01. My Name

227 17 0
                                    

This is not our time
Later we will meet again

***

My Name

Perempuan yang baru menginjak umur 20 tahun itu masuk dan membanting pintu SUV putih dengan wajah kesal. Duduk berjam-jam bersama orang-orang penjilat yang penuh basa-basi sembari tersenyum ramah itu melelahkan. Senyum, beramah-tamah, basa-basi jelas bukan keahliannya.

Anneline Rievera Donovan, CEO pengganti sejak sang ayah— tuan besar Rowan Donovan harus masuk UGD karena gagal ginjal dan mengharuskannya untuk cuci darah dengan rutin. Anne punya cita-cita, menjadi pelukis. Namun dia harus menelan kenyataan, sejak awal dia ditakdirkan untuk duduk di tahta Donovan. Mengelola perusahaan bisnis besar keluarganya.

Bukan hanya cita-cita saja yang keluarganya rampas. Kebebasan, salah satu hal yang mereka ambil sejak Anne masih kecil. Anne tidak bisa memilih dimana dia bersekolah, dengan siapa dia berteman, kegiatan apa saja yang dilakukan.

Sejak masih berusia 5 tahun, Anne harus belajar lebih giat dari anak seusianya. Mengambil banyak les private yang menyita waktunya untuk bermain dan beristirahat.

Sedangkan Madeline Vierra Donovan— kembarannya punya hidup lebih baik. Punya kebebasan yang tidak terbatas dengan kasih sayang berlimpah. Apapun yang Mady inginkan akan dia dapatkan.

“Langsung pulang, nona?”

Anneline hanya diam, menghembuskan nafas berat. Matanya terpejam lelah. “Eónia Cafe,” jawabnya.

Mungkin menikmati secangkir Americano dan muffin cokelat akan lebih baik. Dia pantas mendapatkan sedikit jeda untuk istirahat.

Anneline membuka pintu cafe, suara lonceng terdengar. Memilih meja di sudut yang berhadapan dengan suasana jalanan yang ramai. Perempuan itu terdiam.

Entahlah, sejak ayahnya masuk ke UGD malah itu, Anneline tidak merasakan apapun. Tidak senang ataupun bahagia. Semuanya tampak datar. Seharusnya dia senang, benar?

Anneline dekat dengan sang ayah, karena pria itu yang mendidiknya dengan tegas dan disiplin. Mengharuskannya menjadi seorang pewaris yang mandiri dan tidak goyah. Sedangkan sang ibu— Sara lebih dekat dengan Madeline. Pergi ke spa, salon dan mall berdua. Terkadang ketiganya akan makan malam dengan hangat penuh canda tawa. Sedangkan Anneline harus makan di kamar atau ruang kerja sembari membaca berkas dan buku-buku berat lainnya.

Anneline tidak membenci keluarganya. Namun jika keluarganya mati dalam satu malam, Anneline berani bertaruh jika dia tidak akan menangis.

Mereka bagaikan orang asing di satu tempat.

Kapan terakhir kali Anneline berbincang dengan ibunya?

Mungkin itu saat dia berumur 13 tahun, saat dia ingin memiliki peralatan melukis. Ah tidak, mungkin saat dia berumur 15 tahun. Anneline remaja meminta untuk berlibur ke pameran lukisan atau museum lukisan. Tapi mereka lagi dan lagi berlibur ke taman liburan yang penuh wahana hiburan, permintaan dari Madeline.

Saat itu Anneline sadar, ucapannya tidak pernah berarti.

“Bisa saya duduk disini?”

Anneline menoleh, iris hijaunya bertabrakan dengan iris lavender pria tegap didepannya. Pria itu tersenyum manis dengan ramah.

“Meja yang lain sedang penuh,” ucapnya sembari menunjuk kursi di depan Anneline.

Running To YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang