Langit Sore Kala Itu

30 1 0
                                    

"Karena aku percaya takdir terbaik itu ada, semoga kita bisa bertemu di sana."

°°°


Aku berencana main di rumah Nella, sepulang sekolah setelah aku meminta ijin kepada ibuku saat itu. Nella bilang hari ini ayahnya tidak pulang ke rumah, hanya ada bundanya saja. Bunda Nur, bisa ku panggil seperti itu.

"Bun, masa sih Nella confess ke guru yang dia suka sih?" Adu aku pada bunda Nur.

"Ah, masa? Beneran Nell?"

Nella saat itu hanya menyengir tak berdosa. Bunda Nur menatap Nella tak habis pikir.

"MashaAllah anak bunda."

"Maaf, abisnya Nella gak tahan, lagi pula kalo kalo terlalu lama mendem perasaan itu kan juga dosa." Ucap Nella.

Bunda Nur mengusap puncak kepala Nella yang tertutup kerudung.

"Gak papa, bunda gak marah."

Aku memperhatikan mereka berdua.

"Terus kumaha kata guru kamu?" Bunda Nur bertanya.

"Dia bilang terimakasih sama Nella, abis tuh Nella pergi deh." Pengakuan Nella sama sekali tidak membuat bunda Nur marah. Tetapi dia hanya menggeleng sambil tersenyum.

"Gitu doang?"

"Iya, aku malu sih, tapi kan..." Nella menggantung ucapannya.

"Tidak papa, kamu boleh suka sama dia, tapi jangan paksa dia buat suka sama kamu." Ucap bunda Nur.

"Dia paham agama bun, dia baik, dia sopan sama perempuan." Ucap Nella.

Bunda Nur melirik kearah ku.

"Jangan terlalu berharap kepada manusia, karena taruhannya adalah kecewa." Ucapnya.

"Belajar dari kisah nabi yusuf dengan zulaiha, ketika zulaiha mendekati nabi yusuf dengan nafsunya, maka Allah jauhkan zulaiha dengan yusuf. Tapi ketika zulaiha bertobat kepada Allah dan memperbaiki kehidupannya, Allah yang mendekati yusuf kepadanya."

Sedikit banyaknya aku mulai paham apa maksud bunda Nur kala itu, aku mengerti betapa indahnya ridho Allah.

"Aku juga suka sama seseorang, bun, tapi aku gak berani bilang." Ucapku.

"Loh kunaon? Perasaan itu wajar, kal." Wajah bunda sedikit terkejut.

"Aku takut jadi beban dia."

Bunda Nur tersnyum tipis.

"Bunda, laki-laki yang ikal suka anaknya tante Suci." Ucap Nella, aku menatap Nella cepat.

"Ouh dia, subhanallah."

"Bunda jangan bilang-bilang ya! Nella rese nih, aelah lohhh!" Aku sungguh malu ketika bunda Nur sepertinya tidak kaget akan hal itu.

"Tenang atuh, bunda gak akan bilang ke dia kok." Bunda Nur terseyum.

"Bunda tau gak sih? Ikal itu suka sama dia udah dari lama tau bun!" Adu Nella, lagi-lagi aku merasa malu ketika Nella mengadu pada bunda Nur. Sungguh, bunda Nur sepertinya penasaran dengan cerita Nella.

"Ouh ya? Dari kapan?"

"Dari kelas lima bun, masa iya kan bunda!"

"Apaan sih nell!" Aku benar-benar tak habis pikir dengan Nella.

Bunda tersenyum kearah ku.

"Dia anak baik loh, kal, anak yang taat agama, dia gak pernah bentak ibunya sekalipun dia marah, bahkan dia sangat sayang kepada ibunya." Ucap bunda Nur.

Assalamu'alaikum Pak Masinis! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang