Indah

446 58 7
                                    

17. 40 WIB

Melewati lampu-lampu disepanjang jalan perumahan, laju motor-Nya pelan. Agar tak mengganggu pemuda yang sedang terlelap dibelakang-Nya.

Kairi terkekeh ketika atensi-Nya sesekali mencuri pandang dari spion motor-Nya. Netra-Nya tertutup indah, dengan bulu mata yang terlewat lentik. Skylar menyandarkan kepala-Nya pada bahu milik Kairi. Tangan lentik-Nya juga masih setia memeluk erat perut-Nya dengan sesekali meremas mencari kehangatan.

Bagaimana bisa ia baru tersadar, jika sesosok insan dibelakang-Nya ini begitu indah lan menawan. Layak-Nya seorang gadis saking cantik-Nya.

Menit demi menit berlalu, Kairi mengelus tangan Skylar dengan sedikit mengguncang. Berniat membangunkan sang empu-Nya dengan cara baik-baik. "Sky? bangun.. udah sampe", intonasi-Nya terdengar sedikit lembut, tak seperti sebelum-Nya yang terkesan kasar dan blak-blakan.

Merasakan ada-Nya elusan pada tangan-Nya, netra-Nya perlahan terbuka. Kembali menutup kala menyesuaikan cahaya yang menyilaukan. Ia melihat sekeliling, kemudian menunjuk kearah rumah bercat abu-abu dengan banyak bunga disekeliling-Nya.

"Disitu", Kairi mengangguk, setelah-Nya ia menghentikan motor-Nya tepat di depan rumah milik Skylar. Sedangkan sang empu-Nya segera turun, sembari mengusap mata-Nya yang seakan ingin tertutup kembali.

"Makasih.. mau mampir dulu? udah Maghrib", tawar-Nya yang sukses membuat Kairi tersenyum penuh kemenangan. "Bolehh", jawab-Nya segera tangan-Nya beralih menyerahkan sebungkus martabak telur yang telah ia beli tadi.

Skylar menatap-Nya sejenak, sebelum akhir-Nya mengambil bungkusan tersebut membuat Kairi terkekeh kembali, "tadi ngelewatin, sekalian beliin buat kamu", ucap Kairi yang dibalas anggukan oleh sang empu-Nya.

"Makasih.. sini masuk", tawar Skylar kembali. Ia merogoh saku jaket milik-Nya, mencari sebuah kunci sebelum akhir-Nya membuka pagar rumah-Nya. Skylar melangkahkan kaki-Nya masuk kedalam rumah, diikuti oleh Kairi yang berada dibelakang-Nya, layak-Nya seekor anak yang mengikuti induk-Nya kemanapun.

"Duduk dulu yya..", pinta Skylar lembut. Membuat langkah kaki Kairi terhenti, atensi-Nya seketika menuju kearah sofa putih yang berada dalam ruang tamu tersebut. Sedangkan Skylar sendiri hanya menatap-Nya dengan senyuman kecil, merasa ada-Nya hawa canggung disekitar.

.

.

Kini Skylar tengah terdiam, merenung dengan tangan yang terus mengaduk secangkir teh yang belum terdapat gula didalam-Nya. Ia telah mengganti pakaian-Nya dengan stelan kaos berwarna putih dan celana selutut.

Tangan satu-Nya menopang dagu-Nya seakan berpikir. 'pemuda itu aneh.. tak jelas' batin-Nya setelah memutar memori kejadian yang menimpa-Nya siang tadi. Bagaimana bisa, pemuda bermarga 'Rayosdelso' itu merubah sifat-Nya menjadi 180⁰, yang dimana membuat-Nya bingung setengah mati.

Ah lupakan saja batin-Nya, Skylar kini beralih mengangkat sebuah nampan berisikan sepiring Martabak telur dengan dua cangkir teh. Langkah kaki-Nya menuju kearah ruang tamu, atensi-Nya kini mengarah pada Kairi yang tengah memandang kearah jendela.

Skylar meletakkan nampan-Nya dimeja, kemudian mendudukkan pantat-Nya pada sofa putih, bersebelahan dengan Kairi. "Kenapa?", tanya-Nya memecah keheningan, membuat pemuda disebelah-Nya membelakkan mata-Nya terkejut. Seakan sebelum-Nya tak menyadari ada-Nya kehadiran Skylar.

Keempat mata itu kini bertemu, saling terpukau dengan indah-Nya netra satu sama lain. Hingga kini Kairi tak sadar, ia terlanjur hanyut dalam pesona sesosok insan dihadapan-Nya. "Bunganya indah, seindah kamu. Namun sayang sekali..", ucapan-Nya terjeda sejenak.

Tangan-Nya beralih melepas kacamata tebal yang Skylar gunakan, seakan merasa terganggu dengan ada-Nya benda tebal tersebut. "Kacamata tebal ini mengganggu keindahanmu", sambung-Nya, membuat bola mata Skylar membesar sedikit terpana dengan penuturan tersebut.

Kairi terkekeh, gemas dengan reaksi yang Skylar berikan untuk-Nya. Ia mengelus surai Skylar lembut, dengan sedikit menyingkirkan anak rambut yang mengganggu pandangan-Nya.

Jantung kedua-Nya berdebar, Skylar dapat merasakan-Nya. Muncul gejolak asmara dalam diri-Nya yang semakin lama membuat-Nya tak nyaman. Skylar memalingkan wajah-Nya, tak lagi menatap netra memabukkan itu. "Tehnya diminum.. mumpung masih hangat", elak-Nya yang sontak membuat Kairi tersadar.

Ia buru-buru mengangguk, dengan segera mengambil salah satu cangkir dihadapan-Nya, meneguknya perlahan. Namun entah mengapa.. rasa-Nya begitu pahit, namun tak tega kala melihat Skylar yang kini tengah menatap-Nya sendu.

Satu tegukan terakhir, ia sudah tak kuat menghabiskan-Nya. Cangkir-Nya ia letakkan kembali pada tempat asal-Nya dengan mencoba mencari topik pembicaraan. "Kamu tinggal sendiri?", tanya-Nya yang dibalas anggukan oleh Skylar, sorot mata-Nya kini tampak menatap kearah lantai.

"Kamu berubah sekali dalam kurun waktu setahun ini", tanya Kairi kembali. Skylar mendongak mendengar penuturan tersebut, ia menyunggingkan senyum yang terkesan kaku, "banyak hal yang terjadi, aku tak bisa terus seperti itu", jelas-Nya.

Kairi mengangguk, lalu setelah-Nya menghela napas panjang, tangan-Nya kini terkepal erat. "Mungkin sulit untuk dimaafkan.. tapi kumohon, beri aku kesempatan.. kesempatan untuk mendekatimu, mengenalmu lebih jauh."

Skylar tertegun mendengar-Nya, tak dapat melihat ada-Nya kebohongan dari netra pemuda tersebut. Membuat-Nya tersenyum sekilas, "tak apa.. kamu bisa mencoba-Nya", tutur-Nya membuat Kairi tersenyum lebar.

"Terimakasih..", Kairi terkekeh, ia beralih mengambil tangan Skylar. Menggenggam-Nya erat, mengecup-Nya lalu membawa-Nya untuk mengelus pipi-Nya.

"Can I have some kisses here?"

"Please.."

.

.

.

Lama ga up nihh, gua sakit terus.. heran banget.

Vote yaw

kaisky- Dirimu Seindah RembulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang