4

265 8 0
                                    

Setelah beberapa hari menjadi little, hari Senin sudah datang. "Ares, nanti temenin masuk" Aire masih sedikit takut akibat masalah kemarin.

Ares mengangguk, ia keluar dari mobil lalu berjalan bersama Aire yg menunduk. Begitu sudah sampai kelas, Ares menatap semua anak kelas Aire yg hanya meliriknya jijik.

"Kalian aneh aneh dengan pacar saya, kalian yg harus menanggung akibatnya" Ares menunjuk satu satu anak dikelas, "kau! Aku tau orang tuamu. Orang tuamu bekerja untukku, kau mau mereka dipecat dan tak bisa bekerja lagi?!" Ares tertawa geli "diam kalian semua? Jawab saya!" Seluruh teman sekelas Aire langsung menunduk.

"Awas kalian" Ares menatap Aire yg wajahnya penuh dengan air mata, "kamu mau pulang aja?" Aire menggeleng "Ares... nggak mau pulang..." Ares menghapus air matanya "udah ya cantik, jangan nangis lagi. Kamu mau Fian keluar?" Aire menggeleng.

Ares terkekeh, ia mencium dahi Aire lalu membersihkan wajahnya yg penuh air mata itu.

"Udah ya? Ares pergi dulu" Aire mengangguk, ia melepas remasan tangannya di tangan Ares lalu membiarkannya pergi.

"Aire, lu apaan banget sih" teman sekelasnya langsung memojokkannya, ia hanya terdiam. "GK bisa jawab lu?" Salah satu dari mereka mengeluarkan alat kejut lalu menyalakannya.

"Ngga... Aire ngga... sakit .. jangan" Aire mencoba melawan namun tubuhnya ditahan oleh 5 anak sekelasnya yg berbadan cukup besar.

"Sakit... Ares... pulang..."

Drrt

Tubuhnya langsung mengejang, ia langsung terjatuh lemas kebawah. Matanya bergerak kesana kemari, mencoba memikirkan cara kabur.

KRING!! KRING!!

Bel Keadaan darurat berbunyi keras, semua murid langsung terkejut mendengarnya. Semuanya melihat ke arah jendela karena suara kericuhan dari luar.

Anak kelas Aire langsung terkejut melihat siapa yg ada diluar. Rio, Freiya, Kasa, Zari dan Aster ada diluar bersama Ares yg berdiri di dekat pintu masuk sekolah.

Ribuan remaja terlihat disana membawa senjata, satu sekolah terkejut melihatnya. Aire merangkak keluar dari kelas, tubuhnya sesekali kejang kejang karena setruman yg masih terasa.

"WOY TURUN LO!" Suara tembakan terdengar memecahkan kaca dari lantai bawah, anak anak kelas Aire langsung terkejut.

Tiba tiba ada seorang guru yg menghampirinya dari lantai bawah ke kelasnya yg ada di lantai tiga.

"Aire! Kamu dicari seseorang dibawah sana" Aire yg lemas hanya bisa melirik guru itu. Tubuhnya lalu diangkat lalu ia dibawa ke lantai bawah.

Terlihat kepala sekolah dengan seorang pemuda yg tak terlihat wajahnya itu sedang berdebat disana.

"Saya sudah bawa Aire" kepala sekolah langsung menatap Aire yg ada digendongan guru itu.

"Dia anaknya, tuan"

Ares langsung menggendong Aire yg sesekali bergetar karena setruman. "Anak anak kelas 11 harus diapakan agar kapok kepala sekolah tersayang?" Kepala sekolah itu hanya bisa membeku karena ia tau.

Jika ia memilih Aire untuk disini pasti Ares akan membuang semua anak kelas 11 dan menggantinya dengan yg baru.

Ia juga sangat takut karena Galaxy's brother sedang menatapnya dan seluruh mata remaja yg ada disana menatapnya tajam.

Ares membawa Abang dan seluruh geng motornya, ditambah Abang Abang Ares memiliki geng yg tak kalah banyak jumlahnya.

"Bapak pilih, mau Aire yg keluar dan sekolah saya hancurkan atau anak kelompok itu meminta maaf dan tidak akan kembali bersekolah? Hanya dua itu pilihan terbaik sebelum 'Ayah' dan Bunda saya yg turun" kepala sekolah semakin berkeringat.

"Saya pilih, anak kelas 11 dan seluruhnya yg terbawa kedalam meminta maaf kepada Aire" Ares mengangguk, ia senang dengan jawaban itu.

Seluruh anak yg menjadi dalang dibalik pembulian Aire langsung disuruh keluar untuk meminta maaf pada Aire.

Mereka semua takut melihat para remaja yg datang dengan berbagai seragam dan almamater yg beragam dengan senjata ditangan mereka.

Aire setiap ada yg meminta maaf kepadanya langsung menyembunyikan diri di leher Ares, tak ingin melihat siapapun.

Rio dan Freiya turun dari mobil, Rio menggendong tubuh Aire yg masih bergetar karena setruman yg cukup tinggi itu.

"Tenang sayang, sudah selesai ya" Rio mengelus kepala Aire lembut dan terus membisikkan kata kata penenang.

Ares langsung menyuruh seseorang untuk mengambil tas murid murid yg didepak keluar dari sekolah.

"Kalian mengamuk? Saya tembak" semuanya langsung terdiam tak terdengar suara, Ares menatap Aire yg menatapnya polos dengan air mata yg keluar, Fian pasti sudah mengambil alih.

Ares menghela nafas, ia lalu mendekati Aire dengan perlahan. "Aire, mau bareng Ares ngga?" Aire mengulurkan tangannya, mencoba menggapai Ares.

Ares lalu menggendongnya, ia mengambil tas Aire yg ada dikelas sembari menodongkan senjata kepada siapapun yg menghalangi atau mengamuk tak terima.

Anak gengnya hadir menemani sampai kekelas Aire, Ares menggendong tasnya lalu membawa Aire ke lantai bawah lagi.

Ia mengelus dahi Aire yg basah dan terasa hangat, setelah masalah tadi, para remaja dan teman Ares langsung pulang dan tak kembali jika tak dibutuhkan.

Mereka semua cinta Aire tentu saja, Aire sangat baik pada mereka dan mereka akan melakukan apapun untuk Aire.

Boo! Did it scares you?

ジャジャン~ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang