12

1K 91 3
                                    

📍Rumah sakit, 20:12 -

Jeno bersandar pada dinding rumah sakit sambil memijat pelipisnya. Rasa pusing selama dua minggu mendera kepalanya. Tak tanggung-tanggung waktunya.

"Sial ... Udah dua minggu gue pusing kayak gini. Gue gak bisa kalau gak tahu keadaan Jaemin. Dia udah dua minggu menghilang kayak ditelan bumi. Lo baik-baik aja kan, Jaem?" lirih Jeno.

Jeno menjatuhkan pandangannya pada bungkusan obat yang sudah habis tiga papan lebih dalam dua minggu ini. Dan kali ini dia kembali ke rumah sakit untuk melanjutkan obatnya, hitungannya sudah empat papan obat yang dia habiskan.

"Minum sekarang!"

"Gue nggak mau berurusan sama lo!"

"Gue gak peduli tentang siapa lo!"

"Jean, kamu udah gambil semuanya!"

"Tapi, kamu kenapa baru ingin mengakuinya sekarang?!"

"Kenapa tidak dari dulu saja kamu bilang semuanya?!"

"Karena gue gak memperdulikan lo!"

"Lo adalah kesialan yang gak sepatutnya hadir di dalam hidup gue!"

Jeno tersenyum tipis saat bayangan masa lalu itu melintas pada otaknya. Rasa bersalah dan rasa rindu itu tiba-tiba menyeruak.

Jeno tersenyum miring dan mengepalkan kedua tangannya dengan begitu kuat. Matanya menatap kantong obat yang tengah dia pegang itu dengan begitu nanar.

"Lo berengsek banget ya, Jen? Saking berengseknya, lo buat sosok yang always ada buat lo kecewa. Lo buat dia nangis. Buat dia kehilangan semuanya. Dan saking bajingannya, lo berusaha lupain dia dengan ngebuka hati buat orang lain. Jahat banget sih lo, Jen?"

Jeno terkekeh miris akan sifat bajingann yang dia miliki.

Jeno mengusap kasar air matanya yang baru saja menetes. Dia tertawa lemah.

"Maaf..."

Lirihan itu tak pernah absen dari bibir Jeno di setiap harinya. Kali ini dia menyebutnya hampir lima puluh kali dalam sehari.

Dengan bersikap baik-baik saja, Jeno berdiri dari duduknya dan berjalan keluar dari rumah sakit. Tetapi sebelum keluar dari sana, Jeno menghentikan langkahnya sambil memicingkan matanya ke arah seseorang yang tengah duduk melamun.

"Jaemin!" seru Jeno.

"..."

Jeno tersenyum dengan begitu lebar saat dia melihat sosok yang selama ini dia cari.

Jeno melihat Jaemin yang tengah terduduk di kursi taman rumah sakit sambil menatap ke arah langit.

Jeno tersenyum bahagia saat dia melihat pemuda kesayangannya itu. Dia bahkan perlahan melangkahkan kakinya untuk berjalan mendekati Jaemin.

 Dia bahkan perlahan melangkahkan kakinya untuk berjalan mendekati Jaemin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Lorexda | Markhyuck Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang