Chapter 10

122 17 3
                                    

Menargetkan kepala Bi-Han, Kung Lao mengayunkan kunai secepat mungkin. Sayang percobaannya meleset karena Bi-Han menghindari serangan itu dengan mudah, seakan-akan menyadari kehadiran Kung Lao sejak pertama kali pemuda itu datang.

Sang cryomancer balik menyerang menggunakan palu es. Kung Lao refleks menstabilkan tubuhnya guna menahan palu itu dengan kunai, melindungi tulang hasta nya agar tidak patah.

"Kung Lao! Kau-"

"Bisa bantu aku melawan bajingan ini dulu?" protes Kung Lao mengibas tangan kanannya yang nyeri menahan kekuatan sang dewa.

Bi-Han tentu tidak tinggal diam. Ia menyemburkan sihir es ke arah mereka berdua. Kung Lao berhasil melompat sedangkan Raiden tertahan di dinding. Napas dingin keluar dari mulut usai mengeluarkan sihirnya.

"Menarik." gumam sang dewa sebelum membentuk es menyerupai wujudnya sendiri. Yang membedakan adalah hilangnya pupil mata pada klon tersebut. Setelah terbentuk sempurna, klon es itu berdiri gagah menghadap Kung Lao.

Bi-Han kembali melirik Raiden, "Ini kesempatan terakhirmu untuk memilih. Karena bocah sombong itu tidak akan menang melawan klon ku."

Raiden menggigit bibirnya, ia menatap Kung Lao yang berada tidak jauh darinya. Pemuda berkuncir itu tahu Raiden bimbang, ia pasti lebih memilih mengorbankan dirinya ketimbang orang lain. Selalu saja begitu sedari kecil. Tapi Kung Lao datang kesini memang untuk menjadi pahlawan, jadi ia memberi sahabatnya senyum percaya diri.

'Percayalah padaku.' itulah arti senyum Kung Lao. Kebimbangan di mata Raiden seketika hilang. Ia mengangguk dan balik menatap Bi-Han.

"Aku tidak akan menyerahkan diri padamu, Bi-Han." ucapnya mantap.

Bi-Han mendengus kesal, "selalu saja sombong, berapa kali pun kau bereinkarnasi."

Dewa pelindung Fengjian memerintahkan klonnya membunuh Kung Lao. Klon itu membuat kunai es dan langsung berlari menyerang. Mengandalkan teknik yang diajarkan kakeknya, Kung Lao mampu menghindari tiga serangan beruntun dari kunai es itu lalu menahannya menggunakan kunai dari Kuai Liang. Mereka beradu kekuatan sebentar dan berpisah karena tekanan energi masing-masing.

Merasa serangan jarak dekat tidak terlalu efektif, klon itu mengganti senjatanya dengan tombak es. Ia memperagakan beberapa gerakan sebelum menyodorkan tombak runcing tersebut ke arah Kung Lao. Sang petani muda mempersiapkan kuda-kuda dengan kunai sebagai pelindung, menunggu klon es untuk maju duluan.

Sesuai yang diinginkan Kung Lao, klon itu menyerang dengan kecepatan tinggi. Tombak berbahaya itu diarahkan ke kanan dan ke kiri mengikuti kemana tubuh Kung Lao berada. Kung Lao mulai kerepotan karena sulit melancarkan serangan. Tombak itu cukup panjang dan mampu menjangkau Kung Lao walau ia sudah menjaga jarak.

Sejauh ini ia jarang berlatih cara menghadapi pertarungan menggunakan senjata jarak menengah. Pikiran Kung Lao mulai goyah, gerakannya menjadi tertebak dan tombak itu berhasil menggores perut sampingnya.

Kung Lao meringis merasakan dagingnya teriris tombak kasar, namun ia tidak bisa berhenti bergerak karena klon itu terus-menerus menyerangnya. Kung Lao harus memikirkan solusi untuk keluar dari tekanan selama pertarungan berlangsung. Ia sebisa mungkin menjaga jarak guna mengambil napas, tapi ia merasakan paru-parunya sesak. Rupanya klon itu mengeluarkan serbuk es transparan agar pernapasannya terganggu.

"Uhuk! Uhuk!" pemuda itu terbatuk, mengambil napas melalui hidung terasa seperti membakar paru-parunya. Memanfaatkan kondisi lawan yang melemah, klon itu menyepak perut samping kiri Kung Lao hingga terpental ke dekat tembok. Air bercampur darah termuntahkan dari mulutnya sementara kunai yang ia genggam terpental entah kemana.

BL - 🔞 || Bound by FrostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang