Hari yang Sial

16 5 0
                                    


Saat pintu benar-benar sudah tertutup rapat, Kara mengembuskan napasnya panjang. Ia lantas menyentuh dadanya sejenak, merasakan bahwa gemuruh di dadanya belum juga mereda. Menyadari keanehan pada dirinya, wanita itu menggelengkan kepalanya dan memutuskan untuk kembali bekerja. Namun, seolah pikirannya tidak fokus, Kara justru membuka laci meja kerjanya, mengambil sebuah cermin berbentuk bundar. Mengamati wajahnya sendiri.

Kenapa wajahnya memerah? Sejak kapan Kara berdegup kencang seperti ini saat berhadapan dengan si bos? Ahh tidak, tidak. Ini pasti hanya karena Kara merasa bersalah saja pada Taehyung karena sudah menyemburnya, makanya jantungnya berdetak kencang sekali. Ya, pasti karena itu.

Dari balik meja kerjanya, Kara mengintip sekilas ke ruangan si bos. Di dalam sana, Taehyung dan Jimin terlihat sedang membicarakan hal serius. Semoga saja Jimin tidak berspekulasi aneh-aneh saat melihatnya keluar dari kamar pribadi Taehyung.

"Nona Song,"

Kara nyaris menjatuhkan cerminnya saat mendengar seseorang memanggil namanya. Sumpah, ia merasa seperti ketahuan menguntit atasannya padahal tubuhnya saja duduk di balik meja kerjanya sendiri. Meski sedikit kesal, namun Kara berusaha mengatur raut wajahnya seramah mungkin.

"Hea, ada apa?" Kening Kara mengerut saat pertanyaannya sendiri terlontar. Tentu ia heran kenapa presensi Hea yang selaku resepsionis hadir di lantai tertinggi bangunan ini. Maksudnya, tugas dan jobdesk Hea adalah menyambut tamu di lobi. Kalaupun ada sesuatu yang penting, biasanya wanita itu hanya akan menghubunginya melalui telepon.

"Saya sudah empat kali menghubungi saluran Anda tapi tidak ada jawaban, maka dari itu saya datang kemari karena keadaanya cukup rumit." Gadis berponi itu jelas sekali menunjukkan raut wajah panik saat berbicara pada Kara.

Merasa situasinya memang sedang tidak baik-baik saja, Kara berdiri dari duduknya dan menghampiri Hea, ia sempat melirik ke dalam ruangan Taehyung dari jendela sebelum seluruh atensinya tertuang pada gadis di hadapannya.

"Ada apa?"

"Di lobi ada sedikit kekacauan. Ada seseorang yang memaksa untuk bertemu dengan Pak Direktur. Tapi saat saya tanya apakah dia sudah membuat janji temu, dia mengatakan bahwa dia tidak perlu membuat janji temu. Beberapa staff dan penjaga masih menghalaunya tapi wanita itu tetap memaksa bahkan membuat kekacauan." Jelas Hea.

"Kekacauan? Siapa wanita yang kau maksud, Hea?"

"Wanita itu bilang dia anak dari pemilik perusahaan J'Vess and Gold, Nona."

Kara semakin mengerutkan dahinya. Itu perusahaan yang beberapa hari lalu meresmikan hotel Horizon yang terkenal itu. Kara dan Taehyung juga mendatanginya. Tapi hari itu seingat Kara dia tidak melihat pemilik J'Vess and Gold hadir bersama anaknya. Hari itu, Kara hanya melihat Tuan dan Nyonya Choi saja.

Maka tanpa pikir panjang, Kara segera menuju ke lokasi kejadian dimana Hea bilang terjadi kekacauan. Kara sengaja tak memberitahu Taehyung karena ia yakin masih ada hal penting yang sedang Jimin dan atasannya itu diskusikan. Untuk masalah ini jelas Kara tahu bukan sesuatu yang penting sebenarnya. Pasalnya, jika ini penting maka sudah pasti siapapun yang ingin bertemu dengan atasannya memiliki janji temu.

"Nona, apa saya perlu memberitahu Pak Direktur?" Tanya Hea disela-sela jalannya membuntuti Kara.

"Tidak perlu, sekretarisnya sudah mengurus ini untuknya."

Dan saat pintu lift terbuka, Kara bisa melihat seorang wanita cantik yang masih berusaha menerobos masuk namun terhalang oleh dua tubuh besar penjaga. Tidak jauh dari sana, beberapa karyawan mengintip keributan itu, saling bergosip dan bertanya mengenai wanita asing yang datang-datang lalu memaksa masuk begitu saja.

Try to Not Anti-RomanticTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang