Awal

681 58 9
                                    

Kamis, 10.40 WIB

Suara bising dari dalam kelas, cukup menggangu indra pendengaran. Para siswa yang saling melempar canda juga tawa antara satu sama lain, dengan beberapa siswa yang memilih untuk pergi kealam mimpi-Nya. Kecuali seorang siswa bernama lengkap Schevenko David Tendean, atau yang kerap dipanggil Skylar.

Berbeda dengan kebanyakan siswa lain-Nya. Skylar cenderung cuek, acuh tak acuh. Pemuda itu justru sibuk dengan buku tebal yang sedang ia genggam.

Memakai kacamata tebal-Nya, ia perlahan mulai membaca buku-Nya, lembar demi lembar. Memang terlihat seperti siswa culun, effect dari kacamata juga buku tebal yang sedang ia baca.

Jujur saja, Skylar dulunya hanyalah seorang siswa berandalan biasa, yang hampir setiap harinya membuat kericuhan. Terutama saat Skylar menduduki bangku kelas 10 dan 11 SMA. Hingga waktu kini kian merubah-Nya, perlahan namun pasti. Membuat-Nya menjadi seorang pribadi yang murung, bahkan enggan berbicara maupun berkomentar barang sepatah katapun.

"Lerr.. asyik banget ya sama bukunya?", sepasang mata itu terus memandangi-Nya sedari tadi dengan tatapan penuh arti. Skylar sedikit melirik kearah-Nya dengan deheman kecil sebagai jawaban atas pertanyaan yang -Irrad berikan pada-Nya.

Berbeda dengan sorot mata milik Irrad yang penuh arti, segerombolan siswa dibangku sebrang justru saling mengisyaratkan, dengan sesekali menatap kearah Skylar juga Irrad. Terkadang terdengar komentar yang tertuju kearah Irrad yang tampak konyol dalam mencari perhatian Skylar.

Skylar nampak tak mengadahkan segerombolan siswa itu, atensi-Nya terlanjur hanyut dalam buku yang sedang dibaca-Nya. Hingga Skylar menyadari, adanya Geraman marah dari sesosok insan disebelah-Nya. Tangan-Nya terkepal erat dengan sorot mata yang menatap tajam.

Geraman marah yang dihasilkan oleh Irrad justru menjadi hiburan bagi siswa-siswa itu, mereka tertawa dengan sedikit bersorak kearah-Nya. "Bro, percuma ngomong sama orang bisu", sarkas-Nya menunjuk pada Skylar.

Hingga gebrakan meja terdengar begitu nyaring, membuat perhatian siswa lain-Nya menuju kearah mereka, menjadikan-Nya bahan tontonan yang sepertinya sayang jika terlewakan. "Jangan seenaknya ngomongin Skylar bangsat!", umpatan yang dilayangkan oleh Irrad membuat lawan bicara-Nya bersiul mengejek, dengan sedikit kerutan di kening-Nya.

"Kenyataannya bener bisu, gabisa ngomong", sarkas-Nya lagi. Kali ini Irrad benar-benar dibuat emosi, ia melangkahkan kaki-Nya, mendekat kearah siswa yang sedang menjadi lawan bicara-Nya.

Dengan kesal Irrad menarik kerah seragam siswa itu, membuat-Nya mendekat kearah-Nya. "RAYOSDELSO BANGSATT!!" ,umpat-Nya tepat pada telinga siswa bermarga -Rayosdelso itu.

Perasaan Skylar campur aduk, cemas sekaligus sedikit emosi. Perlahan tangan-Nya terulur dengan sendiri-Nya, memegangi ujung seragam milik Irrad. Skylar sedikit menarik-Nya kasar ketika mendapati Irrad yang ingin melayangkan tinju-Nya.

"..."

Empat mata, milik Skylar juga Irrad bertemu, saling mengisyarat, milik Skylar yang sendu mengartikan jika ia ingin pergi. "Jangan.. jangan lagi", pinta Skylar lirih, Irrad dibuat termangu sepersekian detik oleh-Nya.

Dagunya kini terangkat, tak lagi memandang netra sendu itu. Cengkraman Skylar terlepas dengan sendiri-Nya, digantikan dengan Irrad yang menggenggam tangan-Nya erat. menarik-Nya pergi meninggalkan kelas, selagi tak ada guru yang mengajar.

kaisky- Dirimu Seindah RembulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang