SELAMAT MEMBACASejak upacara telah selesai. Hiruk-pikuk ramai celotehan para murid tidak berhenti-henti, beberapa terus menenteng bunga dan bungkusan kado. Berceloteh ria sambil memegang ponsel.
Barisan murid pun juga terlihat menumpuk didepan ruang guru. Wajah mereka terlihat bersemangat dengan masing-masing membawa bunga.
Meja-meja guru juga mulai dipenuhi oleh hadiah-hadiah para murid. Bukan tanpa alasan hadiah-hadiah tersebut diberikan. Sebab kemarin tepat tanggal 25 November adalah hari guru.
Para murid bergembira merencanakan kekuatan untuk guru mereka. Menyisikan uang yang nantinya akan digunakan untuk membeli kado, membuat prank untuk guru dan ada pula yang menghampiri ke kantor guru.
Meski semua berlarut dalam kegembiraan ada pula beberapa yang hanya diam menonton. Melihat dan menyaksikan kegembiraan yang tersaji. Dengan wajahnya yang datar namun jelas mata tidak dapat berbohong.
"Pak David kenapa masih disini? Ga ke kelas?"suara cempreng khas ibu-ibu membuat pria berusia 45 tahun itu menoleh. Wajahnya yang datar jelas membuat siapa saja berpikir pria itu amat cuek dan tidak tersentuh dengan suasana yang tercipta.
Tubuhnya yang setinggi 163cm berdiri dan membawa beberapa buku serta alat tulis. Melirik sekilas di sebrang mejanya yang memancarkan aura kebahagiaan. Tawa para murid yang sedang memberikan hadiah itu begitu mengusik hatinya.
"Iya ini saya mau ke kelas, bu,"ucapnya seraya berjalan keluar dari ruangan yang menyesakkan hatinya.
Sepanjang langkah menuju kelas tak henti-henti beliau melihat pemandangan dari setiap kelas yang sedang merayakan hari guru. Bersorak ria, dengan suara tawa para murid perempuan yang memekakkan telinga, kemudian melakukan aksi prank yang telah menjadi kebiasaan pada saat hari guru.
Pak David berhenti tepat di depan pintu kelas yang tertutup. Jendela kelas pun juga ditutup gorden, jantung berdegup kencang. Pikirannya berkecamuk tentang apakah ada sesuatu yang terjadi di dalam sana.
Hatinya berkata ia harus segera membuka pintu itu dan mendengar murid-muridnya berteriak selamat padanya, namun otaknya dengan kewarasan yang ada berkata pula untuk tidak terlalu berharap.
Clek!
Ruangan kelas yang sepi semakin sepi saat pak David membuka pintu. Kedua netra kecoklatannya memandang seisi kelas. Menatap satu-persatu wajah-wajah yang memandangnya heran, datar dan cuek.
'Hah... Sudahlah.. memangnya apa yang kau harapkan?' batin pria itu seraya berbalik badan menuju meja. Menaruh buku-buku dan alat tulis yang dibawanya. Dahinya berkerut memikirkan sesuatu karena sekarang adalah hari guru Pak David merasa dirinya harus menyampaikan sesuatu.
Ia berbalik memandang para murid hingga suara terompet ulang tahun ditiup dan kertas-kertas berukuran kecil jatuh ke lantai. Para murid menyungging senyuman.
"Selamat hari guru, Pak!"mereka berteriak bersamaan, masing-masing membawa sesuatu di tangan.
"Anak-anak nakal.."Pak David mengusap sudut matanya, beliau tersenyum tipis merasa hatinya kembali hangat setelah merasa tercubit sebab berpikir ia tidak akan mendapatkan apa-apa. Setidaknya mendapatkan ucapan selamat.
Saat melihat guru-guru lain mendapatkan kejutan dan ucapan, Pak David merasa iri, hati kecilnya berkata bahwa ia juga menginginkan hal tersebut. Setidaknya begitu masuk ke kelas akan ada ucapan selamat untuknya atau murid-murid yang mengajaknya berfoto. Tapi ia tidak tahu bahwa diam-diam murid-muridnya menyiapkan kejutan kecil untuknya.
"Bapak! Ayo potong kuenya!"murid perempuan berseru heboh membawakan kue mini dan pisau plastik meminta agar pak David memotong kue tersebut.
Begitu kue dipotong Pak David mengigit ujung sendok dengan tangan gemetar. Menahan air mata yang hampir menetes. Pemandangan itu tak luput dari para muridnya. Semua tersenyum melihat bagaimana pak David begitu bahagia dengan kejutan sederhana yang mereka berikan.
"Enak ga pak kuenya? Ini Fany yang bikin lho pak!"perempuan bernama Fany itu berseru heboh, menarik lengan temannya,"Nah kalo yang bungkus ini si Dona pak! Makanya jelek terus ga rapi!"
Pak David terkekeh dengan lembut,"Iya, kuenya enak!"
Para murid tersenyum lebar mendengar Pak David terkekeh karena pria yang telah menjadi wali kelas mereka sejak kelas 11 itu selalu kaku dan tegas pada mereka. Nyaris membuat semua murid di sekolah salah paham dengan sikap beliau. Tapi tidak dengan murid-murid kelas XI F-5 yang telah melalui berbagai hal bersama Pak David.
Bagi mereka Pak David hanyalah pria dengan wajah datar yang tidak tahu bagaimana mendekatkan diri dengan murid. Beliau adalah sosok yang baik meski bila mengatakan sesuatu selalu blak-blakan.
Mau bagaimana di mata mereka, Pak David adalah pahlawan mereka. Jika murid lain menganggap Pak David adalah guru yang menyeramkan dengan kata-katanya yang begitu menusuk serta dingin tapi tidak bagi murid kelas XI F5.
TAMAT
KAMU SEDANG MEMBACA
Teacher
Short StoryGuru adalah orang yang mengajar di sekolah. Orang yang bertindak seperti guru seandainya di berada di suatu lembaga kursus atau pelatihan tidak disebut guru, tetapi tutor atau pelatih. Padahal mereka itu tetap saja bertindak seperti guru. Mengajarka...