Chapter 4

6 0 0
                                    

Jinho sudah pergi setelah dia membantu Ara kembali ke tempat tidur dan membantu mengompres dengan es batu agar kaki Ara tidak bengkak. Katanya dia akan kembali lagi besok pagi untuk membantu Ara

Dan katanya lagi dia akan terus membantu Ara sampai Ara sembuh. Dan Ara berharap dia akan segera sembuh.

Sungguh tidak nyaman rasanya merepotkan orang lain. Rasanya seperti jadi orang yang tidak berguna kalau sampai orang lain susah payah membantunya.

Itulah Ara, orang yang kelewat mandiri. Apa karena Ara sudah hidup sendiri lebih dari 10 tahun? Sehingga uluran tangan dari orang itu terasa sangat asing dan aneh.

Ara malam itu tidur dengan perasaan aneh. Dia memang datang ke Jeju untuk berubah, tapi tidak dia sangka keadaan memaksanya secepat ini untuk berubah.

*****************************************

Hari ke dua di Jeju. Ara bangun dari kasurnya. Dia menurunkan kakinya.

Mungkin hari ini aku sudah baikan dan bisa jalan sendiri.

Ara berdiri, dan perlahan melangkah. Kakinya sangat berat dan terasa nyeri. Tapi Ara mencoba melangkah, dia harus cepat sembuh supaya bisa jalan-jalan lagi.

Sudah beberapa langkah Ara berhasil keluar dari kamar, tujuannya adalah kamar mandi karena dia ingin mandi.

Ara baru saja masuk kamar mandi ketika kakinya tidak bisa lagi menopang tubuhnya. Ara kehilangan keseimbangan dan berusaha untuk berpegang pada sesuatu namun tangannya tidak kuat.

"Aaaah!" Ara terjatuh di kamar mandi. Dia tergeletak di lantai dan tidak berdaya. Kakinya terasa sangat nyeri dan sangat sakit.

Karena terjatuh punggungnya pun terasa sakit. Dia benar-benar merasa tidak berdaya. Dan tidak tahu harus bagaimana.

Ara mulai menangis.

Awalnya hanya air mata tapi seketika hatinya sangat kesepian. Saat sakit begini dia merasa sangat kesepian karena tidak ada siapa-siapa yang bisa dia andalkan.

Suara tangisnya mengisi kamar mandi. Isakannya semakin kencang dan air mata semakin banyak. Hatinya nyeri karena rasa sepi yang ia rasakan.

"Ara!" Tiba-tiba Jinho muncul dan memeluknya.

"Aku disini. Aku disini." Katanya sambil memeluk Ara dan mengusap punggungnya dan kepalanya.

"Kamu harusnya tunggu aku. Aku kan udah janji aku kesini lagi untuk bantu kamu." Jinho masih mengusap punggu Ara dan Ara masih menangis dan isakannya tidak berhenti.

"It's okay, Ara. Aku disini." Dengan lembut dan sabar Jinho menunggu Ara untuk tenang sambil terus memeluk Ara.

Apakah bisa seseorang yang baru bertemu bisa seperti ini? Apakah ada orang yang baru dikenal bisa sebaik ini?

Ara sudah tenang dan isakannya berhenti. Jinho melepaskan pelukannya dan melihat Ara yang masih menangis. Jinho segera mengusap air matanya dan kembali memeluk Ara.

Ara yang tidak tahu dari mana ketenangan ini datang, terasa begitu nyaman dalam pelukan Jinho.

Ara tidak mau berpikir terlalu jauh dan rumit. Dia tidak mau tahu apakah ini pantas dia lakukan? Apa ini bisa terjadi begitu saja? Apakah Ara harus merasa aneh? Ara tidak mau tahu semua itu. Yang dia tahu, Ara sangat nyaman bersama Jinho.


First Time With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang