Felix Sagaranata orang asing yang berperan penting dalam kehidupan ini, dia memiliki peran pengganti sebagai sahabat, teman pertama yang mengetahui trauma pada diri ini, serta lelaki yang rela dijadikan kuda pelarian menuju tempat peristirahatan.
*...
"Seperti awal kita bertemu dengan akhir yang semu."
~Felix sagaranata~
❤️🩹_______💙_______❤️🩹
Sabtu, Mei, 23, 2024
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hari dimana kelulusan SMA CAKRAWALI Angkatan 26 berlangsung dengan meriah, Sedih rasanya jika menghadiri acara kelelulusan sendiri.
Rela tak rela kedua orang tua ku harus mengiklaskan pulangnya putri sulung pada sang pencipta. Sesak rasanya saat kedua orang tua ku menghadiri acara kelulusan putrinya tanpa hadirnya nama yang lebih hak dalam acara ini.
Detik saat Nama ku dipanggil oleh pembawa acara untuk pengalungan mendali kelulusan, ibu sempat mengucap air matany menggunakan tisu, ketika itu Ayah sempat menasehati ibu dengan memberikan semangat terhadapnya, demiku yang menjadi kebanggan mereka yang telah gugur bertempur dalam trauma sendirian.
"LALUBI FRIZAEMANY."
Ibuku menghelanafas panjang, berusaha untuk tidak meneteskan air mata kesedihan didepan umum, setelah mendapatkan anggukan dari Ayah, Ibu berjalan keatas panggung.
Kepergian Ibu ketas sana tidak akan memperlihatkan seberapa rapuhnya dirinya saat mengingat kepergian putri mereka.
Meski memiliki putri dua, bukan berarti Ayah dan Ibuku melupakan putri pertamanya begitu saja setelah lamanya Aku berbohong tentang kesehatan mentalku sendiri.
Ayah sudah tak bisa menahan air mata kesedihan serta harunya, yang sedang berperangai andai saja melihat ku yang berada di atas panggung itu bukan malah ibuku sekarang.
Sesak rasanya, namun Ayah terus berusaha tersenyum saat melihat Ibu menggantikan posisi ku disana. Semua teman-teman seangakatanku serta tamu undangan yang hadir turut berduka cita serta haru yang di lakukan oleh Ibu ku yang telah menggantikan posisi ku saat ini, Aceng tidak kalah sedihnya setelah mendengar rumorku yang meninggal karena tenggelam dalam trauma sendiri.
Suara sorak tepuk tangan menggema kesetiap sudut audotarium sekolah. Disisi lain Felix juga merasakan apa yang dirasakan oleh kedua orang tua ku, tidak hanya Felix tante Luci juga merasakannya. Ketika nama ku dipanggil Felix menahan sakit dalam tenggorokannya dengan mata yang sudah memerah berkaca-kaca.
