Seorang pria gagah perkasa menunggangi kuda dengan cepat. Dilihatnya langit-langit yang mulai berubah warna menjadi ungu gelap.
Mata ungunya melihat dengan tajam sekelilingnya. Berjaga-jaga. Rambutnya yang putih seputih salju bergoyang-goyang mengikuti arah angin.
Bulu kuduknya berdiri ketika merasakan kekuatan yang sangat besar di depan sana. Tanpa pikir panjang, ia memperlaju kecepatan lari kuda kesayangannya itu.
Ia melompat dari atas kuda ketika sebuah serangan bola sihir biru di arahkan padanya. Pria itu langsung membalasnya dengan kekuatan sihir ungu miliknya ke arah seorang pria gagah lainnya, pria itu bermata biru muda laut dengan rambut hitam pekat.
"Lama tak jumpa teman" Pria bermata biru itu menyambut serangannya dengan menangkis serangan bola sihir itu.
Pria ungu terus mengeluarkan kekuatannya harap-harap akan menimbulkan segores saja luka di tubuh lawannya. Namun, nihil. Lawannya ini mampu menangkis seluruh serangan darinya.
Pria bermata biru itu menyerang, "Sekarang aku yang akan menyerang".
Serangan itu mampu di tangkis oleh pria mata ungu. Namun, serangan yang diberikan oleh pria mata biru tidak ada hentinya. Sihirnya menyerang dari segala arah, sehingga pria mata ungu kesulitan untuk menghindari bahkan balas menyerang.
"Kekuatanmu semakin lemah ya. Seperti nya kau sudah tidak pantas mendapat gelar Cahaya Ungu tak terkalahkan"
"Daripada kau mati kelelahan"
"Lebih baik jadilah pelayan pribadiku dan serahkanlah istrimu sebagai selirku, maka aku akan membiarkan yang tersisa di Kerajaanmu ini tetap hidup", ia berbicara sembari menyerang lawannya tanpa henti.
"Berisik, kubur mimpimu itu dalam-dalam" balas pria mata ungu.Pria mata biru berhenti menyerang.
"Ah, baiklah kalau begitu. Padahal itu tawaran menarik, kan?"
"Tidak sama sekali."
"Yah, baiklah. Musnahlah kau." Pria mata biru itu menyerang dengan bola sihir biru yang sangat besar.
Sebuah dinding pelindung dibuat oleh pria mata ungu ketika serangan sihir itu berada di depannya. Karena kekuatan yang semakin lemah, dinding pelindung tidak bisa bertahan lama. Dan benar saja, dinding pelindung itu pecah dan bola sihir itu mengenainya. Tubuhnya terlempar karena serangan itu.
"Kau lihat ..... ? Mimpi yang ku kubur ini membuahkan hasil. Hahaha, selamat tinggal ..... "
Pria mata biru itu mencekik pria mata ungu dan mengangkat nya. Pria mata biru menghirup entah apa itu yang keluar dari mulut pria mata ungu. Asap warna ungu. Itulah yang keluar dari mulutnya dan dihirup habis oleh pria mata biru. Setelah selesai, pria mata ungu di jatuhkan begitu saja dan di tinggalkan.
Pria mata ungu itu memiringkan tubuhnya ketika ada sesuatu yang memaksa keluar dari mulutnya. Darah, dia memuntahkan darah. Dengan tangan besarnya dia mengelap mulutnya dan kemudian kembali memposisikan tubuhnya dengan nyaman. Pria mata ungu itu terbaring lemah di tanah. Untuk bernafas pun rasanya sangat sulit. Belum lagi dengan luka organ dalamnya yang terasa sangat sakit.
Samar-samar ia mendengar langkah kaki seseorang menuju ke arahnya, sepertinya ia sedang berlari. Mungkin itu adalah salah satu suruhan pria mata biru tadi, mungkin dia akan di bawa kemudian di penggal hidup-hidup dan kepalanya di jadikan koleksi, atau bisa juga diberikan minum racun supaya mati dengan lebih tersiksa lagi, pikir pria mata ungu itu.
Tapi, ia merasa lega karena istri dan anaknya tidak perlu merasakan hal yang sama. Mereka berada di tempat yang aman. Jadi, sepertinya ia bisa pergi dengan tenang. Namun, bukankah akan lebih menenangkan lagi jika ia bisa melihat istrinya sekali lagi.
Pria itu terkekeh karena pemikirannya tadi, "Pemikiran yang bodoh, jika seperti itu bisa-bisa dia dalam bahaya."
Dan ternyata pemikiran yang katanya bodoh itu benar-benar menjadi kenyataan. Istrinya itu berlari dan terus memanggil namanya. Kekuatan cinta memang luar biasa.
Pria itu menengok ke arah sumber suara. Terlukis sebuah senyuman di wajah pria itu. Bahkan dari jarak yang agak jauh pun keharuman tubuh istrinya bisa tercium.
Rambut putihnya terlihat berantakan, tapi terlihat sangat cantik. Rambutnya itu terurai indah dengan latar belakang langit gelap ungu. Langitnya terlihat indah berkat istrinya itu. Gaunnya di angkat dengan kedua tangannya agar mempermudah langkah kakinya. Ah, seharusnya dia membuatkan dulu baju yang lebih nyaman untuk istrinya.
Mata ungu nya benar-benar sangat indah ya. Tapi ada satu hal yang ia sesali, istrinya menangis. Ini salahnya. Ini karena dia yang tidak bisa menepati janjinya. Padahal dia berjanji pulang tanpa luka sedikit pun. Padahal dia berjanji akan mengalahkan lawannya.
Istrinya terduduk di tanah. Kakinya benar-benar lemas. Bukan hanya karena lelah berlari tetapi juga karena melihat kondisi suaminya saat ini. Keadaannya sangat membuatnya takut. Takut kehilangan.
Wanita itu mengangkat kepala suaminya dan menaruhnya di paha nya. Di belainya rambut putih suaminya.
"Katanya kau akan pulang dengan selamat, katanya kau akan menggendong anak kita ketika sampai nanti, katanya kau pasti akan hidup lebih lama untuk melihat pertumbuhan anak kita. Tapi, ke-keadaan ini?" Perkataan nya berhenti. Dadanya terasa sakit. Air mata nya pun tak mau berhenti.
Pria itu hanya diam.
Wanita itu melanjutkan perkataannya, "Aku tidak peduli dengan besarnya kekuatan musuhmu itu. Kita bisa saja melawannya bersama. Tapi kau? Kau malah berkorban sendiri. Kau ini pemimpin macam apa, hah?!" Wanita itu tersulut emosi.
Ia merasa marah, sedih, kecewa, takut semua perasaan itu berkecamuk.
"Maaf. Maafkan aku untuk segalanya. Terlebih lagi janji ku." Pria itu mulai bersuara.
Tangannya mulai mengusap pipi istrinya yang basah karena air mata. Tangannya juga mengusap air mata yang akan jatuh kembali ke pipi nya.
Telapak tangannya itu sebenarnya kasar. Tapi terasa nyaman bagi wanita itu. Telapak tangan kasar suaminya itu adalah bukti dari kerja kerasnya selama ini.
"Jangan menangis lagi, berikan aku senyuman manismu saja."
Tangisan istrinya itu malah semakin kencang.
"Kau ini bodoh atau bagaimana? Di saat seperti ini aku malah di minta senyum."
Pria itu terkekeh, "Sebagai hadiah perpisahan."
"Kau... Kau itu benar-benar ya." Wanita itu menangis tiada henti.
Pria itu memegang tangan istrinya dan mengecupinya.
Dengan berat hati, akhirnya dia tersenyum, "Yang Mulia, saya sangat merasa terhormat bisa dicintai oleh Yang Mulia. Bahkan sampai akhir pun. Saya tetap menjadi satu-satunya pasangan Yang Mulia. Saya bahagia, Yang Mulia."
"Saya juga merasa sangat bahagia, Permaisuriku. Saya bahagia karena bisa bersama hingga akhir hidup dengan orang yang saya cintai."
~~~~~
Haii readers, terimakasih sudah mampir di cerita Wattpadku. Jika kamu suka, jangan lupa vote, masukan ke perpustakaan, dan follow akun ku "raveilan" untuk informasi cerita "Avyanna".
KAMU SEDANG MEMBACA
| Avyαnnα |
FantasyAvyanna sering kali mendapatkan mimpi yang sama. Bahkan Avyanna sampai ingat semua kejadian di mimpi itu. Mimpi itu adalah dunia sihir. Avyanna pernah berpikir bagaimana kalau dia hidup di dunia seperti yang ada di mimpinya itu ya? Pasti akan sangat...