Chapter 6

140 15 4
                                    

Tubuh Raiden dipaksa terlentang. Memanfaatkan sikap pasif akibat luka di kepalanya, pria itu memegang kedua kerah Raiden, tanpa kesulitan mencopot seluruh kancing dengan cara merobek baju dari tengah. Ia juga mencabik kaos dalamnya.

Sang petani mencoba menghentikan tangan masif yang semena-mena menyentuh tubuhnya. Meski terluka, tenaganya masih sekuat semangatnya dalam melawan. Tantangan itu melukis senyuman di wajah pucat pria bermantel biru (yang anehnya ada kilasan rindu disana).

Mengubah tangannya menjadi es transparan, pria itu mencengkram leher Raiden dan menyalurkan es nya ke kulit tan sang petani. Sensasi beku memblokir total napas Raiden, kini kedua tangannya berpindah mencakar cekikan di lehernya, namun tangan Raiden malah ikut membeku sehingga tak bisa dilepaskan. Saat itulah sang cryomancer menarik semua celana yang Raiden pakai hingga ke batas lutut.

"Kau tidak tahu aku selalu merindukan momen saat menyatu denganmu."

Pria itu menghilangkan es nya demi membiarkan Raiden bernapas walau ia masih mempertahankan cengkramannya beserta es yang mengunci tangan Raiden. Entah mengapa ia suka mendengar suara mengi dari Raiden, seolah-olah hidup pemuda itu berada di atas kontrolnya dan ia bisa mengakhirinya kapan saja. Sehingga yang Raiden bisa lakukan hanyalah menggeliat dibawah tubuhnya.

Ah, ia tidak tahan lagi.

___________________________________

Mendengar suara tak biasa, wanita paruh baya selaku istri tabib itu masuk ke dalam dan berteriak histeris menyaksikan suaminya terkapar bermandikan darah. Kung Lao jatuh terduduk di lantai saat mencoba berdiri saking kedua kakinya tidak memiliki tenaga sama sekali.

Sang istri yang menyadari suaminya melihat ke arah Kung Lao langsung menuduh pemuda itu sebagai pembunuh. Sebanyak apapun Kung Lao membantah, wanita itu tetap kekeuh sampai kasus ini terseret ke kepolisian. Apesnya, Kung Lao menjadi tersangka sementara dan ditahan sembari menunggu hasil autopsi.

Ia menghabiskan tiga hari di sel dingin, melewati berbagai interogasi dan bertengkar dengan sesama tahanan. Mereka tidak ada apa-apanya dibandingkan Kung Lao, secara petani muda itu terlahir dari garis keturunan legenda kung fu yang diwariskan dari kakeknya. Yah, lumayan untuk mengusir bosan dengan membogem orang-orang sok kuat sekaligus memperbudak mereka.

Walau begitu pikirannya tetap tertuju pada Raiden. Sahabatnya pasti sangat khawatir mengetahui Kung Lao menghilang tanpa kabar. Membayangkan wajah sedih Raiden membuat hatinya gusar, jadi ia iseng menendang mantan ketua sel yang sedang tidur sebagai hiburan.

Untungnya ia divonis tidak bersalah karena tak ada satupun bukti yang mengarah padanya. Kasus ini dianggap resmi bunuh diri. Keesokannya Kung Lao dipulangkan ke Fengjian dengan mengantongi status dalam pengawasan.

Huft... Akhirnya ia bisa bertemu Raiden.

___________________________________

"Raiden, ini aku."

Kung Lao mengetuk pintu kabin. Dari kedatangannya kesini, ia menyadari hal tak biasa dimana pelataran sekitar kabin berantakan dengan sampah dedaunan. Kebiasaan Raiden saat musim gugur adalah menyapu pekarangan dan membakar sampah di belakang halaman. Kung Lao berasumsi bahwa kondisi Raiden pasti memburuk selama kepergiannya, cocok dengan perkataan rekannya yang mengatakan bahwa Raiden sudah tidak bekerja selama empat hari.

Tak menemukan jawaban dari si empu rumah, Kung Lao yang panik membuka kabin menggunakan kunci cadangan dan berlari menyusuri segala ruangan hingga ia menemukan Raiden terbaring tanpa busana dan hanya ditutupi selimut.

"RAIDEN!"

Kung Lao dibuat syok mengetahui sahabatnya dalam kondisi babak belur. Kepalanya berdarah, terdapat luka sobek di bibir serta bekas gigitan bertebaran di lehernya. Ia melempar selimut yang menutupi Raiden dan menemukan lebih banyak luka bersarang disana.

BL - 🔞 || Bound by FrostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang