Bab 1. Menghilang

21 1 0
                                    

Mencintaimu adalah hal yang paling menakjubkan dalam hidupku, meski bagimu aku hanyalah sebutir debu yang tak pernah memiliki arti.

Sekar memandang jauh laut biru di depannya, kini dirinya sedang berada di pantai ujung genteng- sukabumi. Sudah tiga bulan dia meninggalkan Jakarta dan memilih menetap di Sukabumi. Menjauh dan menghilang dari kehidupannya yang dulu.

Bukan tanpa alasan Sekar memilih pergi menjauh, dia melakukan ini semata-mata hanya untuk menyelamatkan hatinya. Hatinya yang sekarat karena kehilangan lelaki yang dicintainya.

Sekar tersenyum miris mengingat segala hal yang dia lakukan agar Regan dapat melihat kearahnya, namun kenyataannya Regan tetap tak terjangkau.

Ingatannya melayang jauh pada pertemuan pertamanya dengan Regan. Saat itu, Ibunya membawanya ke tempat kerja, Majikan ibunya luar biasa baik sehingga mengizinkan sang ibu untuk membawanya ketika bekerja.

Ibunya meminta Sekar untuk menunggunya di teras belakang rumah Regan, dari situ dia melihat Regan yang sedang bermain bola di taman belakang. Sekar kecil mendekat, menghampiri Regan yang sedang asik menggiring bola. Regan yang melihat kehadirannya menghentikan permainannya dan menatap dingin pada Sekar.

Sekar mengulurkan tangannya hendak mengajak berkenalan, namun Regan tak menyambut uluran tangannya dan pergi begitu saja meninggalkan Sekar yang terdiam.

Sekar terkekeh geli menyadari kebodohannya, bukankah sejak dulu Regan memang tak pernah menerima kehadirannya, tapi mengapa hatinya tetap kekeh untuk mencintai lelaki dingin itu?

Sekar mendudukkan tubuhnya di atas pasir, matanya terpejam menikmati hembusan angin sore yang terasa menyejukkan sekaligus menenangkan jiwanya. Rambut panjangnya berterbangan, menutupi sebagian wajah ayunya.

Tak terasa, bulir bening menetes dari mata indahnya yang terpejam. Bayangan wajah Regan dan Arumi melintas dalam benaknya. Senyuman mereka, tawa mereka membuat dadanya terasa sesak.

Salahkah jika hatinya masih menyimpan rasa yang sama untuk Regan?

Salahkah jika hatinya masih belum merelakan Regan untuk Arumi, sahabatnya?

Sekar bahagia melihat sahabat yang sudah dianggapnya sebagai saudara dan juga lelaki yang dicintainya bahagia. Namun tak dapat dipungkiri, ada luka yang menganga dalam hatinya melihat kebahagiaan mereka.

Sekar menunduk, menenggelamkan wajahnya di atas lututnya yang tertekuk. Tangisnya kembali pecah seiring sesak yang semakin dalam dirasakannya. Bodoh, mengapa dia harus kembali menangis? bukankah dia sudah berjanji untuk melepaskan dan melupakan?

Namun, bagaimana dirinya bisa melupakan sedang rindunya saja enggan meninggalkan. Rindu yang salah untuk orang yang salah. Tak seharusnya Sekar membiarkan rindu itu ada dan memenuhi hatinya, namun dia tak mampu mengelak saat rindu itu menyelinap diam-diam dalam kesendiriannya.

***

Arumi menatap sendu pada fotonya dengan Sekar yang sedang berpelukan, foto itu diambil setelah pengumuman kelulusan sekolahnya. Arumi terkekeh saat mengingat betapa sulitnya dia memaksa Sekar untuk mau diajak bersua foto.

Arumi sangat tahu kalau Sekar tak pernah suka berfoto, namun Arumi tetap memaksa. Alibi foto terakhir masa SMA membuat Sekar mau tidak mau memenuhi keinginan sahabatnya itu.

Bukan Pernikahan ImpianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang