"Pertemuan pertama dengannya"

164 11 0
                                    

Danielle POV
Aku selalu teringat hari itu, dimana semuanya berawal dari kelas matematika Pak Anhi, disaat aku masih berumur 14 tahun, tepatnya kelas 8 SMP. Kebiasaanku adalah menggambar agar tidak tertidur di kelas membosankan itu, dan kedua kalinya membuat Pak Anhi memanggilku.
Author POV
"Danielle!" Pak Anhi memanggil nama Danielle yang sibuk sendiri dengan kertas didepannya, Danielle malah menguap dan tidak mendengar panggilan Pak Anhi. "Hmmm. Danielle!" Pak Anhi makin kesal, Haerin yang duduk didepan Danielle menyenggol tangannya. Danielle lalu terkejut, Haerin menggerakkan kepalanya menuju Pak Anhi, Danielle melihat semua orang dikelas memandangnya. "Coba ini jawabannya berapa ya Danielle?" Pak Anhi mencoba memperingatkan Danielle. "Eee, 18 Pak." Danielle dengan yakin menjawab. "Hmmm, kalau kau tidak mau ikut dengan kelas saya, keluar saja." Danielle sangat cemas mendengarnya. "Tidak pak, saya mau."
"Mentang-mentang kau benar menjawabnya, lalu kau tidak menghargai saya?" Danielle hanya menunduk. "Besok, panggil orang tuamu lagi, untuk datang menemui saya." Danielle makin cemas dan kebingungan. Bell pun berbunyi. Danielle mengemasi barangnya untuk pulang. "Dan, makan es krim yuk." Haerin menghampiri meja Danielle. "Gue harus ngomong ke Mama." Akhirnya Haerin meninggalkan Danielle sendiri di kelas. Ia menulis pesan kepada Kakaknya, Sungchan.

D : Hari ini lo bisa pulang ga
S : Ga
D : Plis gue butuh bantuan
S : ga
D : Kok lo jahat gamau nolongin
S : Yoi
D : Orang paling jahat yang gue kenal
S : Yoiii

"Shiball!" Danielle mengumpat sendirian di perjalanan pulang. Ia sangat ketakutan untuk berbicara dengan Mama nya, karena baru bulan kemarin ia meminta Mamanya datang ke sekolah.

Sesampai dirumah, Danielle membuka pintu, dan melihat Mamanya yang sedang memasak. "Duhhh, bilang ga ya." Danielle kebingungan. "Udah pulang sayang." Sambut Kim Yoojung, Mama Danielle sambil memasak sup. "Hmm." Danielle memeluk Mamanya. "Nih, dibawain ke atas, Kakakmu pulang..."
"Serius pulang dia?" Danielle langsung membawa camilan ke kamar Sungchan. "Belum juga selesai ngomong." Kata Yoojung sambil tertawa.
Danielle menuju kamar Sungchan, membuka pintu, dan melihat seorang pria sedang melukis di kanvas dan duduk di kursi Kakaknya.

Pria itu sedikit tersenyum, membuat Danielle yang sudah membeku, makin grogi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pria itu sedikit tersenyum, membuat Danielle yang sudah membeku, makin grogi. Pria itu lalu kembali fokus pada lukisannya. Danielle melihat, ia seperti sedang melukis sebuah gedung. "Udah cakep, jago ngelukis lagi." Danielle menyembunyikan rasa kagumnya dengan terdiam. "Heh bawa apa lo?" Suara Sungchan dari balik kamar mandi kamarnya membuat Danielle terkejut dari lamunannya, ia lalu segera menaruh piring berisi cemilan ke tangan Sungchan. "Mau minta bantuan tapi ngasihnya begini?" Sungchan mulai menggoda adiknya. Haruto tersenyum melihat tingkah laku mereka.
"Lo jahat bilangnya ga pulang." Danielle menggerutu.
"Haha, emang kenapa kalo gue pulang? Mau minta bantuan apa sih?" Sungchan memakai nada mengejek adiknya.
"Tapi lo ga boleh nolak."
"Ih? kenapa harus gitu? Terserah gue dong mau apa ga bantuin lo nya."
"Harus mau!"
"Kalo ga?" Sungchan masih dengan nada meledek, membuat Danielle tiba-tiba menangis dengan keras. Lalu Sungchan memegang kepalanya, seperti sudah tau apa yang akan terjadi. Haruto tertawa melihat Danielle yang tiba-tiba menangis. Dan, seketika Kim Yoojung naik ke atas sambil berteriak "Sungchan!" sesampainya di kamar Sungchan, Yoojung membawa Sungchan turun sambil menarik telinganya. Haruto yang melihatnya makin tertawa, sampai Danielle sadar, Haruto masih menertawakannya, ia lalu terdiam. "Apanya yang lucu?" Danielle bertanya. Haruto lalu tersenyum dan membelai rambut Danielle yang masih kecil. "Katanya adik Sungchan udah SMP, ternyata masih SD." Danielle yang mendengar itu langsung marah. "Gue udah SMP, kelas 2!" Membuat Haruto tersenyum lagi. "Emang sih, gue pendek, tapi lihat aja, besok kalo udah seumur Kak Sungchan, gue bakal tinggi." Danielle menggerutu, Haruto hanya mengangguk. "Lo siapa sih?" Danielle penasaran, lalu Haruto menunduk untuk menyamakn tingginya dengan Danielle. "Haruto, teman kuliah Sungchan." Haruto tersenyum, membuat Danielle yang persis didepannya, grogi lagi. "Danielle." Katanya sambil mengalihkan tatapannya. Tiba-tiba ia teringat lagi dengan rencananya kepada Sungchan, lalu ia mendapat sebuah ide. "Kak, lo bisa bantuin gue kan? Gantiin Kak Sungchan."
"Bantuin?"
"Tolong besok gantiin Kak Sungchan dateng ke sekolah nemuin guru, lo pura-pura jadi Kakak gue." Danielle memohon.
"Kenapa bukan Sungchan?"
"Lo kan liat sendiri, kalo udah kayak gini, yang ada dia laporin ke Mama, hmm." Danielle menggerutu.
"Emangnya kenapa nyampe di panggil guru?" Haruto penasaran.
"Besok lo tau sendiri, please dateng ya."
"Danielle nakal ya? Makannya ga berani bilang Mama nya?"
"Kagak!" Danielle meninggikan suaranya. Haruto hanya tersenyum lagi.
"Bantuin ya kak." Danielle memohon.
Lalu, terdengar Sungchan yang masuk kekamarnya. "To, ayo sekarang aja. Lukisannya udah jadi kan?" Sungchan lalu mengemasi barangnya. "Udah." Haruto kembali ke kanvasnya. "Yaudah berangkat sekarang." Sungchan membantu Haruto mengemasi lukisan itu. "Udah mau pergi?" Danielle cemas. "Iyalah." Sungchan meledek. "Lo gamau bantuin gue?" Danielle makin cemas. "Ogah banget! Keluar sana, gue mau ganti." Sungchan mengusir Danielle. "Lo aja yang ganti di luar, lo mau dilihat gue sama dia?" Danielle menunjuk Haruto. "Ribet!" Sungchan lalu pergi menuju kamar mandi bawah. Danielle lalu mendekati Haruto yang masih berkemas. "Tolongin gue ya kak." Danielle memohon lagi. "Mmm, kenapa ga bilang Orang tua mu?"
"Mereka udah kesana bulan kemarin. Lagian..bukan karena gue nakal, besok pasti lo tau sendiri."
"Ayok!" Sungchan kembali ke kamar dan mengajak Haruto turun. Danielle yang belum mendapat jawaban dari Haruto, mengikuti mereka turun.
"Ma, pamit ya." Sungchan memeluk Yoojung.
"Ga makan dulu? Haruto makan dulu ya." Yoojung menerima salaman dari Haruto.
"Tadi udah makan, Tante."
"Sungchan, mama lupa. Tolong gantiin lampu ini." Yoojung menunjuk lampu dapur yang sudah tidak menyala.
"Besok kalo Sungchan pulang Ma, seminggu lagi."
"Yahh, itu mah Papa kamu juga udah balik." Yoojung lalu mengangkat dua kantong sampah besar dan dengan sigap, Haruto mengambil kantong tersebut dari Yoojung. "Eh gausah."
"Gapapa Tante, sekalian." Haruto lalu membawa kantong sampah tersebut keluar rumah. Danielle yang melihat itu tersenyum. Lalu ia mengikuti Sungchan dan Haruto yang sudah di teras rumah. "Kak, jadi bantuin kan?" Danielle memastikan lagi. "Hehe, sampai ketemu besok." Haruto lalu pergi dengan Sungchan meninggalkan rumah. Danielle lalu kembali ke kamarnya. "Jadi, maksudnya sampai ketemu besok tuh apa ya? Besok beneran? Apa kapan?" Danielle menggerutu karena kebingungan.

Esok harinya, Pak Anhi mengingatkan Danielle di akhir pelajarannya, "Danielle, Saya tunggu orang tuamu di kantor." Danielle semakin cemas, ia tidak tahu apakah Haruto akan datang? "Dan, diajakin Sunghoon makan es krim nih, lo mau kan?" Haerin memohon pada Danielle. "Gue harus ke Pak Anhi." Danielle menggerutu. "Yahh, lupa gue. Yaudah, besok ya." Haerin tersenyum senang sambil meninggalkan Danielle.

"Dateng ga ya?" Danielle berjalan menuju taman sekolah, ia menunggu Haruto hampir sejam lamanya. Akhirnya ia pun menyerah dan berjalan meninggalkan taman sekolah menuju gerbang. "Gue harus gimana ini." Ia menggerutu sambil menendang batu besar didepannya, alhasil kakinya yang kecil itu tersandung, dan terjatuh. "Aaaa." Ia menangis karena semua hal di hari ini membuatnya kecewa, ia malah belum menyadari jika kakinya yang terpeleset juga berdarah. "Danielle?" Suara itu membuat Danielle berhenti menangis dan memandangnya, Danielle tersenyum tipis. "Nyampe berdarah gini." Haruto menunduk ke arah kaki Danielle. "Sini." Haruto lalu menggandeng Danielle menuju sebuah kursi di taman, membuat Danielle terdiam karena jantungnya makin berdegup kencang. Danielle mengamati Haruto yang mengambil obat merah dari ranselnya, lalu membalutnya dengan perban. "Biasanya kalo dikasih obat merah sakit, ini Danielle ga kesakitan, tapi gampang nangis ya." Danielle terkejut mendengar itu, padahal aslinya ia hanya hanyut dalam memandangi wajah Haruto, membuatnya tidak merasa kesakitan. "Kenapa diem aja? malu nangis?" Haruto mulai meledek Danielle. "Kagak." Danielle mencoba berdiri. "Itu jangan sampe kena air dulu ya biar kering." Haruto tersenyum, Danielle mengalihkan pandangannya ke lantai, takut terhanyut lagi. "Mana kantor Guru nya?"
"Oh iya." Danielle hampir lupa dengan rencananya, akhirnya mereka berjalan menuju kantor Pak Anhi.

Setelah menemui Pak Anhi, mereka berjalan menuju ke rumah Danielle. "Bener kan, gue ga nakal, cuma kelas Pak Anhi tuh emang rasanya bosenin, biar ga tidur, gue gambar aja di kertas." Danielle menjelaskan pada Haruto yang hanya tersenyum. "Tapi Danielle harus tetep memperhatikan sebisa mungkin, dia cuma ngerasa ga diperhatiin aja." Haruto mengusap2 rambuh Danielle yang hanya menggerutu mendengar nasihatnya.
"Danielle, ini." Haruto mengeluarkan sebuah bolam lampu dari ranselnya. "Apaan?" tanya Danielle. "Buat ganti lampu di dapur rumahmu, Kasihin Mama Danielle ya." Haruto tersenyum, sekali lagi, Danielle hanya bisa menunduk sambil mengambil bolam lampu dari Haruto, mereka terdiam sampai di depan rumah Danielle. "Pulang dulu ya." Haruto tersenyum, Danielle hanya mengangguk. Haruto lalu berjalan pergi melewati gang, Danielle memperhatikannya sampai dirinya menghilang.

Danielle tidak memberikan bolam lampu itu pad Mamanya. Dikamarnya, ia malah menggambar bolam lampu tersebut dengan spidol, digambarnya seorang laki-laki yang sedang mengusap rambut seorang perempuan yang lebih pendek darinya. Danielle tersenyum sambil meletakkan bolam lampu tersebut ke lampu tidurnya.

Danielle POV
Hari itu, mungkin jadi hari pertama aku merasakan yang namanya jatuh cinta di hidupku, walaupun pada akhirnya, aku tidak bertemu lagi dengannya, meskipun aku selalu berusaha mencari cara.

Hidden Love HANIELLE VERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang