Bab 3. Kembali

13 0 0
                                    

Sekar menatap langit-langit kamarnya dengan tatapan kosong, ingatannya kembali pada pembicaraannya dengan Pak Jamal siang tadi— haruskah dia menerima tawaran perusahaan?

Banyak hal yang dipikirkan membuat Sekar mendesah frustasi. Jika boleh jujur, kepindahannya di Jakarta akan memudahkan dirinya untuk membawa ibunya yang mulai sakit-sakitan ke dokter. Memang di Sukabumi juga banyak dokter dan rumah sakit, Hanya saja tidak sebagus dan sebaik di Jakarta.

Tapi Jika dia pindah ke Jakarta... Bagaimana dengan Altaf? haruskah dia menjalani hubungan jarak jauh? S
sanggupkah dia melakukannya? lalu, bagaimana kalau dia bertemu kembali dengan Regan dan juga Arumi? akankah hatinya tidak kembali terluka?

Sekar menggeleng lelah. Lelah memikirkan segala yang akan terjadi dan harus terjadi. "Duh, pusing aku mikirin ini semua. Nanti aja deh, obrolin dulu sama Altaf," gumam Sekar lalu memejamkan matanya, mengarungi mimpi dengan hati yang gelisah.

***

Sekar menatap Altaf dengan gelisah, lidahnya kelu untuk menyampaikan kepindahannya pada kekasihnya. Dia tidak siap melihat reaksi lelaki itu, akankah Altaf mengizinkannya atau melarangnya?

Altaf mengerutkan dahinya melihat kekasihnya yang terlihat gelisah. Seperti ada yang ingin dikatakan oleh gadisnya, tapi dia tidak berani mengatakannya. Hal itu terlihat jelas diraut wajah gadisnya yang sejak tadi menatap tak tenang kepadanya.

"Sayang, ada apa?" Altaf menggenggam sebelah tangan Sekar membuat gadis yang sedang bergelut dengan pikirannya itu tersentak.

"Eh, enggak, kok, aku nggak papa. Iyah, aku nggak papa," Jawab Sekar gugup membuat Altaf yakin ada yang disembunyikan gadisnya.

"Ok kalau kamu belum mau cerita. Tapi aku yakin ada yang kamu sembunyikan dari Aku. Aku hargai kamu, mungkin kamu belum siap buat cerita." Altaf memberikan senyuman menenangkan pada Sekar membuat hati Sekar terasa hangat.

Betapa beruntungnya dia memiliki Altaf dalam hidupnya. Laki-laki yang mencintainya dengan tulus, memperlakukan dirinya dengan sangat baik dan juga selalu mengerti apapun tentang dirinya.

Sekar membalas genggaman tangan Altaf kemudian menarik nafasnya panjang, "Aku akan di mutasi ke Jakarta," ucap Sekar membuat Altaf terkejut.

"Jakarta?" Sekar menganggukkan pelan, netranya menatap dalam sang kekasih. Entahlah, Sekar tak dapat meraba arti dari ekspresi wajah kekasihnya saat ini.

"Kamu... Keberatan enggak, kalau Aku pindah ke Jakarta." Sekar menatap Altaf dengan ragu.

Altaf menarik nafasnya panjang dan menatap Sekar dengan senyuman manisnya, "Kalau itu buat kebaikan kamu dan juga kemajuan karir kamu, ya kenapa enggak? lagian di Jakarta kamu juga bisa sekalian periksain ibu ke rumah sakit, di sana peralatannya jauh lebih lengkap kan?"

Sekar menganggukkan lemah, "Lalu, bagaimana dengan hubungan kita?"

"Hey, zaman sekarang udah canggih. Kita bisa LDR-an. Yang penting kita sama-sama berkomitmen untuk menjaga hubungan kita dengan kesetiaan," ucap Altaf, jemarinya menyelipkan rambut Sekar yang tertiup angin.

"Tapi- aku takut," Cicit Sekar membuat Altaf mengerutkan dahinya. "Aku takut bertemu kembali dengan masa lalu aku. Aku belum siap."

Altaf menghela nafasnya, mengerti ketakutan yang dirasakan Sekar. "Sayang... Dengerin aku, yah. Sekarang aku tanya sama kamu, kamu cinta sama aku? kamu sayang sama aku?" Altaf menatap lekat kedua manik cokelat Sekar.

Bukan Pernikahan ImpianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang