Mungkin kalian sering mendengar kata-kata "apa yang dipaksakan akan berakhir tidak baik-baik saja." Itu lah yang terjadi pada hubunganku dengan dia. Ya pemilik hati, yang sudah menemani perjalananku sejak dibangku SMA.
Namanya Kiran Samudra Atlantika, dia merupakan kakak kelas yang sangat dicintai oleh para junior, senior bahkan sepantarannya. Namun ia memilih menjatuhkan hatinya pada seorang gadis sepertiku.
Awal dari perjalanan kisah kami berdua saja sudah banyak hambatannya, dan pada akhirnya kami kalah pada takdir semesta. Kami berbeda, ya berbeda segalanya. Ini bukan masalah kasta atau pangkat, tapi ini soal agama.
Kita adalah dua orang yang tidak bisa dipersatukan oleh tuhan, bahkan semesta pun sepertinya enggan untuk menyatukan. Saling mengucapkan amin meski tidak seiman. Dengan sepenuh hati berdoa walaupun tau tidak bisa berdua. Tuhan tidak pernah jahat, namun kitalah yang menentang akal sehat.
Antara adzan yang berkumandang dan lonceng yang berdentang. Antara kiblat yang menentukan arahku pulang dan salib yang membuat mu tenang. Antara manisnya syahadat dan dahsyat nya syafaat. Antara hitungan tasbih dan kalungan rosario. Rupanya semesta tidak pernah main-main menciptakan sebuah perbedaan. Jika masjid Istiqlal dan gereja katedral memiliki perasaan bisa saja mereka saling jatuh cinta. Selalu ada ikhlas dibalik perbedaan.
Seperti kisahku dengan dia, yang terpaksa berpisah karena perbedaan agama. Aku sangat amat mencintainya, namun aku tidak bisa merebut dia dari tuhan nya. Aku tidak seegois itu kawan.
Namaku Jeraga Winza Anarta anak bungsu dari keluarga Anarta. Aku dibesarkan oleh kakek dan juga nenekku. Karena kedua orang tuaku tinggal diluar negeri, tepatnya Amerika.
Akan aku ceritakan bagaimana kisah ku dengan dia, kisah yang mengalahkan Romeo and Juliet yang terpisah karena takdir semesta.
2 tahun yang lalu
Dengan membelah kota bandung yang nampak indah ketika malam hari, dan juga udara yang menusuk kulit. Maklum saja sore tadi, kota bandung diguyur hujan cukup lebat membuat hawa nya menjadi sangat dingin ketika malam hari.
"Ah aku bisa terlambat sampai rumah, Kakung dan eyang pasti khawatir."
Pandangan nya beralih pada langit yang nampak mendung, dan suara guntur yang bergemuruh diatas langit menandakan sebentar lagi akan turun hujan.
"Sebentar lagi pasti hujan, aku harus sampek di rumah sebelum hujan." Tangannya menarik gas, dan menambah kecepatan laju motornya.
Saat ingin membelokkan motornya, dia terkejut karena tiba-tiba ada seekor kucing yang menyebrang sembarangan. Maka dari itu ia menghentikan motornya mendadak.
"Astaghfirullah." Ucapnya.
Dari arah kiri datang seorang perempuan dengan setelan kaos dan juga celana panjang training sedang berjalan tergesa-gesa menghampiri kucing yang berdiri dipinggir jalan itu.
"Haduh meow kamu jangan gitu dong entar kamu kenapa-kenapa."
Pandangan perempuan itu beralih pada Jeraga yang masih shock akan kejadian tadi. Ya yang mengendarai motor itu adalah Jeraga Winza Anarta.
"Kamu gapapa kan? Maaf ya kucing aku emang suka gini."
Jeraga menggeleng "tidak apa-apa, oh ya kucingnya gapapa kan? Ada luka engga? Kalo ada, kita ke klinik hewan aja."
"Gausah, ini gapapa kok."
"Yakin." Perempuan itu mengangguk
"Yasudah, gue pulang duluan ya. Mau hujan nih."