7

176 6 0
                                    

Ares memangku Aire yg sedang menangis dipahanya, ia bermimpi buruk lagi setelah lama tak terjadi.

Aire katanya bermimpi tentang ayahnya.

Aire menatap kanan dan kiri untuk menyebrang, sebelum ia ditarik oleh anak mahasiswi yg juga ingin menyebrang.

"Kamu kalo mau nyebrang bareng" Aire akhirnya pasrah ditarik oleh mereka. Begitu mereka sampai ditengah jalan, tiba tiba ada bom keluar dari mobil disamping Aire.

Aire terkejut, ia berlari sekuat tenaga karena Bom itu meledak di tiang listrik yg seperti akan terjatuh.

Aire menarik anak mahasiswi yg juga menariknya, "kita harus pergi!! Sekarang!!" Anak mahasiswi itu akhirnya mengikuti Aire.

Sampai salah satu dari mereka berhenti, "bulannya indah..." Aire menatap kebelakang, "ka! Jangan diam disitu!!" Aire mencoba menariknya untuk membawanya kabur dari ayahnya.

Namun orang itu justru diam, ia masih memandangi bulan dan langit malam yg dipenuhi bintang.

Aire digendong oleh mahasiswi lain, "kita harus pergi kan katamu?" Aire mengangguk. Ia masih melihat mobil ayahnya mengejar mereka yg berlarian.

Tubuh mahasiswi yg terdiam itu ditabrak oleh ayahnya, ia juga membiarkan tubuh mahasiswi itu terseret di ban mobilnya.

Aire menangis melihatnya, mahasiswi yg menggendongnya juga menangis melihat kakaknya terlindas mobil.

Mereka naik mobil besar lalu menyuruh supirnya untuk berjalan dengan cepat. Semua mahasiswi itu bersedih karena teman mereka yg mati dihadapan mereka.

"Apa apaan banget kamu?! Udah bener kagak usah nolongin kamu" ia meluruh kebawah karena lemas melihat tubuh Aire yg penuh darah temannya.

Ia menangis, meraung keras karena temannya. Adik dari mahasiswi itu menangis dalam diam melihat kakaknya terseret dan terlindas oleh mobil.

Ia tak bisa menyalahkan Aire karena masalah ini, ia juga tak bisa marah pada siapapun, ia hanya menangis dalam diam danq terus mempertanyakan apa ini hal yg benar untuk dilakukannya.

Mimpi selesai, Aire melihat Ares sedang mengelus dahinya yg basah berkeringat, "Aire GK papa?" Aire menggeleng, ia memeluk leher Ares erat lalu kembali menangis.

"Ayah! Disana! Perempuan! Dilindes!!" Ares menangkap kata kata Aire dengan jelas, ia paham maksud Aire.

Mereka berada di pesawat karena Ayah Aire sudah menemukan lokasi Aire, mereka akan berpindah negara sampai tidak bisa ditemukan lagi.

Ares bergumam sembari bergerak gerak dikursinya, ia mengelus punggung Aire dan mengusap dahi Aire yg basah sembari menggendongnya menggunakan kain.

"Tenang ya Aire. Ada Ares, Papa Leon, Bunda Haru, Abang Rio, Abang Freiya, Abang Kasa, Zari, Aster bareng kamu, kita nggak bakal ninggalin" Aire mengangguk, ia mendusel di dada Ares lalu mulai tertidur lagi.

Ares menatapnya lembut, "maaf ya, perlindungan
nya telat."

Boo! Did it scares you? Hehe luv u

ジャジャン~ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang