⚠️Suicide, rape!
——o0o——
LJ
Kak.
07.16 PMKakak dimana?
07.16 PMPapa bilang ingin mampir ke rumah, aku takut, Kak.
07.17 PMKakak bisa pulang sebentar? Sampai papa pergi.
07.18 PMPlease, Kak.
07.18 PMJeno.
08.37 PMKunci rumah, jangan sampai dia masuk sebelum kakak datang.
08.38 PMKak...
08.39 PM09.03 PM.
"Shit, shit, shit!"
Jaehyun mengatur napas sembari mengedarkan pandangan, rumah sangat sepi dan tidak ada tanda-tanda kedatangan Sang Papa, atau... memang sudah pulang? la tidak tahu, sebaiknya mencari Jeno yang entah kemana.
Jaehyun naik ke kamar mereka, ada banyak kamar di rumah ini hanya saja ia tak mau pisah kamar dengan kekasihnya. Suara gemericik air terdengar, ia membuka pintu perlahan dan menuju kamar mandi yang tertutup, Jeno tidak sedang berdua bersama Papanya di kamar mandi 'kan? Astaga, kenapa Jaehyun bisa berpikiran demikian?
Pria itu mencoba mengetuk pintu, "Jeno? Kau di dalam? Jangan main-main, buka pintunya!" la sedikit berteriak, namun tidak ada jawaban.
Tanpa ba-bi-bu Jaehyun membuka pintu tersebut, matanya membulat sempurna menemukan Jeno menenggelamkan diri di bathtub dalam keadaan telanjang. Jaehyun berdebar kencang, di wajahnya bersemayam pias. Tak mau berpikir panjang, ia segera mendekat dan mengangkat tubuh kecil Jeno untuk keluar dari bathtub, sangat pucat.
Jaehyun menuai ketakutan yang menggebu-gebu, napasnya terdesak menemukan tanda kemerahan pada leher hingga selangka yang lebih muda, serta lebam kebiruan di beberapa bagian; yang ia yakini bukan perbuatannya.
Apa yang sudah terjadi? Apa yang sudah papanya lakukan? la tidak tahu dan tidak mau tahu, tidak pernah ia bayangkan akan menemukan Jeno dengan keadaan mengenaskan seperti ini.
Pria itu memangku kepala yang lebih muda, lantas menepuk-nepuk pipinya, "Jeno, bangun! Bajingan, jangan mati! Jeno..."
Jaehyun tidak mau harapannya hanyut ditelan kematian, bisikan-bisikan rancu tengah mengancam lantas menertawakan dirinya yang terlambat perduli. Hanya satu yang ia pikirkan, seberapapun Jeno menderita, pemuda itu tidak boleh mati sebab Jaehyun sangat membutuhkan eksistensinya.
Jaehyun melakukan CPR, lagi-lagi tanpa sadar mengudarakan secuil harapan, demi apapun ia mencoba melakukan yang terbaik, apapun demi degup yang telah mati itu agar kembali hidup. Ia juga mengabaikan bagaimana tubuh telanjang Jeno saat ini, bahkan tak ayal semu merah kini menjalar pada sklera-nya. "Aku masih membutuhkanmu, brengsek! Jangan berani mati! LEE JENO!"
"Uhuk!"
"Jeno...." Kelegaan bergolak saat memandang Jeno membuka mulutnya untuk mencari udara dengan mata sedikit terbuka, pijar netranya tampak begitu lunglai, Jaehyun tanpa sadar meluruhkan asin beningnya. Begitu bungah karena ia tidak ditinggalkan.
Segera ia pangku kembali kepala yang lebih muda, menyibak helaian basah itu kemudian mengecup kening Jeno cukup lama. "Maaf tidak membaca pesanmu, aku minta maaf."
"Sakit...."
"Mana? Di bagian mana? Katakan padaku, apa yang dia lakukan?"
"Kak, aku sampah...." Jiwa menderita yang terus melontarkan kalimat lelah pada setiap inchi tubuhnya, merampas binar semangat sampai habis tak tersisa. Jeno tidak punya siapa-siapa, sekarang ia telah kehilangan harga dirinya, rasanya tidak pantas jika Jaehyun mendapatkan sosok pemuda penuh aib sepertinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ROMANTIC HOMICIDE || JAEJEN
Fanfiction[M] [BXB] [VIOLENCE] [BACKSTREET] "If you die, I die. But if I die, you'll live for me." ©aksaratunggal_