Sang Penjaga Kubur

4.8K 82 1
                                    

Kembali ke Adit. Bocah itu langsung mendorong ayahnya di kasur. Farhan yang terjatuh di kasur itu hanya bisa terlentang karena ke dua tangannya ditahan oleh Adit. Farhan bisa melihat wajah sange anaknya yang sangat tampan. Mungkin saja Adit masih belum puas dengan yang tadi di mobil.

"Ayah.. Adit mau lagi yahh..." Ucap Adit lalu menarik tangan kanan ayahnya untuk menyentuh kontol Adit.

"Kontol Adit pengen ngentotin ayah lagi." Ucap Adit dengan suara beratnya. Kemudian Adit mengendus dan menjilati leher ayahnya itu.

"Sayang, ini baru sampe di rumah kakek mu lho. Kamu nggak takut ketauan?" Sebenernya Farhan juga ingin melayani nafsu anaknya itu berhubung dirinya tadi juga sempat sange karena sentuhan Udin.

"Tapi Adit pengen yahh..." Ucap Adit dengan parau. Jika mereka berdua melakukannya sekarang, itu akan membuat orang rumah curiga.

"Nanti malem aja ya. Ayah kan nginep malam ini." Tawar Farhan.

Farhan menginap karena ini memang sudah keharusan. Jika siapapun yang dari luar desa datang ke rumah kakeknya Adit, maka orang itu harus menginap setidaknya semalam.

"Janji ya ya? Nanti malem?" Tanya Adit memastikan.

Farhan lalu mengangkup wajah anaknya itu dan mencium bibirnya lalu melumat mulut Adit sekilas. Jika menyangkut masalah sex seperti ini, Farhan pasti akan menepati janjinya.

"Janji sayang, nanti malam kamu boleh entot ayah sepuas kamu." Ujar Farhan meyakinkan.

Adit yang percaya lalu berdiri dan menarik ayahnya untuk berdiri juga. Setelah menata koper dan ranselnya, Adit dan ayahnya lalu keluar kamar dan sudah disambut paman dan juga kakeknya yang sudah duduk di meja makan. Ada banyak sekali makanan di meja itu.

"Sini Dit, duduk di sebelah Mbah!" Ujar Mbah Seno. Orang tua itu sudah menyiapkan kursi untuk cucu kesayangannya itu.

"Nggih Mbah." Jawab Adit lalu ia berjalan mendekati Mbahnya itu.

Sesaat setelah ia duduk di sebelah kakeknya, Adit melihat kakeknya mengambil gelas minum Adit dan memuntahkan sebuah ramuan yang tadinya ada di dalam mulut kakeknya itu. Ari jernih itu seketika berubah warna menjadi hijau.

"Minum dulu Dit." Adit lalu mengambil gelas itu dan langsung meminumnya.

Adit mau meminum air itu karena dirinya memang selalu meminum ramuan itu saat pulang ke desa kakeknya ini. Bukan hanya Adit, kakeknya itu juga memberikan ramuan yang sama kepada Farhan.

"Pahit mbah!" Ujar Adit dengan ekspresi wajah yang aneh. Walaupun Adit tahu rasanya pahit, ia harus tetap meminumnya.

"Namanya juga jamu Dit, ya pahit lah." Pamannya menimpali. Pamannya itu duduk di sebelah ayahnya Adit dan bersebrangan dengan tempat duduk Adit.

Setelah itu, dari arah belakang Sudar membawa makanan terkahir dan langsung menaruhnya di depan Adit. Makanan itu terlihat sedikit asing. Adit belum penah melihat makanan apa itu. Karena rasa penasarannya, ia langsung tanya ke kakeknya.

"Mbah Nang, ini apa mbah?" Makanan itu seperti sebuah daging dengan kuah kental hampir mirip dengan rendang. Tapi bantuknya sangat berbeda dengan Rendang, baunya saja berbeda.

"Itu torpedo kuda Dit! Enak banget lho! Habisin yaa?" Jawab kakeknya.

Adit terkejut karena mengetahui ini adalah torpedo kuda yang di masak dengan bumbu santan. Jika ini torpedo kuda, apakah artinya kakeknya ini menyembelih salah satu kudanya?

"Mbah habis sembelih kuda?" Tanya Adit ragu.

"Nggak lah Dit. Itu pak dhe yang beli tadi di pasar." Ujar Udin. Mengetahui itu Adit bisa bernapas lega.

Sang Penjaga KuburTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang