Chapter 5 : Memetik Buah

23 4 0
                                    

Di luar pondok, tercium aroma hutan yang khas, terasa lembab. Suara gemeresik daun yang bergesekan karena tiupan angin. Beberapa suara serangga dan hewan, saling bersahutan.

Keduanya, Alaric dan Hadrian mengikuti langkah Laviertha, mereka menatap lahan kebun yang diolahnya. Kebun menyuguhkan deretan tanaman sayur, yang tumbuh dengan sehat dan subur.

Tetapi Alaric maupun Hadrian masih kebingungan apakah sayuran itu akan aman dikonsumsi? Walau ditanam di tanah yang tercemar. Melihat ekspresi keduanya, apalagi Alaric yang memainkan bibirnya seolah-olah ia menahan sesuatu untuk dikatakan.

Laviertha tahu apa yang mereka ingin tanyakan. Maka demi perdamaian benua di masa depan, agar mereka dapat pulang dengan selamat dari hutan kematian ini. Laviertha akan menjelaskan hal apa yang dapat membuat keduanya bisa bertahan hidup di hutan yang berbahaya ini.

"Hampir semua tanah di Hutan Kematian tak terkontaminasi, dan aman untuk menanam sayur ataupun tumbuhan lain. Hasilnya dapat dikonsumsi, hal yang sama yang kalian makan beberapa hari belakangan"

Hadrian yang mendengar nada bicara Laviertha lebih santai dari pada sebelumnya. Belum lagi ia yang dengan senang hati memberikan informasi tanpa mereka pinta, membuat Hadrian memiliki keinginan untuk merajut percakapan dengan Nona penyelamatnya itu.

"Jadi apa klaim yang diberi para ilmuan saat meneliti hutan kematian sepenuhnya salah? Mereka mengatakan tanah hutan ini terkontaminasi, begitu pula dengan tanaman tumbuh di atasnya, dan ada keyakinan semakin dekat dengan jantung hutan ini, maka udaranya semakin tercemar oleh sejenis racun. Beberapa ilmuan juga penyihir senior percaya itu adalah buah dari sebuah kutukan yang dimiliki wilayah hutan kematian. Bagaimana menurut anda Nona?"

Laviertha melambatkan langkah kakinya, membuat ia melangkah lebih lambat dari biasanya, ia pun membuka mulutnya. Menjawab pertanyaan Hadrian. Sementara Alaric mendengar di belakang keduanya.

"Tak sepenuhnya salah, hanya saja mereka keliru dalam menyimpulkan. Di bagian luar Hutan kematian, di mana pohon beracun adalah suatu mekanisme untuk menjaga monster-monster untuk tetap di dalam hutan dan begitu pula dengan manusia agar tetap di luar hutan."

"Selain itu pohon yang beracun, saat mereka mati, mereka mencemari tanah di sekitar dan menjadikannya tercemar racun. Itu sebabnya para ilmuan menyimpulkan tanah di hutan kematian beracun"

"Untuk adanya dugaan bahwa semakin dekat dengan jantung hutan kematian maka semakin tercemar udara pun adalah kesimpulan yang salah "

"Singkatnya para ilmuan keliru dalam mengambil kesimpulan karena terbatasnya jumlah sampel dan tak ada yang mampu untuk bisa mencapai sejauh ini selain kalian. Itupun jika kalian dapat keluar hidup-hidup."

"Bagaimana dengan anda?"

Alaric bertanya dengan penasaran, pikirannya berpikir keras, menduga-duga apa Nona penyelamatnya adalah orang luar seperti mereka atau ia telah tinggal dan bertahan hidup di hutan ini sejak lahir.

Laviertha diam sejenak sebelum akhirnya mengubah topik, seolah-olah pertanyaan yang dilontarkan Alaric tak pernah ia dengar.

"Omong-omong bukan berarti tak ada pohon beracun kecuali hutan bagian luar."

Laviertha menunjukan pohon beracun, yang memiliki ciri khas daun, bunga dan buahnya berwarna terang yang dapat bersinar saat gelap. Dia memetik daun dari pohon biasa dan membandingkannya dengan daun dari pohon beracun. Dimana daun pohon beracun memiliki pigmen warna yang aneh seperti warna neon.

Hadrian mengangguk, memerhatikan semua yang ditunjukan dan dikatakan oleh Laviertha. Menurutnya pengetahuan ini adalah sesuatu yang lebih berharga daripada dari emas ataupun permata langka.

Tentu saja karena mereka adalah satu-satunya kelompok orang yang dapat menembus dekat jantung hutan kematian. Dan kemungkinan dapat pulang dengan bantuan pengetahuan dari Laviertha.

Dari awal mereka begitu lengah dengan keadaan sekitar, karena mereka tak berada dalam kondisi tubuh yang prima. Oleh sebab itu mereka dibuat sekarat oleh monster tingkat tinggi, yang tiba-tiba menyerang dengan berkelompok.

Mereka telah sampai di deretan pohon yang tengah berbuah dengan bermacam-macam jenis. Laviertha menunjukan penampakan beberapa buah yang matang sempurna kepada keduanya, dan meminta keduanya memetik buah matang seperti itu.

Ketiganya sedikit berpencar, walau hanya berjarak beberapa meter satu sama lain. Hadrian menatap aneh beberapa buah eksotis yang seharusnya tidak bisa tumbuh di wilayah kekaisaran termasuk hutan kematian. Juga beberapa buah lain yang entah kenapa dapat berbuah di sini.

Semua pohon buah yang ada di sini, tumbuh dan berbuah dengan baik. Walaupun kondisi iklim dan daerah hutan berbeda dengan asal buah tersebut, menjadikannya syarat tumbuhan dapat tumbuh dan berbuah.

Hadrian kebingungan dengan salah satu buah berry yang ia petik. Ia sangat yakin seharusnya ini hanya dapat tumbuh dan berbuah di daerah pegunungan. Padahal hutan ini adalah wilayah yang hampir datar sempurna, tapi mengapa berry ini dapat tumbuh dan berbuah disini?

"Nona, mengapa buah berry ini dapat berbuah di hutan ini? Bukankah seharusnya hanya dapat tumbuh dan berbuah di daerah pegunungan saja?"

Hadrian berhenti memikirkan keanehan itu, dan berusaha mencari jawabannya dengan bertanya pada Laviertha.

"Itu benar, tetapi hutan ini memiliki kondisi yang cukup istimewa. Yang menyebabkan semua biji yang dilemparkan di atas tanah dapat tumbuh dan untuk pohon buah maupun bunga, itu dapat berbuah dan berbunga di setiap waktu."

"Kondisi istimewa seperti apa?"

"Apa kamu merasakan udaranya? Bukankah kamu seorang Swordmaster's Aura?"

Hadrian terdiam, telah lama sejak ia menyadari bahwa semakin ia masuk ke dalam hutan, mana di udara semakin murni walau konsentrasinya tipis.

Namun, yang membuat ia terdiam bukan fakta mengenai udara yang mengandung mana. Tetapi fakta bahwa Nona penyelamatnya mengenali dirinya sebagai Swordmaster's Aura. Padahal ia baru saja naik ke tingkat itu, dan belum ada yang mengetahui fakta ini kecuali Alaric.

"Jadi mana di udara, penyebab buah yang kami makan di pondok, dapat memulihkan mana kami?"

Alaric memandang buah yang baru saja ia petik, terkagum-kagum. Ia seperti Hadrian, ia menyadari bahwa udara di hutan ini mengandung mana murni. Walau tak sehebat Hadrian, Alaric memiliki bakat yang sama besarnya dengan Hadrian.

Ia merupakan seorang Swordmagic yang dapat menebas ratusan musuh hanya dengan sekali ayunan pedang.

"Ya, tapi yang paling berkontribusi adalah media tanah, yang memiliki konsentrasi mana yang cukup banyak dan berlimpah."

"Bahkan saat menggali tanah, terkadang kamu dapat menemukan mana yang mengkristal. Akan tetapi itu sangat kecil, tak sebanding dengan kristal mana yang ditemukan di retakan atau gua."

"Bukan hanya itu, beberapa mata air juga mengandung mana yang jauh lebih kental dan murni dari udara. Hal itulah yang menjadikan hutan ini memiliki kondisi yang cukup istimewa."

Alaric tercengang, kristal mana adalah hal yang cukup langka. Bahkan dipasaran harganya jauh melebihi emas juga permata.

Apalagi mata air yang mengandung mana, dunia dan para ilmuan serta penyihir senior sudah meyakini bahwa mata air mana sudah dianggap sebagai legenda, yang hanya ditemukan di kitab sihir kuno lebih dari 500 tahun yang lalu.

'SUMMER NIGHT' CottageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang