Suatu Kebetulan

4 0 0
                                    

Sudah satu minggu aku bersekolah di SMA Permata Intan, aku mulai nyaman menjalani sekolahku karena mempunyai teman sebaik Fara, pertemanan kami pun semakin dekat. Sepulang sekolah Fara mengajakku untuk pergi dengannya, ia mengajakku untuk sekedar minum kopi sambil mengobrol-ngobrol di Coffe Shop, namun dengan berat hati aku harus menolaknya walaupun hari ini aku tidak ada jadwal les, aku takut jika pulang terlambat karena pergi main nanti Mamah akan marah kepadaku.

"Lo beneran nggak bisa ngopi nih, Nay?" Tanya Fara memastikan kepadaku.

"Nggak bisa, Far. Maaf ya."

"Bukannya hari ini lo nggak ada jadwal les?"

"Iya, tapi aku nggak boleh pulang terlambat, apalagi karena pergi main."

"Lo nggak capek Nay hidup monoton seperti itu? Mengulangi keseharian yang sama setiap harinya?"

"Ya capek, tapi mau bagaimana lagi? Ini perintah dari Mamahku."

"Ya sudah deh. Kapan-kapan kalau lo ada waktu bilang ke gue ya biar kita ngopi bareng saja, biar hidup lo juga nggak ngebosenin." Ucap Fara. Terlihat wajahnya kecewa karena ajakannya selalu ku tolak.

Pantas saja dari dulu aku tidak memiliki teman dekat yang bisa bertahan lama berteman denganku, memang karena diriku yang selalu tidak bisa diajak main oleh temanku.

"Iya, Far. Sekali lagi maaf ya."

"Iya nggak apa-apa, santai saja. Ya sudah gue pergi duluan ya."

"Iya, Far. Hati-hati di jalan."

Sebenarnya aku sangat ingin menerima ajakan Fara, namun aku takut Mamah akan memarahiku jika bolos les atau pulang terlambat.

Aku pun masuk ke dalam mobil, aku meminta Pak Aji untuk mampir terlebih dahulu ke Coffe Shop langgananku.

"Oh ya Pak, nanti mampir ke Coffe Shop dulu ya, Pak."

"Siap, Non."

Aku mampir membeli kopi untukku dan Pak Aji. Dan tak sengaja aku bertemu dengan Baskara, ia bersama dengan teman-temannya. Sepertinya mereka sedang menongkrong sambil mengerjakan tugas, karena di atas mejanya terdapat beberapa laptop.

Aku memesan segelas kopi Americano untuk Pak Aji dan segelas Cappucino untukku. Entah mengapa mataku tak berhenti memandang Baskara dari kejauhan walaupun ia tak melihat balik ke arahku. Sampai aku tak mendengar suara Barista yang sepertinya sudah berkali-kali memanggilku.

"Mba sedang lihatin siapa sih? Serius banget kayaknya sampai saya panggil nggak nengok-nengok." Tanya Barista itu penasaran.

"Engga kok, Mas." Jawabku gugup.

"Ini uangnya. Ambil saja kembaliannya." Aku memberikan uang lalu segera pergi.

Saatku keluar dari Coffe Shop itu aku memperhatikan beberapa motor yang terparkir, dan ternyata memang ada motor Baskara yang waktu itu ia kendarai sewaktu mengantarkanku pulang ke rumah.

"Pak, ini kopi buat Bapak, biar nggak ngantuk." Aku memberikan kopi kepada Pak Aji.

"Makasih ya, Non. Nggak usah repot-repot padahal, nanti bapak bisa beli kopi di warung. Kopi di tempat seperti ini pastinya harganya mahal ya, Non?"

"Enggak kok, Pak."

Sesampainya di rumah, aku langsung masuk ke dalam kamarku. Tiba-tiba terfikirkan untuk mencari akun sosial medianya Baskara. Aku mencari akun instagram Baskara dan mengecek satu persatu akun yang bernama Baskara. Dan akhirnya aku menemukan satu akun yang terdapat beberapa postingan foto Baskara di akun tersebut, di akun tersebut pun tertera nama Baskara Aditama. Ternyata dia anak kuliahan dan dia mengikuti organisasi di kampusnya. Aku melihat fotonya sambil tersenyum-senyum sendiri. Baskara ini ternyata tampan, dan wajahnya tidak membosankan untuk dipandang berlama-lama. Aku menstalking akun instagramnya sampai akhirnya aku tertidur.

Semua Aku  DirayakanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang