Bab 4. Bagian Dari Masalalu

9 0 0
                                    

Tak terasa sudah satu bulan Sekar menetap kembali di Jakarta dan menjalani pekerjaan barunya. Saat pertama kali menginjakkan kaki di kantor barunya, dia benar-benar dibuat takjub.

Kantornya yang sekarang sangatlah mewah, jauh sekali jika dibandingkan dengan kantornya yang dulu di sukabumi. Selain kantornya yang mewah dan juga nyaman, rekan kerjanya yang barupun sangat Welcome kepadanya, dan hal itu membuat Sekar merasa betah di tempat barunya.

Drrrtttt

Sekar melirik ponselnya yang bergetar, senyumnya seketika mengembang melihat nama kekasihnya yang tertera dilayar ponselnya.

Sekar meraih ponselnya dan segera menggeser tombol hijau, "Halo, sayang," sapa Sekar dengan riang membuat seseorang di seberang sana terkekeh geli.

"Halo sayang, ceria banget kayanya, kamu lagi happy yah?" Sekar terkekeh mendengar pertanyaan kekasihnya.

"Iya dong aku happy, kan ditelepon kamu. Masa nggak happy." Altaf dan Sekar sama-sama tertawa.

"Dasar, udah berani gombal yah sekarang. Ugh... Coba aja kamu di sini, aku ketekin kamu," ucap Altaf yang disambut tawa renyah Sekar.

"Jorok, ih..."

"Jorok gini juga suka kamu ciumin keteknya." Sekar mengulum senyumnya. Benar yang dikatakan Altaf, dia memang mempunyai kebiasaan aneh, yaitu mencium ketek kekasihnya. Entahlah, Sekar juga tak mengerti dari mana asalnya kebiasaan aneh itu, tapi yang pasti dia selalu menyukai wangi kekasihnya dan selalu merasa nyaman saat mencium keteknya.

"Udah dulu yah sayang, Aku mau lanjut kerja lagi." Sekar mematikan ponselnya sebelum mendengar jawaban dari Altaf. Selalu seperti ini, setiap kali lelaki itu menggodanya hatinya pasti berdebar dan pipinya merona, memalukan.

Sekar menatap ponselnya dengan senyuman mengembang, dia merasa bersyukur karena sejauh ini hubungannya dengan Altaf masih tetap harmonis. Meski mereka sedang menjalani hubungan jarak jauh, Altaf selalu berusaha membangun komunikasi yang intens dengannya hingga tak pernah ada percekcokan berarti diantara keduanya.

Selain itu, Sekar juga bersyukur karena selama dia kembali bekerja di Jakarta, dia belum pernah bertemu dengan orang-orang di masa lalunya, dan hal itu tentu saja membuatnya bahagia.

Detik demi detik berlalu begitu cepat, tak terasa sudah waktunya jam pulang. Sekar membereskan barang-barangnya dan beranjak pulang.

***

Tok tok tok

"Assalamualaikum, Ibu..." Sekar mengetuk pintu rumahnya dan memanggil ibunya.

"Ibu, Assalamualaikum, Sekar pulang, Buk," Sekar kembali mengetuk pintu dan memanggil ibunya karena pintu yang tak kunjung dibukakan.

"Ibu kemana yah," gumam Sekar. Perasaannya mulai khawatir kepada ibunya.

Sekar meraih gagang pintu dan mencoba membukanya, "Tidak dikunci." Begitu mendapati pintu tidak dikunci, Sekar bergegas masuk ke rumahnya.

Sekar memanggil-manggil ibunya dan berjalan ke setiap sudut rumah. Matanya terbelalak melihat ibunya tergeletak tak sadarkan diri di lantai dapur.

"Ibu..." Sekar berteriak histeris dan berlari menghampiri ibunya.

"Ibu, bangun Buk. Ibu kenapa?" Sekar mengguncangkan tubuh ibunya dan menepuk-nepuk pipi ibunya. Air mata mengalir deras dipipinya, rasa khawatir dan takut menyatu dalam dirinya membuat Sekar kebingungan sendiri.

Bukan Pernikahan ImpianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang