Bagian 2

713 41 0
                                    

Angin bertiup pelan malam hari itu, hamparan langit diatas sana dipenuhi beberapa bintang yang bersinar gemerlap. Di halaman depan Kosan Pakde bersama penerangan dari lampu teras rumah dan lampu-lampu taman, 5 orang pemuda sedang berdiri disana, ditemani dengan suara gemercik air dari kolam ikan yang berada di depan gazebo. Keheningan hadir diantara mereka setelah Chandra memperkenalkan Jibran pada Jaendra.

"Eh, kiapa cuman ba-ba diam ini? (*Eh, kenapa cuman diem-dieman nih?)." Hanif akhirnya memecah suasana hening itu dengan logat khas kampung halamannya.

Diam lagi beberapa sekon hingga akhirnya Jaendra bicara," Gue udah kenal dia. Dia junior gue di FK."

Perkataan itu sontak membuat Chandra, Hanif bahkan hingga Rendra yang sedari tadi diam disitu ikut menoleh kearah Jibran, meminta validasi akan pernyataan Jaendra. "Bener, Jib? Lu adik tingkatnya Bang Jaendra?" Chandra yang bertanya.

Jibran yang menerima tatapan dari 4 pasang mata disitu akhirnya mengangguk.

"Wih, sempit bener nih dunia kayak daun kelor," celetuk Hanif spontan.

"Gue masuk dulu ya." Tanpa menunggu balasan, Jaendra lalu beranjak pergi untuk masuk ke dalam rumah, tanpa berniat menjelaskan lebih lanjut seputar ia yang sudah kenal dengan Jibran sebelumnya. Dirinya kemudian disusul oleh Rendra.

"Gue gak tau lu sejurusan sama Bang Jaendra," ujar Chandra melanjutkan keterkejutannya setelah tau kalau Jaendra dan Jibran ternyata sejurusan.

"So itu ngoni (*Makanya lu). Sebenarnya lu temannya Jibran gak sih? Kok gak tau kalau dia anak FK?" Hanif yang masih ada disitu menyerobot masuk ke dalam percakapan membuat Chandra mendelik ke arahnya.

"Emangnya lu tau, Bang? Kalau mereka sejurusan?" tanya Chandra terdengar songong.

"Ya enggak lah, gue kan juga baru ketemu Jibran tadi sore," jawab Hanif apa adanya.

"Itu... karena memang Bang Jaendra bukan dipanggil Jaendra di kampus. Biasanya dipanggilnya Bang Nana," jelas Jibran akhirnya yang juga baru tau hal itu setelah bertemu dengan Jaendra barusan.

Chandra menepuk jidatnya di tempat, ia baru menyadari sesuatu. "Oh, jadi itu alasannya lu bilang gak kenal senior namanya Jaendra pas gue tanya lu kenal Bang Jaendra gak yang sama-sama anak FK UI juga? Iya kan? Karena dia dipanggil Nana kan?"

Jibran mengangguk menyetujui ucapan Chandra.

"Emang kenapa Jaendra bisa dipanggil Nana? Gue juga gak tau dia punya nama panggilan itu," cerocos Hanif bingung.

"Itu karena namanya lengkapnya Bang Jaendra tuh, Najaendra, Bang. Mungkin dari situ sampe dipanggil Nana," jelas Chandra mendapatkan kesimpulan lainnya.

"Najaendra? Oh iya kah? Setau gue namanya cuman Jaendra," sanggah Hanif masih tak percaya.

Chandra merotasikan bola matanya karena jengah mendengar argumen Hanif. "Makanya deh, Bang. Lu daripada mempertanyakan pertemanan orang lain, lebih baik ngaca sama diri sendiri, nama teman aja gak tau," cemooh Chandra pada Hanif. "Udah, Jib. Masuk aja kita, dah laper gue." Ia lalu menarik Jibran untuk ikut dengannya masuk ke dalam rumah.

"Sialan betul ngoni (*Sialan banget lu), Chandra. Dia ulti kita (*gue)," gerutu Hanif.

***


Saat masuk ke ruang tengah, Chandra dan Jibran mendapati Rendra yang baru saja keluar dari kamarnya, pemuda yang tak lebih tinggi dari Jibran itu kini memakai kaos putih dan celana training hitam. Ia langsung menoleh saat Chandra dan Jibran masuk ke ruang tengah.

"Malam ini makan apa, Bang?" Itu Chandra yang bertanya pada Rendra sambil berjalan ke arah meja makan yang ada di depan dapur. Jibran mengikutinya dari belakang.

Penghuni Kos PakdeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang