Chapter 4

127 13 0
                                    

"Apa ini benar-benar perlu?" tanya Raiden menghadap Kung Lao yang duduk di dalam lemari pakaian. Pemuda kuncir kuda itu mengacungkan jempol sebelum menutup pintu lemari dari dalam, sedikit memberi celah agar ia bisa mengintip dan bernapas. Raiden yang masih canggung mencoba berbaring di matras dan menutup mata. Aneh rasanya diawasi ketika tidur oleh pria dewasa, meskipun itu sahabatnya sendiri.

Karena kecanggungan itu pula Raiden jadi sulit tidur. Ia menyerong, menghindari lemari, beberapa kali menyamankan diri dan berhasil tertidur selama mencoba hampir dua jam.

Di satu sisi, Kung Lao memutar bola mata, bosan menunggu lama tanpa dapat melakukan apapun di dalam lemari pakaian. Kakinya pegal lantaran tak ganti posisi. Ingin sekali rasanya ia berdiri meregangkan otot-ototnya, namun dedikasi untuk sahabatnya mengalahkan segala keluhan Kung Lao. Kembali ke misinya, dari celah lemari ia menatap Raiden sudah tertidur pulas.

Kung Lao tidak tahu jam berapa sekarang atau berapa lama lagi ia harus menunggu. Sejauh ini tidak ada suara asing, baik dari pintu maupun jendela. Kantuk juga mulai menggentayanginya, memberatkan mata dan dedikasi Kung Lao. Tapi fokus Kung Lao terpantik saat erangan kecil keluar dari mulut Raiden. Kung Lao mendekatkan matanya untuk mendapat pengelihatan yang lebih baik.

Raiden terlentang, menggeliat dengan kaki menekuk ke atas. Tidur yang tadinya tenang jadi gelisah. Nampaknya Raiden mulai mengalami mimpi buruk, namun Kung Lao tidak langsung membangunkan sahabatnya. Ia memutuskan menunggu sedikit lagi guna memastikan kebenaran asumsi Raiden, tentang apa yang ia ceritakan mengenai mimpinya yang bengkok. Hingga suara desahan tertangkap di telinganya.

Suaranya lirih, hampir sulit didengar oleh Kung Lao. Dan ketika suara itu terus muncul, sang petani muda baru bergegas keluar dari lemari.

Napas Raiden berderu. Igauan kecil dari mulutnya berubah kembali menjadi desahan sembari kedua kaki jenjangnya memberontak kesana-kemari, terkadang seperti ingin menendang sesuatu yang tidak ada.

Kecurigaan Kung Lao pun terpatahkan, tidak ada satupun orang yang menyelinap masuk ke dalam kabin dan Raiden benar-benar mengalami mimpi aneh. Itu berarti saat ini, di dalam kepalanya, Raiden sedang...

"Raiden, Raiden!" Kung Lao menepuk pipi sahabatnya namun seketika itu pula ia refleks menarik kembali tangannya karena kulit Raiden yang tadinya normal tiba-tiba menjadi sedingin es. Logika Kung Lao lagi-lagi dipermainkan. Apa yang membuat sahabatnya bisa sedingin itu di kala suhu ruangan saja hangat oleh perapian yang masih menyala. Walau begitu, Kung Lao tetap menepuk-nepuk pipi Raiden, berusaha membangunkannya walau pemuda manis itu sama sekali tidak bisa membuka mata. Matanya bergerak, tetapi kelopak matanya tertutup rapat, seperti tertahan untuk bangun.

"To...long..." igaunya lemah.

Pria berkuncir itu panik. Ia menoleh ke segala arah, mencari apa yang bisa membantunya menyadarkan Raiden. Ia melesat ke dapur, mengisi gelas dengan air lalu menyiramnya tepat ke wajah Raiden. Raiden terbatuk karena air memasuki lubang hidung dan mulutnya, namun ia masih belum sadar. Yang ada, Kung Lao justru membatu melihat sesosok pria tiba-tiba saja muncul disamping Raiden.

Sosok itu sedikit membungkuk, menatap Kung Lao penuh amarah karena Kung Lao mengganggu aktivitasnya. Manik kembar pemuda berkuncir itu terbelalak begitu menyadari bahwa ciri-ciri yang diberikan Raiden cocok saat makhluk transparan itu berdiri tegap. Mulai dari hanfu biru serta mantel hitam berselimut hawa dingin yang kontras dengan gelap kamar Raiden.

Makhluk itu, makhluk yang selama ini mengganggu Raiden ternyata benar-benar ada. Dia ada dan menunjukkan wujudnya tepat di hadapan Kung Lao yang mematung.

Tubuh sang petani bergidik merasakan suhu kamar turun drastis hanya karena keberadaan makhluk tersebut. Saking dinginnya, ia tak mampu menggerakkan satu jari pun hingga makhluk itu menghilang di antara kabut es. Saat itulah Raiden terbangun dari tidurnya dan Kung Lao terlepas dari syok nya.

"Kau tidak apa-apa?!" Kembali memegang kendali atas tubuhnya sendiri, Kung Lao langsung menghampiri Raiden dan menopang punggung pemuda itu untuk menjaga keseimbangannya.

"Dia datang lagi," gumam Raiden memegangi kepalanya yang pusing, "dan melakukan itu padaku..."

Kung Lao dapat menangkap kesedihan pada diri Raiden, itu membuat merasa gagal lantaran tidak berhasil menolong sahabatnya. Ia mengutuk sosok yang belum lama mengukir eksistensinya disini. Sosoknya sama sekali tidak menyeramkan, tetapi Kung Lao tak bisa berbuat apapun karena terintimidasi hawa membunuh yang kuat.

"Kau benar, makhluk itulah yang mengganggumu."

.
.
.
.

To be continue

BL - 🔞 || Bound by FrostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang