Siang harinya Maira pergi ke sebuah kafe untuk mengerjakan tugas kelompok yang di berikan dosen tempo hari. Teman-temannya itu memilih tempat paling ujung untuk menjadi tempat mengerjakan tugas itu.
"Sorry ya telat, macet tadi." Ucap Maira.
"Gapapa kok Mai, kita juga baru datang." Ucap Farel.
Maira duduk dideket Nindia "tinggal apa aja sih?."
"Variabel nya doang Mai." Ucap Nindia.
"Huh? Variabel?."
Farel mengangguk "gue kagak ngerti materinya. Lo ngerti gak Raf?." Tanya Farel pada Rafi.
"Ngerti aja sih."
"Punya Lo kayak gimana emang Raf?." Tanya Dwi.
"Ada di Maria tuh file nya."
"Kirim Mar."
"Oke bentar." Maria mengirim pesan pada Dwi.
"Udah tuh."
Dwi melihatnya "lah cuma segini."
"Iya emang disuruh kayak gitu doang." Ucap Rafi.
"Kalo tau gitu, gue ngerjain aja daritadi." Ucap Farel ketika ia melihat file yang dikirim Maria.
"Makanya nanya." Julid Rafi.
"Sini Dwi, biar gue yang ngerjain." Ucap Farel, lalu ia langsung mengambil laptop yang di pegang Nindi dan langsung mengerjakan nya.
"Gays Minggu ini siapa yang presentasi waktunya pak Zaki?." Ucap Maira.
"Gue sama Bayu, Mai." Ucap Dwi.
"Oh oke, berarti Minggu depan gue sama Nindia."
"Lah kok gue sih." Ucap Nindia.
"Ya terus Lo maunya sama siapa kalo bukan gue anjir." Ucap Maira.
"Yaiyasih tapi jangan Minggu depan juga."
"Terus maunya kapan. Tinggal beberapa Minggu aja."
"Ish Yaudah iya Minggu depan."
"Oke deh."
Ketika yang lain sibuk mengerjakan tugas, Maira izin pergi membeli minuman. Dia haus ngomong-ngomong. Saat ingin memesan dia tidak sengaja bertemu dengan Ayla yang kebetulan juga baru datang sebab ia ingin mengerjakan tugas bersama teman-temannya.
"Loh disini juga Mai?." Tanya Ayla.
Maira tersenyum kikuk "iya nih kak ngerjain tugas."
"Tadi aku ketemu sama Nindia, katanya kamu gak masuk karena malu, bener?."
Ingin rasanya Maira mengubur diri sekarang juga. Dan dia juga ingin mencaci maki sang sahabat yang sudah berani mengungkapkan rahasianya.
"Awas aja nanti dia, gue bejek-bejek tuh anak." Ucap Maira dalam hati.
"Dia bercanda itu pasti kak. Gausah dipikirin banget."
"Gimana gak dipikirin. Kamu malu ketemu aku?."
"Emm anu....kak." Maira sangat kikuk menjawab pertanyaan Ayla.
"Apa-apa?."
"Emm aku ke kamar mandi dulu ya kak." Ucap Maira seraya berlari kecil meninggalkan Ayla.
"Hey tunggu dulu maira, haish tuh Anak." Umpat Ayla.
Setelah pertemuan yang terduga itu, Ayla meminta Maira untuk bertemu kembali dengannya. Karena ada yang ingin gadis itu bicarakan.
"Kenapa kakak ngajak aku kesini?." Tanya maira ketika mereka baru saja sampai di alun-alun kota.
"Ada yang ingin aku bicarakan sama kamu."
"Huh? Soal apa?."
"Aku masih bertanya-tanya kenapa kamu sering banget beli bunga di toko aku? Padahal kamu gak suka bunga banget."
Bukannya menjawab tapi Maira malah balik menanya. "Kakak tau dari siapa aku gak suka bunga?."
"Gak penting aku tau darimana, jawab aja, Maira."
Terdengar helaan nafas dari si kecil "seperti yang udah aku katakan ke kakak, aku suka ke kakak, itu bentuk effort aku. Maaf kalo kakak ilfill sama cara aku."
"No aku gak ilfill aku cuma heran aja dan mau makasih."
Maira tampak mengernyitkan dahinya tanda bertanya "huh?."
"Karena kamu sering kesana, florist aku rame. Kamu kan yang sering upload tentang florist aku?."
"Darimana kakak tau kalo aku sering upload florist kakak."
"Nindia." Maira menutup matanya sekilas sambil mengumpati nama sahabat nya itu.
Sedangkan disisi lain Nindia merasa telinga nya panas "siapa nih yang ngomongin gue?." Gumam Nindia.
Kembali ke Maira dan Ayla keduanya kini berada di sebuah kursi yang menghadap langsung kearah jalan. Mereka sambil menikmati eskrim yang sempet Maira beli tadi.
"Boleh aku nanyak ke kakak?." Tanya Maira sambil menatap Ayla yang juga kini menatap balik padanya.
"Boleh, selagi masih bisa aku jawab, aku bakalan jawab."
"Kakak jomblo sekarang?."
Dengan mantap Ayla mengangguk "kalo begitu boleh aku deketin?." Tanya Maira.
Ayla terkekeh "kan udah kamu deketin Maira?."
Maira mendengus "maksudku secara resmi kak."
"Oh, boleh saja. Tapi kelamaan gak sih?."
Kini giliran Maira yang terkekeh pelan "jadi maunya kakak langsung jadian begitu?."
Ayla terkekeh "jika kamu nembak sekarang. Aku bakalan langsung jawab iya."
Maira diam-diam tersenyum, lalu ia menggenggam tangan Ayla. "Aku suka kakak, bahkan mungkin aku sudah mencintai kakak." Jeda.
"Jadi kakak mau engga jadi pacar aku?."
Ayla tersenyum dan mengangguk "ya aku mau jadi pacar kamu."
Maira tersenyum juga lalu ia mendekatkan wajah nya pada wajah Ayla. Kedua bibir mereka saling menyatu sama lain, Maira melumat bibir Ayla dengan lembut.
"Aku sayang sama kamu Maira."
"Aku jauh lebih sayang ke kak Ayla." Maira memeluk tubuh pacar barunya itu, begitu juga Ayla.
Tepat malam itu mereka resmi menjadi pasangan kekasih. Dengan ribuan bintang dan juga bulan sabit yang sangat indah menghiasi langit malam.
Tamat