Laut

82 14 1
                                    

Seperti hari sebelumnya Shikamaru mengunjungi Hinata lagi. Dia membawa buket bunga levender kesukaan perempuan itu. Hari ini dia berniat mengajak Hinata keluar. Awalnya Hinata menolak, dia selalu bilang bahwa jika Shikamaru membawanya keluar hanya akan merepotkan pemuda itu. Shikamaru yang bersikeras membawa Hinata akhirnya meminta izin langsung kepada orangtua perempuan itu ditambah dia berkonsultasi kepada dokter mengenai hal tersebut. Sesudah restu orangtua dan dokternya didapat, tidak ada alasan lagi bagi Hinata untuk menolak ajakannya.

Hinata merapihkan pakaiannya. Biasanya dia menggunakan seragam pasien tapi hari ini dia menggunakan baju lain. Dia menggunakan dress mocca selutut dengan motif bunga-bunga dikainnya. Tidak lupa sepatu flatshoes berwarna cream. Hinata melihat dirinya didalam cermin. Meskipun dia menggunakan baju yang berbeda orang-orang tetap akan tahu bahwa dia sedang sakit. Dia meraba kepalanya yang tertutup. Apa dia batalkan saja ajakan Shikamaru. Dia tidak mau membuat pemuda itu dipermalukan.

"Selesai. Anda terlihat cantik nona" Hinata tersenyum mendengar ucapan suster yang membantunya berpakaian.

"Terimakasih"

"Pasti tuan itu sangat terpesona melihat anda" Hinata tersipu malu atas pujian itu. Dia merasa tidak secantik yang suster itu katakan. Masih banyak perempuan yang lebih sempurna daripada dirinya. Maka untuk membuat Shikamaru terkesima mungkin itu sedikit berlebihan.

"Saya tinggal dulu nona" Hinata mengangguk. Suster itu meninggalkannya sendiri. Jantung Hinata berdetak lebih cepat. Apa karena dia akan pergi dengan pemuda itu. Hinata menggelengkan kepala. Dia tidak boleh terbawa perasaan. Shikamaru hanyalah temannya dan pemuda itu juga menganggapnya seperti itu. Hinata memang tidak pernah merasakan jatuh cinta kepada laki-laki sebelumnya. Maka sekarang dia binggung apa perasaan yang dirasakannya itu adalah rasa suka. Jika iya dia mohon lebih baik perasaan itu mati.

"Pagi"

"P-pagi" ucap Hinata.

"Kau cantik sekali hari ini" ucap pemuda itu. Dia menghampiri Hinata dan berjongkok agar bisa sejajar dengannya. Shikamaru memberikan buket bunga kepada Hinata. Dengan malu malu dia mengambilnya.

"T-terimakasih atas bunga dan pujiannya" ucap Hinata pelan sambil menunduk.

"Ayo" Pemuda itu berdiri kemudian mendorong kursi roda Hinata.

"Kita akan kemana?" dari kemarin Hinata penasaran Shikamaru akan mengajaknya kemana sebab pemuda itu tidak memberitahunya.

"Nanti juga tahu" sebuah jawaban yang tidak memuaskan rasa penasarannya sama sekali. Sudahlah Hinata menurut saja daripada pemuda itu terus menggunamkan kalimat itu melulu.

Diperjalanan mereka tidak banyak mengobrol. Shikamaru fokus menyetir dan Hinata sibuk dengan pikirannya sendiri. Sebenarnya banyak hal yang ingin Hinata tanyakan tapi dia tidak berani menanyakannya. Dia takut dibilang terlalu ingin tahu. Bagaimana juga Shikamaru dan dirinya tidak sedekat itu. Hati kecilnya ingin tahu alasan mengapa Shikamaru ingin menemuinya. Hinata bisa melihat bahwa pemuda itu tidak sepenuhnya jujur. Shikamaru selalu menggodanya setiap Hinata menanyakan pertanyaan itu. Seolah-olah mengalihkan Hinata agar tidak membahasnya. Sebenarnya apa yang terjadi pada hidup Shikamaru.

"Mengapa menatapku terus?" Tanya Shikamaru ketika memergoki Hinata yang sedang menatapnya.

"T-tidak" perempuan itu sedikit salah tingkah. Shikamaru tersenyum, jelas-jelas dia melihat dengan Hinata yang terus menatapnya.

"Ada yang ingin kau tanyakan? Atau kau hanya ingin memandangiku saja?" Hinata memalingkah wajahkan kearah jendela. Dia tidak mau pemuda itu melihat wajahnya yang seperti kepiting rebus.

"Tidak juga" elaknya. Shikamaru tidak berhenti tersenyum.

"Aku tahu aku sangat tampan" Hinata seketika melihat Shikamaru.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 18 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

You Belong With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang