[1] curiosity killed the cat

2K 103 0
                                    

"Tidak apa-apa 'kan kalau ku tinggal sendiri?"

"Tentu saja, aku sudah besar, Jaemin."

"Maaf tidak menemanimu, Minju membutuhkanku." Jeno mengangguk sembari tersenyum tipis pada Jaemin yang berjalan keluar kelas guna menjemput kekasihnya, Minju. Jaemin berniat menemani Jeno pergi ke UKS karena alasan kesehatan, pemuda itu babak belur dan di tangannya terdapat bekas gigitan yang cukup dalam.

Jaemin adalah sepupu dari kekasih Jeno, Jeong Jaehyun.

Jeno mendapatkan gigitan serta pukulan itu semalam, setelah ia mencoba mencuri dan menyembunyikan sabu yang akan Jaehyun konsumsi. Pria itu kesal dan pusing bukan main, Jeno selalu saja menghambat kesenangannya.

Jeno dan Jaehyun tidak memiliki kesempatan untuk terang-terangan mengekpresikan rasa cinta mereka, sebab hubungan mereka masih tabu. Tetapi dua tahun belakangan Jeno tidak lagi menemukan hal membahagiakan itu seperti saat kisah mereka di awal.

Dua tahun Jaehyun dipasung candu narkoba sehingga mengkonsumsinya sudah merupakan hal biasa, tetapi Jeno tidak pernah membenarkan tindakan laki-laki itu, ia tidak suka ketika kekasihnya berhalusinasi dan bersikap kasar.

Pemuda itu memilih beranjak, mungkin sedikit membasuh mata bisa membuatnya lebih segar sebelum pergi ke UKS. Melangkah gontai menuju kamar mandi, orang-orang pikir Jeno tidak akan pernah punya pasangan, ia terlalu menutup diri dari lingkungan sekitar, padahal alasan Jeno bersikap demikian adalah untuk melindungi dirinya sendiri.

Jaehyun bisa membunuhnya jika tahu Jeno berani tertawa atau sekedar tersenyum pada orang lain. Pemuda itu tahu bahwa hubungan mereka sangat tidak sehat, tetapi alasan ia tetap menapak pada tempat yang sama adalah karena dirinya tak punya tempat lain untuk ditempati. Jeno sendirian, kakek dan neneknya menitipkan dirinya pada keluarga Jaehyun.

Itu setahunya.

Sekarang mereka tinggal berdua setelah perceraian orang tua Jaehyun, tidak ada pengawasan hanya saja mereka tetap mendapat jatah uang, entah dari Mama maupun Papa. Dan untuk membalas budi atas hidupnya, Jeno ingin menyelamatkan Jaehyun dari kehancurannya bersama narkoba, tubuh serta mentalnya ia pertaruhkan demi itu semua.

Dan Jeno hanya punya dua pilihan bila Sang kekasih tidak bisa pergi bersamanya, pergi sendiri atau bersama Jaemin. Tidak ada opsi lain, dan bila Jeno berani mengambil opsi lain maka ia tidak akan baik-baik saja kedepannya.

"Hngganhh...." Langkah Jeno terhenti sembari mengerutkan kening mendengar suara dari bilik nomor 2, suara perempuan di kamar mandi laki-laki? Mereka berani melakukan hal mesum di sekolahan? Yang benar saja!

"Sstt! Orang lain bisa denger kalo kamu berisik, sayang."

"Jaehyun?" Ia tidak salah bukan bila membatin demikian? Itu Jaehyun!

"K-kiss please?"

"Aku tidak berciuman ketika bercinta."

"S-stop, Jae—anghh!"

Jeno menelan ludah dengan sedikit gemetar menatap pintu bilik nomor 2 yang dikunci, ia berbalik arah dan meninggalkan kamar mandi. Seharusnya ia tidak terkejut dengan hal-hal seperti ini, bukankah sudah biasa? Ya memang, namun tetap saja rasanya menyakitkan.

Pemuda itu menuju UKS, dan menemukan seorang laki-laki lain sedang membereskan tempat tersebut, ia kemudian memekik melihat wajah Jeno yang babak belur lantas membawanya untuk duduk. "Apa yang terjadi padamu?! Bagaimana bisa kau berangkat dengan wajah seperti ini? Dan tanganmu... ini bisa infeksi."

Jeno diam saja, membiarkan sosok yang tidak ia ketahui namanya itu mencari obat dan sebagainya. Sejenak bisa melupakan tentang Jaehyun, ia dibuat hampir tersenyum melihat wajah panik laki-laki yang kini telah kembali ke hadapannya bersama P3K serta kompres, lebam yang Jeno dapat sangat kentara sehingga laki-laki itu meringis sendiri.

"Kau bisa memukul bahuku jika sakit." Ia mulai menempelkan handuk dingin tersebut pada bagian wajah Jeno yang lebam, dan desisan lirih mengudara begitu saja. Kemudian beralih ke tangan.

"Aku sering kali memperhatikanmu, bukan apa-apa sih, hanya saja kau terlalu sering terluka. Dan kau tampaknya tidak perduli dengan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi? Perhatikan kesehatanmu."

"Sshh! T-terimakasih." Alih-alih menjawab, Jeno justru berterimakasih.

"Iya, sama-sama. Ngomong-ngomong, namaku Haechan, kau bisa memanggilku kapan saja, aku biasanya menghabiskan waktuku di ruangan sebelah."

"Iya."

Lalu pintu UKS kembali dibuka, Jeno tercekat dan langsung berdiri menjauh dari Haechan, ada Jaehyun yang tersenyum pada laki-laki manis yang sedikit lebih tinggi dari kekasihnya. "Haechan, boleh aku minta waktu bersama Jeno?"

"Oh namanya Jeno? Tentu saja, kak. Aku duluan ya, Jeno." Haechan menepuk bahu Jeno pelan kemudian keluar, pintu segera dikunci oleh Jaehyun setelahnya.

Ia mendekat pada yang lebih muda, tangan kanan Jaehyun terulur untuk mencekik leher Jeno kemudian menekannya ke tembok, pemuda itu memberontak sebab ia tak mendapat sedikitpun ruang untuk bernapas, sakit sekali. Ia menepuk-nepuk lengan Jaehyun, pria tersebut tampak tak melempar iba melihat sosok itu nelangsa.

"K-kak—"

"Mana yang dia sentuh?" tanya Jaehyun.

Jeno menggeleng, tetapi hal itu justru membuat yang lebih tua semakin emosi. "BOHONG!"

"AHK!" Tamparan Jaehyun tidak main-main, kepala Jeno sampai menoleh dan langsung memegang pipi, memang sakit namun ia tidak berniat menyia-nyiakan air mata. Hatinya tidak sesakit itu sampai-sampai ia harus menangis. Tetapi ternyata hal ini tidak cukup bagi Jaehyun, pria itu kembali memberikan serangan pada perut yang lebih muda sebanyak dua kali.

Jeno terbatuk, ia mengerang seraya meremas perut, pemuda itu paham bila kekasihnya kesulitan mengendalikan emosi, Jaehyun tidak pernah sadar dengan apa yang ia perbuat ketika emosinya sedang tidak stabil.

Setelah selesai mengatur napas, Jeno berusaha berdiri tegak, lantas membawa langkah mendekat pada yang lebih tua. Telapaknya yang gemetar terulur meraih tengkuk Jaehyun kemudian menciumnya, Jeno memulai itu tanpa ragu akan ditolak.

Hening. Keduanya hanya diam, sampai Jaehyun merengkuh pinggang Jeno dan mengambil alih ciuman hambar tadi, menjadikannya puzzle yang utuh menjadi satu, merangkai kecipak dengan bibir dan lidah mereka. Jemari Jaehyun kini turut menangkup rahang pemuda di hadapannya, mengusap pipi Jeno dengan seringan kapas dan penuh perasaan.

Namun dalam hal ini Jeno tahu satu hal, bahwa Jaehyun hanya memberikan ciuman untuk dirinya, satu-satunya hal yang bisa Jeno banggakan untuk saat ini.

"Kumohon kendalikan dirimu, dia tidak menyentuhku, dia hanya mengobati lebam dan lukaku, Kak."

"Kita pulang."

"Tapi—"

"Kau sakit 'kan? Ya sudah, ayo pulang."

——o0o——

NEXT>>>>

ROMANTIC HOMICIDE || JAEJEN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang