14

109 3 0
                                    

Ares memangku Aire sambil terus menatap Haru yg sedang berdebat. Bukan, melihat Haru sedang tertawa karena kebodohan orang di hadapannya.

"DIA MEMUKUL PUTRI SAYA HINGGA BERDARAH SEPERTI INI!! BAGIAN MANA YG ANDA TIDAK PAHAM?!" Haru dengan santai mengelus telinganya yg berdengung.

"Darah putri anda? Emang eak?" Aire tertawa geli melihat kelakuan Haru. "Res, ambil botol minum di tas" Ares mengambil botol minum seliter milik Aire lalu menyerahkannya pada Haru.

Haru membuka botolnya lalu menyiram gadis yg ada di belakang pria dewasa lain, "kau lihat? Tidak ada darah, justru darah Aire yg ada disana" pria dewasa itu hampir memukul Haru sebelum pintu terbuka.

"Bakekok" Leon membawa senapan di kedua tangannya mengarahkan ujung senapannya ke arah pria dewasa itu.

"Nih" ia menyerahkan salah satu shotgunnya pada Haru lalu me-load shotgunnya, "ada isinya?" Leon mengangguk sambil terus fokus menyesuaikan senapannya.

Ia mengangkat senapannya, mengarahkannya pada Haru "woah, jangan aku dong, kesana" Haru mengarahkan ujung senapannya ke arah lain.

Suara tembakan secara tiba tiba terdengar, Ares sudah memasangkan headphone di telinga Aire dan membuat Aire membelakangi Haru dan Leon.

"Ares? Nggak boleh nengok?" Ares mengangguk, ia memainkan rambut Aire yg halus, dan tak peduli akan suara senapan yg memekakkan telinga.

"Leon, turunin shotgunnya" Leon mengambil shotgun milik Haru lalu menyembunyikannya di belakang punggungnya.

"Tadi yg mukul duluan siapa?" Tanya Haru setelah melepas headphone Aire, "cewek itu mukul Aire! kan Aire lagi jalan bawa mam, terus dia nabrak Aire, Aire udah jalan mepet ke dinding, terus dia malah sengaja nabrak" jawab Aire sembari memilin kancing baju Ares.

"Hadep Bunda, Aire" Haru mengangkat Aire lalu mendudukkannya di meja, "coba ceritain lagi" Aire menggembungkan pipinya "tadi tuh, Aire bawa mam, dia sama temennya mepet mepet aku, aku kan udah minggir jalannya, dia malah makin mepet, terus pas bajunya kena, aku yg dipukul sama dia, terus dia juga nyakar aku sampe berdarah" Haru mengangguk paham.

"Lukanya ada ngga?" Aire menyibakkan poni nya, memperlihatkan dahinya pada Haru luka yg cukup panjang dan masih berdarah itu.

"Terus, terus ini luka pas temen cowoknya injek aku" Aire membuka seragamnya, menunjukkan luka injakan yg ada di dadanya.

"Sakit ngga?" Aire mengangguk, "sakit..." mengingat kejadian tadi, Aire menjadi emosional. Haru menyerahkan Aire pada Ares lalu meminta mereka untuk keluar dari ruangan kepsek yg mulai memanas itu.

"Nggak... om! Plis! Aku nggak salah! Dia ngelempar makanannya ke aku! Aku juga di pukul sama dia! Dia yg mukul aku!" Haru mengelus telinganya lagi.

Leon duduk di pangkuan Haru, "emang eak? Emang eak?" Leon menyilangkan kakinya, menunjukkan kaki jenjangnya yg biutipul itu.

"Aire aja letoy begitu." Ini bukan singgungan, memang Aire letoy dan tak ada yg tak tahu itu. Tubuhnya yg mudah lemas, ditambah dirinya yg sering aktif disaat little membuat Aire dewasa tak memiliki energi banyak untuk melakukan apapun.

"Pfft" Leon melirik Haru "bacot" Haru makin tertawa kencang, "jadi yg salah siapa?" Tanya kepala sekolah, Leon baru keluar untuk menelepon seseorang.

"Nih, gw bawa anak orang" Haru menatap Leon seperti menyiratkan sesuatu di tatapan matanya "diem deh lu, gua serius kok" anak itu maju lalu memberi mereka laptop yg memainkan sebuah video.

Video itu menampilkan seorang perempuan dan Aire yg membawa makanannya, dan ternyata memang ucapan Aire benar.

Ia korbannya, "jiakh, kecewa penonton. Kurang drama di hidupnya ya mbak? Nih saya kasih, kamu GK bakal diterima di sekolah manapun, dan pria itu tak akan diterima kerja di manapun. Dah, banyak drama kan" Haru mengangkat senapannya lalu mengarahkannya ke arah kepala sekolah

ジャジャン~ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang