Tetaplah di sini, di sampingku selamanya.
Kalimat yang seringkali terngiang di benak Renjun akhir-akhir ini. Kadang kala sang Pangeran Ophelia berpikir, mengapa Jeno begitu takut akan kepergiannya. Apa yang membuat Renjun harus terus berada di sisinya, karena setelah kejadian itu Jeno tak menjelaskan apapun. Tapi Renjun pun tidak ingin membahasnya lebih jauh, ia takut terjebak oleh rasanya sendiri, dan berakhir kecewa. Mungkin Jeno memang tak ingin sendiri lagi, seperti yang pernah lelaki itu ungkapkan.
Semenjak kejadian beberapa hari lalu, Renjun jadi semakin sulit untuk berpergian dari kediaman Jeno. Bahkan ketika biasanya Jeno senantiasa mengajaknya keluar, kali ini Jeno tak pernah lagi membawanya. Jeno akan meminta Jaemin, atau Haechan menemani Renjun.
Sejujurnya Renjun merasa tidak enak pada Jaemin. Akibat kejadian itu, Jeno benar-benar marah padanya. Tak hanya Jaemin, Lucas pun terkena imbasnya.
Dalam hati Renjun bertanya-tanya, sebenarnya mengapa Jeno selalu bersedia menyelamatkan nyawanya. Jeno memberikan apapun yang Renjun inginkan, padahal jika mengingat kembali, mereka adalah dua orang asing yang baru saja bertemu.
Setiap kali Renjun membahas mengenai Negerinya, Jeno seringkali menghindar. Beberapa kali Renjun bertanya adakah caranya untuk kembali, Jeno selalu mengatakan tak ada cara untuk bisa kembali ke sana. Renjun berpikir jika ia bahkan bisa pergi ke sini, lalu mengapa untuk kembali, ia tak bisa melakukannya.
Ia pun tak mungkin selamanya berada di samping Jeno. Suatu saat Jeno pasti akan menemukan seseorang yang dicintai, dan membina keluarga. Sampai kapan Renjun akan tinggal bersamanya. Sampai kapan pula Renjun harus terus bersembunyi.
Renjun tak bohong akan sikap Jeno yang membuatnya bingung. Terkadang Jeno begitu lembut padanya, tapi di sisi lain lelaki itu akan kembali dingin layaknya es. Kadang Renjun merasa diistimewakan, terkadang pula Renjun merasa dirinya selalu disalahkan.
“Jeno, bisakah kau membiarkan aku melakukan sesuatu? Kau tidak pernah membiarkan aku melakukan ini, dan itu” ujar Renjun sembari terus memperhatikan Jeno yang merapikan persediaan pangan mereka.
“Kau tidak bisa melakukan apapun dengan benar” jawab Jeno tanpa melihat wajah Renjun.
Renjun mendengus sebal mendengarnya “Padahal kau sama sekali belum melihat kemampuan ku” jawab Renjun. “Memangnya apa yang bisa kau lakukan?” tanya Jeno sembari mengangkat sebelah alisnya.
“Um ... Menggunakan pedang, sedikit beladiri, berkuda dan ...”
Renjun memandang wajah Jeno yang terlihat masih menunggu jawabannya. Setelah diingat kembali, di Ophelia hal-hal yang Renjun lakukan hanya belajar mengenai Kerajaan. Bela diri pun tak seluruhnya diajarkan padanya. Menggunakan pedang, ia cukup mahir melakukannya, dan berkuda. Selain itu tak ada lagi yang ia lakukan, karena semua sudah dilakukan oleh para pelayan.
“Dan? ... Beladiri mu, atau kemampuan mu dalam berpedang tak akan berlaku di sini. Mereka bahkan bisa menghancurkan pedang mu dalam satu jentikan jari”
Bibir Renjun maju setelah Jeno berucap padanya. Semua yang diungkapkan lelaki itu memang benar adanya. Meski begitu Renjun ingin tetap berguna.
“Setidaknya biarkan aku melakukan sesuatu, tidak hanya diam dan memperhatikan mu” ujar Renjun yang kini turun dari meja yang diduduki sebelumnya.
“Tunggu di halaman belakang, aku punya sesuatu yang bisa kau lakukan” ujar Jeno. Iris Renjun membulat sempurna begitu mendengarnya. Dengan semangat, Renjun segera pergi ke halaman belakang. Ia melinting lengan bajunya ke atas, bersiap jika Jeno memintanya melakukan sesuatu yang berat.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Witch's Lover
FanfictionSebuah peristiwa yang mempersatukan mereka, berujung pada sebuah petualangan menakjubkan untuk menjelajahi dunia. Menghadapi berbagai rintangan, yang semakin memperkuat rasa diantara keduanya. Hidup dengan latar belakang yang berbeda, membuat perjal...