"Tadi pagi ada yang nyamperin gue, adek kelas. Bilang kalo dia naksir gue terus ngasih coklat."
"Berapa biji tuh?"
"Satu sih, gue kasih Raka."
"Bukan coklatnya, dodol!" geram Randu, melemparkan plastisin berwarna coklat yang masih terbungkus plastik pada Sabda. Dengan ketangkasannya, cowok itu menghindar lihai sambil tertawa.
Randu mendengus. "Ada berapa biji dedek gemes yang nyamperin lo?"
"Tiga kayaknya, kalo gue nggak salah inget sih." jawab Sabda asal-asalan. "Terus lo tau Nesya nggak?"
"Ketua cheerleader yang mirip Ranty Maria itu?"
"Iya, yang itu." Sabda memasukkan keripik kentang dalam mulutnya. Sambil mengunyah, ia meneruskan. "Dia nembak gue masa, katanya udah naksir dari jaman MPLS, tapi baru berani ngomong sekarang."
"Populer juga ya lo, sehari bisa ditembak empat cewek sekaligus."
Kalimat Randu lebih terdengar seperti sindiran bukannya pujian dengan wajahnya yang datar.
Sabda yang sedari tadi duduk di sofa beralih menghampiri Randu yang lesehan di lantai sambil menempelkan plastisin berbagai bentuk di atas triplek persegi dengan ukuran sedang.
Ya, saat ini mereka lagi mengerjakan tugas biologi di rumah Sabda. Tepatnya di ruang tamu. Mereka mendapat tugas kelompok yang berisikan dua orang untuk membuat replika jaringan tumbuhan.
Sabda yang sudah menggambar sketsanya di triplek bisa bersantai sementara Randu bertugas menempelkan plastisin menyesuaikan bentuk sketsa yang cowok itu buat.
Sabda duduk bersila menghadap Randu sambil memeluk toples keripik ketika Randu menyadarinya.
"Ngapa lo?!" sembur Randu tanpa basa-basi.
"Judes amat."
"Kalo cuma mau ngerecokin gue, jauh-jauh sana, syuh."
"Gue mau nyuapin cewek gue yang kayaknya lagi cemburu ini." Sabda menyodorkan keripik di depan mulut Randu. "A!"
Randu melahapnya dengan lirikan tajam. "Gue? Cemburu sama botol kecap macem lo? Mimpi!"
Sabda tidak tersinggung dengan kalimat Randu yang asal jeplak begitu. Ceweknya justru terlihat makin lucu kalau lagi ngambek kayak sekarang.
Sementara Randu sibuk menyelesaikan tugasnya, Sabda hanya memperhatikan sambil sesekali menyuapi cewek itu.
"Omong-omong, lo nggak penasaran gue jawabnya gimana ke empat cewek yang lo cemburuin itu?" pancing Sabda.
"Gak."
Singkat, padat dan menohok. Meski begitu, Sabda tau kalau Randu sebenarnya penasaran, cuma gengsi setinggi langitnya tidak mengijinkan cewek itu bertanya lebih jauh.
Cowok itu menaruh toples di sebelahnya, lalu beralih meraih tumpukan sticky note bertuliskan berbagai macam nama bagian jaringan yang sudah Randu kerjakan sebelumnya.
Sabda mengangkat triplek persegi yang sedang Randu kerjakan.
"Ngapain?"
"Bantuin lo." Sabda beringsut mendekat hingga lututnya bersentuhan dengan lutut Randu. Lalu meletakkan triplek persegi itu di atas pangkuan mereka.
Cowok itu menempelkan sticky note-nya satu-persatu dalam diam. Membuat Randu sedikit deg-degan sebab jarak mereka terlalu dekat.
Jujur saja, ia masih tidak terbiasa dengan perubahan status mereka saat ini. Padahal ini bukan pertama kalinya mereka mengerjakan tugas kelompok berdua, namun kali ini terasa berbeda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet N Sour
Fanfiction•Sequel Poison & Wine―• Setelah berpacaran, Sabda dan Randu memutuskan untuk merahasiakan hubungan mereka dari dunia. Semuanya masih baik-baik saja sebelum rumor buruk meluap ke permukaan, membuat keduanya menghadapi situasi yang cukup sulit dan men...