13

843 60 7
                                    

Aku terlalu banyak berpikir, tubuhku kelelahan hingga tak sadar sudah tertidur dipelukan zafin.

Matahari mulai muncul dari ufuk timur, suara ketukan tidak bisa mengusik dua orang yang masih asik berpelukan dibawah selimut.

tok tok tok tok tok tok tok tok

Semakin lama pintu diketuk semakin brutal dari luar kamar, zera mulai membuka matanya berkedip-kedip sambil mengumpulkan nyawa. Melepaskan tangan yang melingkar diperutnya berjalan membuka pintu kamar. Terlihat pemuda yang menggenakan seragam yang masih acak-acakan, dengan raut wajah cemberut.

"bunda ini udah jam berapa?"

"udah siang bun, lihat udah jam delapan"

ucap pemuda tersebut sambil menujuk jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya, membuat mata zera melotot berlari ke dalam kamar, membuka selimut menepuk-nepuk pipi Zafin yang masih tertidur pulas. "dasar kebo, bangun nggak!" teriak Zera disamping telinga Zafin. Tetapi sang empu tidak terusik sama sekali dan terlelap di alam mimpi, hingga membuat Zera geram lalu menuangkan air digelas memercikkan air tersebut diwajah suaminya.

"Kenapa ra?" Zafin mulai membuka matanya yang terasa sangat lengket, rasanya berat sekali untuk membuka kedua kelopak matanya. "Bangun, udah jam delapan emang kamu nggak kerja?" mendengar ucapan sang istri Zafin langsung terduduk, menyibakkan selimut menyusul Zera yang terlihat mengikat rambut berjalan menuju kamar mandi, "tunggu ra, mandi barengan aja". Zera berdecak sebal mendengar ucapan suaminya tapi dia tak menolak ataupun protes.

Melihat kedua orang tuanya Ardan memanyunkan bibirnya sambil bergumam "memang aku anak tunggal tak dianggap". Lalu berjalan menuju halaman menaiki motor beat berwarna merah milik bi Asih yang tadi dia pinjam sewaktu sarapan, persetanan dengan hukuman sang ayah dia melajukan motor tersebut menuju sekolah. di tengah jalan dia melihat Adis berdiri di trotoar sambil menoleh ke kiri dan ke kanan, Ardan menepikan motornya "ayo naik".

"Makasih baby" ucap Adis sambil menaik ke motor beat yang dikendarai Ardan, memeluk pinggang Ardan dengan erat "yuk berangkat".

Sedang dirumah Zera sedang berdiri di depan lemari, mencari dasi yang cocok untuk suaminya. Dia menggambil dasi berwarna biru tua lalu membawanya menuju kamar, menarik tangan suaminya lalu menaruh dasinya ditelapak tangan sang suami "nih". Zafin menatap datar dasi tersebut lalu menatap Zera dengan sendu "pakein".

Zera melirik suaminya dengan dengan tatapan tajam (udah bangkotan masih aja manja), dia merebut dasi dari tangan suaminya lalu memakaikan di leher sang suami. Menari talinya dengan kencang sehingga membuat Zafin tercekik "ukkh Zera mau jadi janda kamu!!"

"upss sorry nggak sengaja " ucap zera melepaskan dasi dari tangannya, lalu menutupi mulutnya dengan salah satu tangannya. Zafin menatap Zera dengan wajah datar lalu merapikan dasinya, Zafin berjalan melewati keluar kamar melewati Zera. (eh..ngambek dia)  Zera berjalan mengikuti Zafin, sampai dipintu depan rumah Zera menarik-narik jas yang digunakan oleh suaminya. "Maaf" lalu dia mengulurkan tangannya, Zafin memandang istrinya sekilas lalu mengalikan pandangannya. Zera menarik dasi Zafin lalu mencium pipinya "maaf ya, jangan ngambek oke" Zafin terlihat terkejut dengan rona merah samar di ujung telinganya.

Dilain tempat ada Ardan, Haikal, Zafran, Deffan, dkk. sedang bermain biliard disalah satu warkop terkenal di kota. Suasana cukup ramai dipenuhi dengan anak-anak yang sedang bolos sekolah, ada dua pelajar  datang berbincang-bincang dengan mereka.

capt selanjutnya....

"anj kena tipu kita bos.."

"untung gue aman" ucap haikal sambil memamerkan senyumannya.

Bunda pemeran utamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang