26

614 57 1
                                    

📍SMA Garuda, 12:23 -

"Udah, Le. gue yakin banget kalo nanti dia bakalan nyesal karena dia udah hina lo dengan cara seperti itu," ucap Haechan menenangkan.

Chenle menggeleng lemah.

"Apa memang gue begitu bodoh sampai diteriaki sebagai cowok begitu? Memangnya salah kalau gue enggak naik kelas beberapa tingkat? Kenapa dia harus bilang kalau gue orang yang bodoh?" tanya Chenle lirih.

"Apalagi Jisung tadi di sana dan nggak bela gue. Emang itu yang dinamakan dengan cinta, Jis?" lanjutnya di dalam hati.

"Katanya dia masih sayang sama gue. Tapi, faktanya dia malah diam aja dan nggak membela gue," batinnya lagi.

Chenle menghela napas panjang.

"Gue memang lubang hitam diantara kita bertiga, Chan."

"Gue memang lubang hitam yang nggak berguna untuk berada di Grexda."

"Percuma gue jadi core team."

"Kelemahan gue itu begitu memalukan."

"Dan bahkan kelemahan gue itu berhasil buat semua orang merasa jijik sama gue."

"Gue nggak menyangka kalau ternyata gue akan sebodoh itu!"

Chenle tertawa miris.

"Gue udah enggak naik kelas sebanyak dua kali. Dan bahkan gue seharusnya udah masuk kuliah dan nggak SMA lagi."

"Tapi karena gue yang enggak naik kelas sehingga gue masih bertahan di bangku SMA."

"Kenapa hidup gue sial banget, sih?!"

Haechan nyeri saat mendengar penuturan Chenle.

"Le-"

"Gue udah nggak tahan lagi dengan semuanya, Chan. Tolong ... Tolong bantu gue. Gue nggak mau hidup dengan penderitaan yang seperti ini! Semuanya udah direnggut! Tuhan bahkan tidak peduli lagi dengan gue selama ini!" potong Chenle.

Haechan menggeleng pelan.

"Le ... Lo jangan pernah menyalahkan Tuhan seperti ini. Lo jangan pernah lupa kalau Tuhan memberikan masalah karena kita bisa memecahkan masalahnya. Setiap masalah pasti bakalan ada solusinya. Gue yakin banget kalau Tuhan nggak akan sekedar memberikan masalah. Semuanya pasti akan ada solusinya. Percaya sama gue aja, Chenle," jelas Haechan hati-hati.

Chenle menggeleng lemah. Dia tak membenarkan ucapan Haechan.

"Pertama, gue nggak terlahir di dalam keluarga yang harmonis."

"Kedua, gue bukan cowok baik-baik."

"Ketiga, gue adalah cowok bodoh yang kerjanya hanya menjadi lubang hitam doang."

"Keempat, gue adalah lubang hitam yang tidak pernah merasakan benci."

Chenle tersenyum miris, begitu banyak cacat di dirinya.

"Gue nggak pernah merasakan benci karena gue terlalu bodoh yang masih jatuh hati pada pria se brengsek Jisung!" lanjutnya putus asa.

Chenle menutup kedua matanya dengan menggunakan tangannya.

"Gue nggak sanggup lagi untuk hidup kayak ini, Chan! Semuanya berubah begitu aja setelah semuanya hancur!"

Chenle menangis, membuat Haechan kaget.

"Le-"

"Jangan ganggu gue dulu, Haechan. Gue mau nenangin pikiran gue. Gue mau sendiri," potong Chenle serak.

Lorexda | Markhyuck Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang