Bagian 1

84 28 53
                                    

Di sebuah kamar bernuansa biru seorang gadis merenggangkan tubuhnya, ia terbangun dari tidurnya karena mimpinya itu. Lagi-lagi mimpi itu. Gadis itu bernama Avyanna Belamour, nama yang bagus bukan? Nama ini diberikan ayah tersayangnya.

Ah tapi, kenapa mimpi itu terus sih?, pikir Avyanna.

Yah, daripada menghabiskan waktu dengan memikirkan mimpi yang jelas-jelas hanya bunga tidur. Lebih baik dia bersiap-siap untuk kuliahnya hari ini. Kebetulan hari ini kelas kuliah di pagi hari. Avyanna turun dari kasur dan bersiap-siap.

~~~~~

Setelah selesai bersiap-siap, ia berjalan menuju meja makan. Dilihatnya nasi goreng dan telur mata sapi di atas meja makan. Avyanna tersenyum. Ayahnya memang yang terbaik.

Avyanna duduk di kursi. Menunggu ayahnya yang sedang cuci piring. Sembari menunggu, ia mengetuk layar HP nya dan mencari "Apakah wajar mimpi yang berulang-ulang?", "Apakah kita bisa masuk ke dalam dunia yang ada di mimpi", "Apakah dunia sihir benar-benar ada?" di internet. Ternyata ia masih terus memikirkannya, karena mimpi itu seringkali muncul akhir-akhir ini.

"Jika aku benar-benar bisa pergi sana, bagaimana dengan ayah?" Avyanna bergumam secara tiba-tiba.

"Kenapa dengan ayah?" Dan secara tiba-tiba juga ayah Avyanna sudah duduk di kursi depannya.

"Ah, tidak ayah." Avyanna tersenyum kaku dan menggaruk kepala belakangnya yang tidak gatal.

Ayahnya hanya tersenyum. Mereka memulai sarapan mereka dengan tenang. Karena kata ayah "Kalau lagi makan itu jangan sambil berbicara, tidak sopan." Betul juga sih.

Ayahnya Avyanna ini bernama Aslan Hasa. Istri? Tidak ada yang tahu kapan Aslan menikah dan dengan siapa. Tahu-tahu dia sudah mempunyai seorang anak.

Sebenarnya dulu, Avyanna pernah mendengar dari keluarga ayah tentang dia dan ayahnya. Tentang kebenaran bahwa sebenarnya saat dia masih bayi ia di pungut dari jalanan. Mungkin terdengar seperti guyonan. Tapi saat mengatakannya mereka tidak terlihat seperti bercanda. Mereka juga tidak suka dengan Avyanna, jadi bisa saja itu benar.

Dan lagi, Avyanna juga pernah melihat identitas negara milik ayah. Tertulis di status "belum menikah". Untuk mengetahui apa itu benar, Avyanna kecil menanyakannya ke neneknya. Dan neneknya berkata " Dia memang belum menikah, itu karena dia hanya sibuk mengurusi anak yang ditemukan di jalanan. Anakku yang malang."

Avyanna paham anak yang dimaksud itu adalah dirinya. Tapi, apa benar? Avyanna bukan anak kandung ayahnya? Kenapa Avyanna di buang oleh orang tuanya? Apakah Avyanna ini anak di luar nikah? Saat itu, Avyanna kecil menangis tak hentinya dari sore hingga larut malam.

Meski begitu, ayahnya terus berada di samping nya. Menenangkan Avyanna kecil menangis dengan berkata "Jangan dengarkan kata nenek, Avyanna anak ayah kok. Besok kita pindah saja ya, kita tinggal di rumah baru yang hanya ada ayah dan Avyanna saja."

Benar saja, saat matahari belum muncul seutuhnya. Avyanna dan ayahnya pergi dengan membawa barang-barang mereka. Mereka pindah rumah, jarak antara rumah nenek nya dengan rumah barunya pun sangat jauh.

Hingga saat ini, mereka masih tinggal di rumah itu. Dan hingga saat ini juga, mereka hanya tinggal berdua. Meskipun tidak ada sosok ibu, menurut Avyanna sosok ayahnya sudah cukup dan patut untuk disyukuri.

"Ayah sudah bilang kalau kamu mau pergi ke suatu tempat boleh saja asal kamu izin dulu pada ayah. Ayah yakin kamu bisa menjaga diri kamu dengan baik."

"Ternyata ayah dengar ya? Iya ayah pasti aku akan melakukannya," jawab Avyanna sembari menumpuk piring dirinya dan ayahnya, Aslan.

Aslan menahan tangan anaknya ketika Avyanna ingin mengangkat piring-piring itu.

"Biar ayah saja, kamu berangkat saja gih," kata Aslan.

"Tapi ayah-" Perkataan Avyanna terhenti karena Aslan menyelak perkataan nya, "Tidak apa-apa".

Avyanna menganggukan kepala, menurut.

Avyanna menaruh kembali piring-piring itu ke atas meja makan. Kemudian menghampiri Aslan. Avyanna mengecup pipi ayahnya itu.

"Makasih ayah, aku berangkat dulu ya."

"Belajar yang rajin." Aslan mengusak rambut anak kesayangannya itu.

Setelah itu Avyanna langsung berlari keluar dari rumah nya dan menyalakan motornya. Berangkatlah ia ke kampusnya dengan semangat.

Setelah menempuh jarak yang lumayan jauh akhinya Avyanna sampai juga. Saat ini Avyanna berada di parkiran motor. Avyanna melihat layar HP nya. Waktu menunjukkan angka 08.30, Avyanna belum telat karena kelasnya mulai jam 09.00.

Avyanna turun dari motor dan memberikan helm nya ke penitipan helm. Penitipan helm ini sudah ada semenjak kejadian pencurian helm di area parkir kuliahnya akhir-akhir ini. Untunglah ada penitipan ini sekarang. Yah, walaupun ada harga yang harus di bayar. Tapi itu kecil kok.

Avyanna berjalan menyusuri koridor kampusnya. Rencananya sih, Avyanna ingin ke kampus sambil menunggu jam mata kuliahnya hari ini.

Avyanna ini anak fakultas Ilmu Komunikasi, selain merasa cocok ayahnya juga mendukung Avyanna masuk fakultas ini. Saat ini Avyanna sudah semester 6.

Avyanna malah teringat masa SD sampai SMA nya, dulu Avyanna ini jago bela diri. Setiap tahun Avyanna selalu mengikuti event dan Avyanna bisa memenangkan nya.

Hebat juga aku, Avyanna memuji dirinya sendiri dalam hati dan tersenyum gembira.

Namun, setelah itu.

Ada yang menabrak entah itu sengaja atau tidak. Tidak sakit sih. Tapi ucapan selanjutnya dari orang itu berhasil membuatnya kesal. 

"Aduh, dasar pendek."

Avyanna membalikkan tubuhnya dan menarik kasar bahu orang itu.

"HEH! MA-baa.... "

Avyanna tercengang melihat orang yang menabraknya tadi.





~~~~~







Kira-kira siapa ya???

Haii readers, terimakasih sudah mampir di cerita Wattpadku. Jika kamu suka, jangan lupa vote, masukan ke perpustakaan, dan follow akun ku "raveilan" untuk informasi cerita "Avyanna".

| Avyαnnα | Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang