Maaf

92 18 0
                                    

Hinata kembali ke kamar rawatnya. Seorang suster memberikannya makanan dan beberapa obat yang harus dia minum. Shikamaru duduk disamping ranjang Hinata. Orangtua gadis itu sedang tidak ada. Shikamaru menatap sekeliling ruangan tersebut.

"Orangtuamu kemana?" Hinata berhenti mengunyah dan menatap pemuda disampingnya.

"Tou-san ku harus kerja dan kaa-san pulang dulu ke rumah. Mereka akan kembali nanti sore" Shikamaru hanya mengangguk.

Hinata tidak banyak berbicara dia bingung harus mengatakan apa. Dia tidak pernah membayangkan Shikamaru akan datang menemuinya seperti ini. Dia sangat terkejut karena mereka hanya bertukar surat saja dulu lalu kenapa laki-laki itu sampai-sampai mencari begitu. Ya meskipun Hinata sendiri tidak pernah benar benar lupa akan surat itu. Dia selalu ingin membalas surat terakhir Shikamaru tapi dia takut akan bernasib sama seperti kakaknya dan saat itu dia kan merasa berat sekali meninggalkan laki-laki itu. Maka lebih baik mengakhiri sebelum dia terhanyut lebih jauh.

"Kau punya ponsel?"

"Hah?"

"Kau punya ponsel?" Tanya ulang Shikamaru padanya.

"Ada sebentar" Hinata membuka laci kecil di meja samping Shikamaru. Dia jarang bermain ponsel kecuali untuk menghubungi orang tuanya saja. Jadi Hinata menyimpannya dilaci kalau dia tidak membutuhkannya.

"Memangnya kau mau apa?" Dia mengambil ponsel ditangan Hinata. Dia menghiraukan pertanyaan gadis itu tadi.

"Didalamnya sudah ada nomor ponselku dan aku sudah mengsave nomormu. Dengan begitu aku tidak akan susah menemukanmu lagi" gadis itu hanya diam menatap Shikamaru dengan tatapan kosong.

"Kenapa?"

"Kenapa apanya?"

"Kenapa kau menemuiku?" Shikamaru menatap lekat Hinata. Dia menyimpan ponsel itu dimeja. Lalu pemuda itu tersenyum manis.

"Ternyata kau memang tidak menyukai kedatanganku" Shikamaru tertawa miris.

"Bukan seperti itu" sanggah Hinata.

"Aku hanya heran. Kejadian itu sudah lama. Kenapa kau harus menemuiku? Kau bisa melupakannya bukan? Kenapa harus mencariku"

"Entahlah. Mamangnya kau sudah melupakan aku Hinata?" Hinata terdiam dan menunduk. Dia tidak pernah melupakan Shikamaru karena dia sahabat pena yang membuat Hinata bersemangat menjalankan hari-harinya. Namun semenjak dia tidak lagi bertukar surat, Hinata selalu merasa sangat kesepian dan dia semakin takut dia kalah dari penyakitnya.

"Kurasa kau juga sama sepertiku Hinata" Shikamaru mengusap kepala Hinata. Dia tersenyum ketika Hinata menatapnya. Sepertinya bukan hanya dirinya yang merindukan gadis itu tapi Hinata juga merindukannya.

'Tuhan aku tidak mau pergi dulu. Aku ingin bersamanya lebih lama lagi' ucap Hinata dalam hatinya. Dia ingin bertukar cerita seperti dulu. Dia ingin mendengar apa yang laki-laki itu ceritakan. Dia ingin melihat langit itu sebentar lagi. Jadi berilah dia waktu lebih lama untuk bertahan. Tiba-tiba air matanya menetes.

"Maaf" Hinata menangis dan menunduk. Dia tidak tahan lagi. Dia sangat bahagia Shikamaru menemuinya. Dia senang bisa melihat sahabat penanya. Dia bahagia bertemu sosok dibalik langit yang sering dia tatap.

"Maaf karena aku tidak membalas suratmu"

"Tidak apa-apa. Kau bisa membalasnya nanti bukan?" Hinata mengangguk. Shikamaru memegang tangannya.

"Maka kau harus sembuh" dia mengangguk lagi.
______________________________________
Shikamaru menundukan pandangannya. Dari tadi Hiashi menatapnya tajam. Shikamaru meneguk ludahnya. Kenapa jadi secanggung ini.

You Belong With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang