Chapter 1

273 18 2
                                    

Ada alasan mengapa Fengjian merupakan desa yang dicintai oleh Raiden. Selain ia lahir dan tumbuh di tanah subur penuh keberkahan itu, penduduknya pun hangat bagai mentari di pagi hari. Dan sama seperti mereka, Raiden memiliki sifat serupa. Kebaikan dan kerendahan hatinya dikenal oleh orang-orang, atau itulah yang membuatnya mencolok selain senyumnya yang teduh. Meskipun Raiden tak menyadari seberapa populer dia di desanya sendiri.

Hari ini lebih dingin dari biasanya, pertanda transisi dari musim panas ke musim gugur. Pria itu bergidik saat hawa dingin menggoda bagian kulitnya yang tak terbalut kain. Bagi petani seperti Raiden yang biasa panas-panasan, musim gugur dan dingin memang bukan favoritnya, namun ia harus keluar mencari kayu bakar ekstra untuk dijual.

Kembali ke kabin untuk memakai beberapa kain tambahan yang lebih tebal, ia siap pergi cukup jauh dari pemukiman. Baru-baru ini Raiden menemukan sebuah tempat yang tidak diketahui penduduk desa, yaitu sebuah hutan misterius di bawah kaki bukit tak bernama. Terima kasih kepada Kung Lao karena petualangannya, Raiden jadi tersasar di hutan super lebat dengan deretan pohon-pohon tinggi berusia ratusan tahun sejauh mata memandang.

Agak sulit untuk keluar dari sana, Raiden harus mengingat betul goresan yang ia toreh di pohon sebelum akhirnya ditemukan oleh Kung Lao yang nampaknya lebih memahami medan. Sekarang, Raiden sudah percaya diri untuk meluncur sendirian. Dengan banyaknya kayu-kayu disana, ia bisa menjualnya ke pasar dan menyimpannya untuk persiapan musim dingin.

Tetapi keanehan mulai muncul semakin jauh Raiden memasuki hutan. Walau pakaian pemuda bercaping itu sudah cukup tebal sampai tubuhnya terlihat lebih besar, suhu dingin masih bisa merangsek menggoda tulangnya, membuatnya menggigil hingga napasnya mengeluarkan embun. Tak sampai disana, sesuatu yang ringan sesekali mendarat di capingnya. Raiden mengira itu sekadar air hujan atau embun pagi dari dedaunan lebat diatas kepalanya, namun matanya menangkap benda asing itu jatuh cukup lambat sebelum mencapai permukaan.

Sang petani mengulurkan tangan, menangkap beberapa bulir di telapak tangannya. Sebuah kristal kecil yang dingin meleleh secara instan begitu merasakan suhu hangat tangan Raiden. Baru akhirnya ia sadari bahwa itu adalah salju. Fenomena ini membuat Raiden mengangkat sebelah alis. Harusnya salju tidak turun di musim gugur.

Raiden mempercepat langkah, mengesampingkan apa yang ia saksikan dan fokus memungut kayu untuk dibawa pulang. Ini bukan pertama kalinya Raiden mencari kayu bakar ditengah suhu dingin. Ia bisa bertahan selama berjam-jam, tapi kali ini tubuhnya gemetar dan napasnya mulai pendek.

Ia tidak kuat, ia harus pulang.

Persetan dengan hasil yang didapat, Raiden mengikat kayu bakar yang tidak seberapa ke punggungnya dan berbalik menuju pemukiman sebelum tubuhnya kolaps akibat kedinginan. Apalagi salju turun kian lebat, membuat caping di kepalanya terasa berat. Panik seketika mengambil alih di saat pandangannya memutih terhalang salju, memblokir pohon-pohon yang awalnya tampak jelas. Suhu dingin dengan cepat merenggut kehangatan yang tersisa di tubuh Raiden. Ini tidak benar, hanya dalam waktu singkat pemuda bercaping itu seperti terjebak dalam badai.

Bahkan cuaca ekstrem tidak pernah menimbulkan badai salju dadakan. Lantas bagaimana bisa fenomena ini terjadi?

Raiden menerjang badai dengan langkah terseok-seok. Kayu di punggungnya bertambah berat hingga memaksanya membungkuk. Ia sampai harus mengambil kayu panjang untuk membantunya melangkah. Sayangnya, ia tak mampu melihat apapun sejauh mata memandang lantaran warna putih menyapu objek apapun yang berada disekelilingnya. Volume salju yang semakin tebal juga menghujam Raiden seperti lemparan batu, mengetes daya tahannya. Sialnya lagi, paru-paru itu sudah kesulitan mendapat oksigen dan kini sang pemuda tremor hebat.

Dalam kondisi sekacau itu, dari kejauhan, sepasang manik kembar Raiden melihat samar bayangan berjalan ke arahnya. Walau terhalang badai, Raiden percaya itu adalah sesosok manusia. Harapan pun terpantik seperti lilin di kegelapan. Ia bersyukur telah dipertemukan oleh orang yang bisa dimintai pertolongan. Sebagian dirinya berharap itu adalah Kung Lao yang menyusulnya masuk ke dalam hutan, tapi begitu ia mendapat gambaran yang cukup jelas, ternyata sosok dihadapannya merupakan pria asing.

BL - 🔞 || Bound by FrostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang