Lelah

9 6 4
                                    

Bintang sudah berjalan menuju sebuah restoran sederhana dengan harga yang sangat bersahabat bagi kantong mahasiswa. Jian dan kawannya sudah ada di sana. Perihal berita hubungan Jian dan Bintang masih terdengar desas-desus bahwa 2 pria itu berpacaran.

Nampaknya semakin mereka menampik berita itu, semakin pula orang-orang mengejarnya untuk terus menghubungkan keduanya dalam situasi asmara. Bintang sudah lelah dan berharap Jian lebih baik diam serta tidak tersinggung dengan berita itu.

"Tang, mau kemana?" Seorang pria yang Bintang kenali. Dia adalah senior Bintang dan juga ada di salah satu kelas yang sama dengan dirinya.

"Makan bang, laper!"

"Bareng yok, sama siapa lu?"

"Jian."

"Waduh." Balasan seniornya itu membuat Bintang memasang wajah bertanya.

"Kenapa?"

"Kagak deh, takut ganggu kalian berdua."

"Hadeeeh, lama-lama gua cipok juga nih si Jian kalau lu masih nyangka gua sama dia jadian."

"Buset Tang, kagak gitu."

"Duluan bang." Bintang pergi dari posisinya, seniornya pun sempat berteriak untuk meminta maaf kepada Bintang.

Bintang tidak marah, hanya saja dirinya sedang tidak mau bercanda. Mungkin ini efek laper, karena dari tadi perutnya sudah berbunyi yang menandakan ia harus segera makan.

Dirinya terus berjalan, iya jalan karena tadi ia ke kampus pakai motor Jian. Sedangkan Jian sudah ada di sana bersama motornya. Sepanjang jalan banyak orang yang terus menyapa Bintang. Sebenarnya Bintang itu pemalu dan pendiam, hanya saja banyak orang mengajaknya berbicara. Sehingga dirinya tidak mungkin mengabaikan mereka.

Padahal kalau sudah sampai kos, dirinya akan sangat lelah karena sudah berinteraksi dengan banyak orang. Maka dari teman dekat Bintang hanya segelintir saja, dua diantaranya hanyalah Jian dan Boy. Itu pun karena ia lebih sering berada di satu kelas yang sama dengan Boy.

Tempat tujuan Bintang sudah ada di depan mata. Hanya tinggal beberapa meter lagi dirinya sudah sampai. Bintang pun juga melihat Jian sedang bergurau dengan empat orang lainnya. Bintang hanya mengenal Naya dan Sania.

"Bin." Panggil Jian ketika Bintang sudah berada di dekat meja mereka.

Bintang pun duduk di samping Jian. Tempat ini menyediakan spot untuk lesehan. Setelah dirinya duduk di samping Jian, badan Bintang langsung menyender ke tubuh Jian.

"Berat lu Bagong!" Jian mendorong pelan Bintang.

"Cape Ji." Ke empat orang yang bersama mereka hanya diam.

Bintang sempat melirik Sania dan ia melihat raut wajah Sania.

"Bukannya tadi minta jemput, kan Mayan tuh dari perpus ke sini. Pegel ye?"

"Nanti kalau gua minta jemput, malah dikatain anjing." Gerutu Bintang, posisinya masih sama menyender ke tubuh Jian.

"Tapi tetep bakal gua jemput sih."

"Mang eak?" Bintang mendapatkan jitakan dari Jian.

"Makan gih, pesen sana terus bayar sendiri."

"Pesenin Ji."

"Males." Bintang kini merubah posisi duduknya menumpu kepalanya di meja tersebut.

"Jian mah males mulu, bego nanti lu!"

Jian melihat tingkah Bintang, kali ini Bintang sedikit menyebalkan.

"Pesen apa?" Jian berdiri dan bersiap untuk berjalan ke kasir untuk memesan makan Bintang.

"Bebas." Bintang menjawabnya dengan lesu tapi Jian menendang pantat Bintang dengan pelan lalu segera pergi.

"Bintang kamu sakit?" Suara Sania terdengar namun Bintang hanya merespon dengan gelengan kepala.

Situasi saat ini tidak ada yang berbicara sedikit. Semua diam karena kehadiran Bintang yang seperti tidak semangat. Bintang tidak mengenal dua teman pria Jian, sedangkan Jian juga belum mengenalkannya jadi dirinya lebih baik memejamkan mata saja. Menunggu Jian balik dari kasir.

Sania dan Naya juga tidak Bintang ajak mengobrol. Saat ini entah mengapa dirinya beneran sangat lelah. Tidak lama Jian datang dan langsung memberikan struk pembayaran makanan untuk Bintang.

"Ambil dompet gua aja Ji."

"Kenapa sih lu? Lemes banget kaya pensil Inul."

"Cape."

"Kenapa?"

"Gak tau." Jian hanya menghela nafas mendengar ucapan Bintang.

Jian pun langsung berbincang dengan teman pria, Naya serta Sania. Bintang mendengarnya suara suara itu saling bersahutan, namun hanya suara Sania yang jarang terdengar. Makanan Jian dan teman-temannya sudah datang, namun punya Bintang belum. Bintang memasang wajah betenya.

"Punya lu baru di pesen, tunggu satu jam dulu." Ujar Jian kepada Bintang sambil mengambil nasi goreng pesanannya dengan sendok.

"Laper Ji." Jian baru saja menyuapi mulutnya dengan nasi goreng itu.

Entah kenapa tiba-tiba sebuah sendok dengan nasi goreng di atasnya mengarah ke mulut Bintang.

"Makan!" Jian yang melakukannya dan Bintang hanya menurut. Beberapa pasang mata melihat hal tersebut bahkan barisan meja yang berbeda.

"Kagak pedes, gak enak." Ucapan Bintang membuat Jian menggeplak kepalanya.

"Sakit Ji."

"Berisik lu! Tinggal kunyah sama telen apa susahnya sih?!"

"Gak pedes, gak suka!"

"Bawa sambel sana!" Jian itu manusia yang tidak suka makan pedas. Berbeda dengan Bintang, sehari harus makan pedas tanpa rasa pedas lidahnya akan tidak enak.

"Lagi gak?" Tawar Jian.

Bintang hanya diam dan mencomot kentang entah punya siapa.

"Bin, punya temen gua itu!"

"Eh gapapa Ji, sengaja kok pesen itu biar makan rame-rame."

"Bolehkan bro?" Tanya Bintang dengan teman Jian entah siapa namanya.

"Boleh boleh kok, ambil aja!"

"Tuh boleh!" Ujar Bintang kepada Jian sambil mengigit lagi kentang tersebut.

Tak lama makanan Bintang datang, pria itu langsung melahapnya. Penampakannya memang kalau Bintang sedang lapar, ia terus melahap makanannya tanpa berbicara.

"Makan jangan kaya babi, pelan-pelan ngapa sih Bin!" Ucapan Jian tidak diperdulikan oleh Bintang.

Di saat semua sudah selesai makan, mereka masih berbincang tetapi Bintang hanya diam seperti orang bodoh yang sudah kenyang. Tiba-tiba ucapan Bintang benar-benar membuat Jian mengumpat kesal.

"Banyak yang anggap kita pacaran, cipokkan yuk Ji!"

"Anjing, babi, tolol, musnah lu Bin!" Bintang terkejut dengan ucapan Jian serta pukulan yang Jian berikan kepadanya.

***

Sebenernya bikin Bintang & Jian tuhbuat bromance aja. Bukan ke bxb, lagi pula mereka sama-sama masih suka cewe. Buktinya Bintang lagi demen sama Sania dan Hanna. Sedangkan Jian tetap akan jatuh kepada Una seorang.

Aku lagi gencar banget updatenya. Untuk cerita ini, alur akan di buat melebar banget. Jadi kaya pembahasannya lebih banyak ketimbang dua cerita ku sebelumnya, yang hanya fokus ke satu permasalahan.

Semoga kalian masih menyukai cerita ku ini ya.

L.O.V.ETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang