Sakit

490 50 4
                                    

Jum'at 06.22

Cahaya remang-remang dapat Skylar rasakan, membuat-Nya sedikit terusik hingga akhir-Nya terbangun. Tangan-Nya meraih ponsel di atas nakas, samping tempat tidur-Nya. Ia menatap layar handphone milik-Nya yang sudah menunjukkan pukul setengah tujuh pagi.

Entah mengapa, Kepala-Nya terasa begitu berat dengan sedikit berdenyut. Membuat-Nya memijat pelipis-Nya, dengan mata yang terpejam kembali. Ia bergumam tak jelas, suhu tubuh-Nya mendadak meningkat.

"Hufft.. huftt", Skylar mengambil napas dalam-dalam, atensi-Nya kembali tertuju pada handphone milik-Nya yang terdapat notifikasi dari abangnya-Xinnn juga Irrad. Deretan pesan dapat ia lihat, namun enggan untuk menjawab-Nya. Kepala-Nya terlalu pusing, ia tak tahu apa penyebab-Nya.

Bukankah kemarin ia tak melakukan apapun?

Sudah dipastikan, hari ini ia tak akan berangkat sekolah. Surat izin-Nya akan ia susulkan besok, ia akan beristirahat penuh hari ini.

"Haaa..", Skylar menghela napas-Nya berat, ia dengan berat hati turun dari kasur-Nya, dengan membawa selimut untuk menyelimuti tubuh-Nya yang menggigil. Langkah-Nya terhenti tepat didepan wastafel, ia menatap pantulan cermin yang memantulkan diri-Nya sendiri.

Netra-Nya memandang pantulan diri-Nya yang saat ini berantakan total, dengan netra yang sedikit memerah. "David kangen bunda.. kenapa harus nyusul ayah?", gumam Skylar, tangan-Nya tergerak mengusap mata-Nya yang kian sembab.

Jujur saja, diri-Nya memanglah lemah. Terutama saat sakit menyerang-Nya. Ia akan memutar semua memori menyedihkan yang ia pernah alami sebelum-Nya.

"Katanya.. bunda waktu itu nantangin David jadi anak culun, jadi anak baik sehari aja?", Skylar sesegukan, hingga ia menjeda kalimat-Nya sesaat guna mengambil napas. "Ini malah keterusan bun.. harusnya bunda nyuruh David berhenti.", lirih-Nya, air mata-Nya mendadak tumpah detik itu juga.

Tangan-Nya berusaha meraih keran, segera menyalakan-Nya lalu membasuh wajah-Nya yang kian semakin memerah. Segera setelah-Nya ia kembali melangkahkan kaki jenjang-Nya menuju dapur.

Ia mengacak-acak laci-Nya, mencari keberadaan obat milik-Nya. Obat-Nya hanya tersisa dua butir saja, membuat-Nya tanpa pikir panjang langsung menelan kedua-Nya tanpa sedikitpun air.

Pikiran-Nya melayang-layang, terlebih suhu tubuh-Nya yang kian semakin meningkat. Membuat-Nya lemas dan berakhir terduduk di kursi dengan tangan yang menumpu tubuh-Nya yang rentan.

"Heuk.."

"Lerr!!"

Skylar memincingkan mata-Nya, samar-samar melihat bayangan seseorang yang sedang melambai dari jendela rumah-Nya. Segera-Nya senyuman manis terukir pada raut wajah-Nya, dengan antusias Skylar segera menghampiri-Nya

Langkah-Nya perlahan, namun ia berhasil membuka gerbang. Menyambut kedatangan Xinn dengan senyuman lebar-Nya.

"Lu kenapa? gua chat ga dibales, telp juga dibiarin.. belum siap-siap juga, bolos?", tanya Xinn panjang lebar. Sorot mata-Nya menatap Skylar lekat, tampak khawatir dengan Skylar yang tampak pucat.

Tak membiarkan Skylar menjawab, Xinn dengan sigap menarik Skylar mendekat kearah-Nya, lalu mengelus pipi Skylar yang panas, "kenapa lagi..", keluh-Nya yang membuat sang empu tertawa garing.

"Aauh.."

Segera Xinn mengangkat Skylar dalam Pelukan-Nya, lalu menggendong-Nya ala koala. "Sakit lagi, jangan banyak pikiran.", tegas Xinn yang dibalas anggukan oleh Skylar, "iyaa!". Xinn terkekeh geli, segera ia membawa Skylar masuk lalu mendudukkan-Nya di sofa.

"Gua bawain sarapan, dimakan dulu", Skylar lagi-lagi mengangguk. Ia segera mengambil bungkusan bubur yang Xinn bawa. seperti-Nya pria itu tau jika ada yang tidak beres dengan-Nya hari ini.

"Nanti gua bilangin lu izin, istirahat aja", atensi-Nya menatap lekat kearah Skylar yang sedang menyuap bubur, "iyaa.. makasih udah mau direpotin lagi..". Xinn sontak menggeleng ketika mendengar-Nya, jika boleh jujur ia justru senang jika Skylar mau membebani-Nya, layak-Nya seorang adik menurut-Nya.

"Pelan-pelan makannya"

.

.

12.44 WIB

"Satt, bolos satu circle jirlah", sarkas Sans menatap satu-persatu teman-Nya. Atensi-Nya kini tertuju pada Buts yang sedang menyalakan nikotin milik-Nya, "kita mah bareng, lo yang emang membandel sendiri", cibir Buts yang sukses membuat Sans mendelik tak terima.

"Yee gua juga bawa temen kali", bela Sans yang membuat Buts sedikit mendongak menatap-Nya. "Noh anaknya Dateng", tunjuk Sans kearah salah satu siswa yang sedang membawa dua kap kopi. Sans tersenyum miring kearah Buts, ia dengan jahil mengangkat satu kaki-Nya. "Hati-hati pii!", teriak Sans sedangkan Buts yang sadar lantas mendelik.

"Bangs- AHH!"

Buts meringis, ketika merasakan rasa sakit pada punggung-Nya yang terbentur, juga panas pada dada-Nya. Cairan berwarna coklat tua meluber kemana-mana, beruntung ia tak mengenakan seragam OSIS saat ini.

Segera Buts mendorong tubuh pemuda yang menimpa-Nya, juga membuang nikotin-Nya kesembarang arah. "Bangsat! Sanss, panas goblok", umpat-Nya sembari mencoba berdiri.

Koboy yang melihat-Nya lantas mencibir, "marahin aja, ngeselin gitu Sans!", Sans yang mendengar-Nya lantas mencoba mengelak. "Jangan lah boy, sorry bang!", ucap-Nya yang dihiraukan oleh Buts, pemuda itu sibuk mengelap seragam-Nya yang basah kuyup akibat terkena tumpahan kopi.

"Sorry"

Buts reflek mendongak, menatap kearah sumber suara. "Gamasalah" balas-Nya jutek, membuat Lutpi tersenyum canggung. Entah mengapa atensi-Nya tertuju pada area leher Buts yang sedikit memerah, hingga tangan-Nya tanpa sadar tergerak untuk mengelus-Nya.

"Ssshh.. anjing jangan! sakit..", desis Buts ia menepis tangan milik Lutpi yang berada pada leher-Nya. "Merah.. obatin dulu keburu melepuh", tawar Lutpi mengalihkan perhatian. Sedangkan sang empu-Nya tampak berpikir sejenak, sebelum akhir-Nya mengangguk setelah merasakan leher-Nya yang semakin terasa perih.

Kiboy menatap malas kepergian 2 siswa seangkatan-Nya itu, atensi-Nya kini beralih pada sesosok pemuda di sudut ruangan. Sedari tadi pemuda itu sibuk dengan ponsel milik-Nya, sesekali menghisap vape dengan wajah yang terkesan muram. "Ngapa kai?", tanya Kiboy membuka suara, tak biasa-Nya pemuda itu diam.

Belum sempat sang empu-Nya menjawab, Sans sudah terlebih dulu menimpali, "Sky sakit, cemburu kali liat Sky nempel Xinn terus", jelas Sans panjang lebar. Sukses membuat Kiboy menggeram marah, congor lu Sans, dijaga", cibir Kiboy yang dibalas cengiran dari Sans. "Santai boy, lagian lu juga ah congar-congor jirlah", ucap-Nya sembari memeluk badan-Nya sendiri.

"Lu mau kemana kai?", tanya Kiboy ketika melihat Kairi yang berjalan pergi tanpa memperdulikan keberadaan mereka berdua. "Kaiii!", Kiboy segera berlari menyusul Kairi yang sudah berada di sebelah motor-Nya, ia menarik ujung seragam milik Kairi sedikit kuat, membuat sang empu sedikit berdecak.

"Anjingg! gua ikutt!", teriak Kiboy yang dibalas getokan pada kepala-Nya. "Berisik ceboll! buruan!", murka-Nya, helm milik-Nya ia gunakan untuk menggetok kepala pemuda dihadapan-Nya. "Sialan! gua cuma mau liat bang Xinn..", rengek Kiboy.

Kairi yang melihat-Nya lantas menghela napas-Nya berat, sembari menyalakan mesin motor-Nya.

"Bangsat.. ditinggal gua cok! Cw kemana sialan"

.

.

Gantiin idup guaa pleasee:(

Vote vote!!

kaisky- Dirimu Seindah RembulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang