Jisung cemberut saat melihat orang tuanya melambaikan tangan dengan semangat.
"Jadilah pasangan yang baik, Jisung! Lalu jangan terlalu sering berbuat hal mesum!" Teriak kedua orang tua Jisung, mereka sangat bersemangat mengusir Jisung dari kediaman keluarga Park.
"Tidak perlu cemberut seperti bebek, kau bisa mengunjungi kedua orang tuamu nanti!" Hibur Jaemin kepada Jisung.
Saat ini keduanya secara terpaksa harus mengosongkan rumah masing-masing dan berpindahnya ke apartemen milik Jaemin yang cukup besar walau hanya memiliki satu kamar.
Jisung tidak menjawab, tangannya masih dilipat di dada. Wajahnya ia palingkan hingga tidak melihat Jaemin.
Jaemin hanya menghela napas melihat kelakuan dari calon istrinya itu. Kemudian pemuda itu kembali fokus ke arah jendela menikmati pemandangan. Sedangkan sang supir hanya melihat mereka, dia harus melaporkan kegiatan apa saja yang dilakukan oleh kedua tuan mudanya itu.
Tak lama mereka sampai, Jaemin membantu Jisung mengeluarkan barang-barang yang ia bawa. Sedangkan Jaemin? Di apartemen miliknya sudah tersedia barang-barang yang dia miliki.
"Kita berasa di lantai berapa?" Tanya Jisung.
"Kita berada di lantai dua blok A, apartemen ku kedap suara jadi jika kau ingin berteriak atau melakukan atraksi gila tidak akan ada yang protes, tenang saja!" Balas Jaemin kepada Jisung.
Jisung melemparkan tatapan tajam pada Jaemin yang tentunya hanya dianggap angin lalu oleh Jaemin, Jisung itu tidak menakutkan sama sekali.
"Jangan menatap ku dengan tatapan seperti itu, karena hal itu tidak membuat ku takut."
Jaemin berjalan mendahului Jisung, mereka menggunakan lift untuk sampai ke lantai dua.
Saat sudah berada di apartemen, Jaemin langsung memasukkan password apartemen miliknya. Jisung ingin mencoba melihat password apartemen tersebut namun, tidak terlihat karena terhalang Jaemin.
"Apa password apartemen mu? Jaga-jaga jika aku pulang malam!" Tanya Jisung.
"Tidak ada pulang malam! Kau dan aku akan selalu bersama, lagipula kita sekelas jadi pulang dan pergi kau akan bersama diriku! Paham?"
"Memangnya kita memiliki kendaraan?"
"Aku memiliki motor, kita bisa menggunakan itu. Jadi jangan beralasan untuk tidak pergi bersama diriku!"
Jisung memutar bola matanya malas, bibirnya turun kebawah dan mencibir perkataan Jaemin, "iki miliki mitir!"
"Aku mendengar dirimu yang mencibir, Jisung!"
Jisung hanya terkekeh canggung, dia tidak ingin memulai pertikaian karena masih banyak pekerjaan yang harus dia lakukan.
Jisung membawa barang-barangnya ke dalam dengan bantuan Jaemin keduanya membereskan apartemen Jaemin yang kelihatan berantakan kini menjadi tempat layak huni.
Setelah beres-beres Jisung menaruh bajunya di sebelah lemari Jaemin yang masih memiliki tempat kosong.
Setelah selesai, Jisung melihat Jaemin yang memasak ramyeon. Jisung yang memang jarang diberikan izin makan ramyeon dengan bahagia memakan hal itu, "Terima kasih Jaemin!"
"Iya, ngomong-ngomong aku akan membahas peraturan yang akan berlaku disini."
"Apa itu?"
"1. Jangan terlibat perasaan
2. Uang bulanan aku yang pegang karena kamu boros, jadi jika ingin beli apapun harus izin ke aku!
3. Jangan pernah mengatakan pada teman-teman kalau kita adalah sepasang pengantin yang akan menikah.
4. Pekerjaan dia apartemen kita bagi saja, jika aku sempat mengerjakannya maka akan aku lakukan begitu juga dengan mu! Bagaimana kau setuju?"Jisung mengangguk setuju, kemudian dia beberapakali menguap. Tubuhnya lelah karena harus membereskan apartemen, kemudian juga dia tadi merengek tanpa henti agar tidak tinggal serumah dengan Jaemin.
Jaemin menyadari bahwa Jisung kelelahan dan mengantuk akhirnya berbicara, "Tidurlah, aku yang akan mencuci piring!"
"Kasurnya? Kasur kita hanya satu! Aku bingung harus tidur dimana?"
"Kalau begitu tunggu aku selesai mencuci piring!"
Jisung menaruh wajahnya di meja, dia sudah lelah. Sedangkan Jaemin mempercepat kegiatannya, tak butuh waktu lama akhirnya Jaemin selesai mencuci piring.
"Ayo kita ke kamar!"
Jisung hanya berjalan gontai tanpa menjawab Jaemin, saat mengantuk ataupun sakit Jisung akan menjadi orang penurut tanpa membantah apapun.
Jaemin kini memberikan batas berupa guling di tengah-tengah kasur, "Ini adalah batas jadi jika ada yang ketahuan melewati batas ini maka dia harus menjadi babu selama seminggu, setuju?"
Jisung mengangguk, kemudian dia langsung merebahkan tubuhnya di kasur Jaemin. Perlahan matanya terpejam menuju ke alam mimpi.
"Saat seperti ini kau kelihatan seperti orang alim yang tidak gila!" Gumam Jaemin.