Everyday I Love sudah tersedia di Google Playbook, Karyakarsa dan dalam bentuk Pdf. Untuk pdf bisa kontak ke aku yang di no 081917797353.
Part 1 It's You. Happy reading
❤❤❤❤
Brook memacu kuda Arab miliknya dengan kecepatan penuh di atas pasir pantai yang basah. Terjangan ombak sama sekali tidak dihiraukan Brook. Semakin besar debur ombak, semakin menantang bagi Brook.
Berkuda selalu menjadi kegiatan favorit Brook untuk mengusir penat sekaligus menenangkan diri. Sejak kuda Arab yang kini ditungganginya sudah mulai jinak, Brook memang kerap kali berkuda dengan kecepatan tinggi. Ia suka dengan kuda Arab yang dulu dirawat Damien untuknya. Kuda Arab itu tidak hanya besar tapi juga memiliki kecepatan tinggi dalam berlari. Syukurnya kuda itu sekarang sudah sangat jinak sehingga ia bisa menungganginya kapanpun diinginkan.
Brook berhenti ketika matahari mulai terbit. Semburat kemerahan terlihat indah di langit, membuat suasana pantai yang sebelumnya hanya diterangi sinar sang rembulan kini mulai terang.
Tidak ada yang meragukan keindahan langit di pantai ketika matahari terbit maupun tenggelam. Hampir semua orang menyukai saat-saat seperti ini, tidak terkecuali dirinya. Beruntung Brook tinggal di daerah yang cukup dekat dengan pantai sehingga ia bisa menyaksikan kedua fenomena itu kapan pun ia menginginkannya.
Ketika matahari sudah mulai meninggi, Brook melajukan kudanya menuju rumah. Ia harus membersihkan diri sebelum sarapan. Ia tidak ingin kedua orang tua serta adiknya menunggu terlalu lama untuk sarapan hanya karena keterlambatannya.
Begitu sampai di istal, Brook langsung menyerahkah kudanya kepada penjaga istal lalu bergegas memasuki rumah menuju kamar. Dibantu Hamers Brook bersiap untuk sarapan yang sebentar lagi akan dimulai.
"Terima kasih, Hamers. Aku akan turun sekarang."
"Baik, My Lord. Selamat sarapan."
Brook mengangguk dan bergegas turun. Di bawah tangga ia bertemu dengan Georgia sang adik yang berhenti ketika melihatnya datang.
"Selamat pagi, Georgia," sapanya kepada sang adik yang selalu terlihat cantik di matanya.
"Selamat pagi, Brook," Georgia melingkar tangan di lengan Brook lalu berjalan bersama menuju ruang makan. "Kenapa tidak mengajakku melihat matahari terbit."
"Karena aku tahu kau lebih suka mengurus tanaman-tanamanmu dari pada melihat matahari terbit bersamaku."
Georgia tertawa. "Begitulah. Tanaman-tanaman itu jauh lebih menyenangkan daripada kau yang membosankan."
Brook menyentil kening Georgia hingga wanita itu meringis kesakitan. "Hanya kau yang mengatakan aku ini membosankan."
"Kenyataannya memang seperti itu. Kalau kau tidak membosankan, kau pasti sudah menemukan wanita yang bersedia menikah denganmu."
"Kau tahu pasti bukan itu alasan kenapa aku belum menikah hingga saat ini."
Georgia tertawa. Tentu saja ia tahu. Brook belum menikah bukan karena tidak ada wanita yang tertarik padanya, tapi karena Brook memang belum menemukan wanita yang tepat.
Dalam keluarganya, cinta memang menjadi faktor utama bagi mereka semua untuk menjalani pernikahan. Georgia juga tahu bagaimana kisah cinta Brook sebelumnya. Yang tidak Georgia ketahui adalah alasan kenapa Brook mengakhiri kisah cintanya. Ia tahu jika Brook mencintai Barbara begitu pun sebaliknya. Tapi Georgia tidak pernah bertanya tentang hal itu. Ia tidak ingin mencampuri urusan sang kakak. Bagaimanapun juga hal itu adalah urusan pribadi Brook sendiri. Georgia hanya berharap sang kakak bisa menemukan wanita yang nanti benar-benar dicintainya.
KAMU SEDANG MEMBACA
IT'S YOU (SEQUEL OF SEASON SERIES #2)
RomanceBrook Chatfield, Marquess of Lostwithiel (Sequel of Season Series #2)