Sekarang udah tengah malem kalo lo lupa. Pasti semuanya udah pada tidur."

"Lo lupa ada patroli malem?"

"Halah paling molor semua itu, yakin gue."

"Tau dari mana?" Randu menyipitkan mata pada Sabda. "Udah lo cek emangnya?"

Sabda menggaruk tengkuknya. "Kayaknya sih."

"Yeuh!" Randu geplak lengan Sabda seenak jidat. "Ngapain lo ke sini?"

Sabda nggak jawab. Cowok itu cuma senyam-senyum gaje.

"Ngapa lo? Kalo mau kesurupan jangan dulu plis, gue belum simpen nomor Pak Ustad Jamal."

Seketika, senyuman di bibir Sabda lenyap. Digantikan oleh bola matanya yang berotasi malas.

"Kadang gue heran deh, ngapa bisa gue macarin cewek macem lo."

Sweet N SourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang