Satu

104 6 0
                                    

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Di dalam suatu kamar yang begitu luas dan mewah, kamar dengan dominasi warna hitam dan abu-abu, dengan setiap sudut kamar dihiasi beberapa koleksi action figure superhiro.

Pemilik kamar masih tertidur dengan begitu pulas diatas kasur empuk miliknya. Arsel Giovani Lorenz seakan lupa jika hari ini adalah hari pertamanya masuk sekolah, setelah kepindahannya dari Jerman.

Sudah 10 tahun Giovani tinggal bersama sang nenek. Tetapi memilih kembali setelah sang nenek tercinta sudah kembali pada sang pencipta. Giovani dipaksa kembali oleh kedua orang tua dan kakaknya, karena hanya tinggal sendirian di Jerman.

Sebenarnya, Giovani tidak sendirian di Jerman, ada saudaranya yang lain. Tapi mereka tidak tinggal serumah.

"GIOVANI LORENZZZ, LO ITU MAU SEKOLAH APA GAK SIHH. LO LUPA INI HARI PERTAMA LO MASUK SEKOLAH HAAHH" teriak Edlyn tepat ditelinga Giovani.

Giovani terbangun dari mimpi indahnya, ketika mendengar suara kakaknya yang begitu nyaring menusuk lubang telinga.

"Kakak apaan sih. Gimana kalo gue tuli, lo mau tanggung jawab" ucap Giovani jengkel karena tidurnya terganggu.

Giovani mengusap-usap telinganya yang berdengung, sambil menatap tajam kearah kakaknya. "Apa kakaknya berencana membuatnya menjadi tuli?" pikir Giovani.

"Bodoh amat. Mau telinga lo tuli sekalipun gue gak peduli. Mendingan sekarang lo mandi dan siap-siap buat berangkat ke sekolah atau lo akan terlambat" ucap Edlyn sedikit emosi.

Bagaimana tidak emosi, Edlyn sudah membangunkan adiknya yang seperti mayat tidur itu sekitar 10 menitan. Mulai dari suara lembut hingga harus berteriak.

"Apa sekolahnya gak bisa ditunda dulu? Gue tuh baru sampe kemarin kak" ucap Giovani.

"Gak bisa. Lo udah didaftarin buat masuk hari ini. Jadi, gak bisa ditunda" ucap Edlyn tegas.

"Tapi..."

"Gak ada tapi-tapian. Mendingan skarang lo mandi atau gue akan bongkar rahasia lo sama mommy dan daddy" ucap Edlyn memotong ucapan adiknya sekaligus memberi sedikit ancaman.

Tidak ingin mendapatkan ceramahan kakaknya dan biar rahasianya tetap aman, Giovani segera turun dari kasur dan meregangkan sedikit tubuhnya yang kaku karena tidur. Giovani sebenarnya masih sangat mengantuk, tapi Dia harus bangun.

"Kalo tau kaya gini mendingan gue tetap di Jerman dan gak usah balik" Giovani melangkah masuk kamar mandi dengan mulut yang terus mengomel.

"Baru juga sampai kemarin, udah disuruh sekolah aja" omel Giovani.

Giovani sangat jengkel dengan kakaknya. Dia baru saja sampai kemarin, tapi sudah dipaksa untuk masuk sekolah. Apa tidak bisa ditunda dulu sampai minggu depan?

"Cepat jangan lambat. Mommy sama daddy udah nungguin buat sarapan" teriak Edlyn, lalu keluar dari kamar adik Giovani.

"IYA BAWEL" teriak Giovani dari dalam kamar mandi.

Mayza Edlyn Lorenz, kakak kandung dari Giovani. Umur Edlyn dan Giovani berbeda 2 tahun. Sekarang Edlyn sedang berkuliah di salah satu universitas ternama.

.
.
.
.

Hanya membutuhkan waktu sekitar 30 menit untuk Giovani bersiap-siap. Dia sekarang sudah rapi dengan seragam sekolah yang terlihat sangat pas dan cocok ditubuhnya yang tinggi dan juga atletis.

Giovani berdiri di depan cermin besar yang berada dalam kamarnya untuk memastikan penampilannya dari ujung kepala sampai ujung kaki sudah perfect atau belum.

Baby Boy (Giovani X Ersya)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang