Bagian 9

436 25 1
                                    

Derap langkah kaki jenjang yang berlarian sepanjang koridor gedung itu kemudian terhenti di depan salah satu ruangan laboratorium. Jibran berusaha mengatur ritme napasnya yang memburu setelah berlarian dari parkiran, di hadapannya kini ada salah seorang pemuda mengenakan jas laboratorium yang Jibran sangka adalah salah satu asisten laboratorium tersebut. Raut wajah kakak tingkat di hadapannya saat melihat kedatangan Jibran langsung membuatnya kikuk seketika, sadar akan kesalahan dirinya yang datang terlambat di hari pertama Praktikum Mikrobiologi semester itu.

"Nama lu siapa?" tanya kakak asisten itu pada Jibran dengan tatapan yang agak mengintimidasi.

"Jibran Bimantara, Kak," jawab Jibran sambil mengelap peluh di keningnya, ia berdiri canggung di tempatnya.

"Kenapa lambat?"

"Tadi ban motor saya bocor, Kak," jawab Jibran jujur.

Kakak asisten itu mendecak mendengar perkataan Jibran, "Alasan lu klise banget. Ini hari pertama praktikum loh, lu malah lambat," sindir kakak itu.

Jibran terdiam menelan ludah, sudah ia duga akan kena marah. "Maaf, Kak. Saya baru sadar bannya bocor pas udah di jalan."

"Ya udah pulang aja kalau gitu, gak usah praktikum, udah lambat juga," ujar kakak itu sarkas.

"Jangan, Kak. Saya mau ikut praktikum," mohon Jibran.

"Nanti aja ikut tahun depan," ucap kakak itu santai.

"Jangan, Kak...," gumam Jibran mulai waswas.

Bersamaan dengan itu pintu kaca ruang laboratorium berayun terbuka.

"Mir, masuk dulu udah mau mulai praktikumnya." Seorang gadis yang juga mengenakan jas lab berbicara pada kakak asisten di depan Jibran, ia lalu tampak kaget saat melihat Jibran, begitupula dengan Jibran sendiri.

"Loh, Jibran," ucap gadis berkucir kuda itu yang langsung dikenali oleh Jibran, yaitu Jasmine.

Jibran tersenyum canggung.

"Lu kenal dia?" tanya teman asisten Jasmine melihat reaksi gadis itu.

"Iya, teman kosnya Nana. Kenapa dia? Baru datang?" tanya Jasmine.

"Iya, lambat dia."

"Terus kenapa gak disuruh masuk?" tanya Jasmine heran kepada temannya itu.

"Kan dia dah lambat, ya gak usah ikut praktikum, gak niat ikut praktikum kayaknya sampe bisa lambat," ujar kakak asisten itu dengan nada menyindir.

Jasmine menghela napas pendek. "Udah deh, Amir. Gak usah lebay, praktikumnya juga belum mulai. Jibran, masuk aja, Dek," ujar Jasmine seraya membukakan pintu lebih lebar untuk Jibran.

Jibran yang sebelumnya terdiam mematung, terkesiap lalu mengangguk menurut, ia lalu berjalan dengan sopan melewati Jasmine dan temannya yang bernama Amir itu untuk masuk ke dalam laboratorium.

"Ck, lu lembek banget sama praktikan, Jasmine." Jibran bisa mendengar kakak asisten laki-laki itu berkomentar.

Sebagian besar orang yang ada di dalam laboratorium itu menengok saat Jibran masuk, suatu kondisi yang sungguh membuat canggung. Tapi yang lebih membuat Jibran tertegun adalah saat melihat kearah kumpulan para asisten laboratorium yang berdiri di depan dan salah satunya adalah Jaendra. Pemuda itu sendiri nampak tidak begitu kaget saat melihat Jibran. Wah, sebuah kejutan apalagi ini? Pikir Jibran.

Setelah akhirnya Jibran mengambil tempat duduk di bagian belakang ruangan, beberapa saat kemudian praktikum hari itu akhirnya dimulai dengan terlebih dahulu para asisten memperkenalkan diri serta menjelaskan sistematika selama Praktikum Mikrobiologi semester itu. Dari situ pula terungkap bahwa Jaendra rupanya menjadi koordinator asisten laboratorium untuk praktikum tersebut.

Penghuni Kos PakdeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang