Hanna

29 12 7
                                    

Hari ini Bintang tidak ada jadwal kuliah atau apa pun itu. Dirinya bisa mengistirahatkan tubuh serta otaknya. Pada pagi ini perut sixpack nya sudah berbunyi menandakan harus di beri asupan gizi.

Bintang segera keluar dari kamar kos, untuk membeli sarapannya. Tentu dengan handphone yang ia genggam. Pasalnya dirinya sedang bertukar dengan Sania. Perempuan yang kemarin berkenalan dengan dirinya.

Sania memang bukan perempuan pertama di kontak hp milik Bintang. Tetapi Sania adalah orang pertama yang saling bertukar pesan secara santai oleh Bintang.

"Ji, sarapan gak?" Sebelum pergi keluar, Bintang menyempatkan untuk mengetuk pintu kamar kos Jian.

"Beli apa?" Suara itu terdengar setelah pintu kamar tersebut sedikit terbuka.

"Nasi uduk. Lu mau nitip apa?"

"Bubur aja." Jawab Jian dengan nada suara yang sedikit pelan dan lesu.

Bintang membuka pintu kamar Jian dengan pelan sambil mengintip ke kamar cowo itu.

"Gak sakit kan lu?"

"Memangnya kalau makan bubur harus sakit dulu?"

"Ya kagak sih, cuman kalau lu sakit nanti Una marahin gua."

"Nih Una!" Jian memberikan ponselnya yang memang sedang video call dengan kekasihnya.

"Una halo cantik."

"Kak Bintang!! Mau beli sarapan?"

"Iye, lu mau nitip gak?"

"Di kirim pake apa?"

"Pintu Doraemon!"

"Ck, udah sana ganggu. Beliin gua bubur pake sate telur 2. Bilang abangnya kasih kulit ayamnya gitu!"

"Dih beli ceban aja pake segala minta kulit ayam." Bintang mencibir Jian.

Suara tertawa seorang gadis manis terdengar di kuping mereka. Una atau Yuna tertawa mendengar ucapan sepupu dan kekasihnya.

"Biarin sih! Masih untung gua beli buburnya."

"Yaudah duitnya mana?" Bintang mengulurkan tangannya pertanda ia meminta uang ke Jian.

"Minggu ini lu belum isi bensin, bayar pake duit lu!" Setelah itu Bintang di dorong keluar dengan pelan oleh Jian.

"Kak Bin semangat beli buburnya ya!"

"Iya Una!" Dan pintu kamar tertutup rapat.

Bintang pun terus berjalan keluar dari area kos. Sesekali memperhatikan ponselnya karena masih saling berbalas pesan dengan Sania.

Setibanya di tempat nasi uduk langganannya, dirinya sedikit terkejut karena orang yang berjualan nasi uduk tersebut berbeda dengan biasanya. Seharusnya seorang ibu-ibu yang menjadi penjual tersebut, namun yang di hadapannya saat ini seorang gadis cantik dengan pipi yang menimbulkan kesan gemas.

Senyum manisnya pun baru saja terbit sambil bertanya kepada Bintang tentang pesanan makanan yang akan cowo itu beli. Menjawab dengan sedikit gugup, Bintang memilih makan di tempat Itu dari pada harus membungkus dan mungkin makan bersama dengan Jian di kamar kos Jian.

Di saat pertengahan makannya, Bintang bertanya kepada penjual cantik itu.

"Jadi mba ini anaknya Bu Ida?"

"Iya mas," jawab gadis tersebut sambil duduk karena belum ada lagi yang membeli nasi uduk miliknya.

"Namanya siapa?"

"Hanna."

Tidak lama ada seseorang yang datang, Bintang mengenalinya. Pria tersebut adalah suami dari Bu Ida atau ayah dari Hanna.

L.O.V.ETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang