Prolog

38 0 0
                                    

"Saya terima nikahnya Nadia Arumi binti Ahmad dengan maskawin yang tersebut dibayar tunai."

Hancur, hancur sudah hati Sekar saat kalimat sakral itu terucap dengan begitu tegas dari bibir Regan, lelaki yang dicintainya. Lelaki yang mulai detik ini telah resmi menjadi suami Arumi, sahabatnya.

Setelah lebih dari sepuluh tahun mencintai dalam diam, kini Sekar harus dipaksa menyerah karena sang pujaan sudah bukan lagi lelaki lajang. Terlebih lelaki itu kini menjad suami sahabatnya, sahabat yang sangat disayanginya bahkan telah dianggapnya sebagai saudara.

Sekar menatap nanar kedua mempelai yang terlihat sangat bahagia, senyuman tulus penuh kasih dan cinta terpancar jelas dimata keduanya membuat hati Sekar kian terasa sesak. Namun, meski hatinya sekarat, Sekar tetap ikut bahagia dengan pernikahan sahabatnya.

Sungguh, itu bukan sebuah kemunafikan, karena memang nyatanya Sekar ikut merasa bahagia saat sahabat yang disayanginya telah menemukan belahan jiwanya, lelaki yang akan menemani sahabatnya di sisa hidupnya.

Saat bibir lelaki yang dicintainya mendarat dengan lembut di kening sahabatnya, Sekar menjauh perlahan dari tempat yang menyesakkan itu, meski telah berusaha sekuat mungkin untuk mencoba tegar tetap saja hatinya rapuh dan tak sanggup terlalu lama menyaksikan kebahagiaan mereka. Bukan iri, hanya saja dia perlu waktu yang entah berapa lama untuk menata kembali hatinya yang kini hanya tinggal serpihan yang berserakan.

Dengan langkah tertatih, Sekar keluar dari gedung tempat berlangsungnya pernikahan kedua orang yang sangat disayanginya, berdiri di pinggir jalan menunggu taksi lewat, hatinya tak henti menggumamkan dzikir agar diberi kekuatan. Begitu sebuah taksi akan melintas di depannya, buru-buru tangan Sekar melambai menghentikan taksi itu dan menaikinya.

Di dalam taksi, Sekar tak mampu lagi membendung tangisnya. Air mata yang sejak tadi mendesak kini mengalir deras dipipinya. Sekar menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya dan tersedu dalam tangisnya, tak peduli meski bukan hanya dirinya seorang yang berada di dalam taksi itu.

Sedangkan supir taksi yang sesekali melirik Sekar melalu sepion, merasa iba mendengar tangisan pilu gadis itu. Siapapun yang mendengarnya pasti dapat merasakan bahwa luka yang dialami Sekar sangatlah dalam.

Tuhan... kuatkan hatiku, bantu aku untuk mengikhlaskan segala yang menjadi kehendakmu


Hay, bantu support dengan cara vote dan komen yah, kalau boleh sekalian follow juga, makasih 🙏

Hay, bantu support dengan cara vote dan komen yah, kalau boleh sekalian follow juga, makasih 🙏

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di KBM app sudah tamat yah 😊🙏

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di KBM app sudah tamat yah 😊🙏

Bukan Pernikahan ImpianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang