3. Barbara Hamilton

255 76 1
                                    

Everyday I Love sudah tersedia di Google Playbook, Karyakarsa dan dalam bentuk Pdf. Untuk pdf bisa kontak ke aku yang di no 081917797353.

Jangan lupa tinggalkan jejak. Happy reading

❤❤❤❤


Barbara menatap Alex tajam, sementara pria itu hanya menatapnya santai seolah tatapan Barbara tidak berpengaruh apa pun padanya.

Barbara tahu apa yang saat ini dilakukannya memang tidak berpengaruh kepada Alex. tapi ia tidak memiliki pilihan lain untuk melayangkan protes kepada Alex. Pria itu tahu bagaimana hubungannya dengan Brook dan bisa-bisanya Alex berpikir untuk menyatukannya dengan Brook dalam satu misi yang sama.

Barbara tentu saja tidak keberatan, tapi bagaimana dengan Brook. Ia sangat yakin Brook pasti keberatan jika tahu dirinyalah yang akan menjadi rekan kerja pria itu.

"Apa sebenarnya tujuanmu melakukan semua ini Alex?"

"Untuk segera menemukan dalang dibalik penyelundupan serta penembakan yang terjadi pada Gabriel, bukankah aku sudah mengatakannya hal ini sebelumnya, Barbara?"

Barbara tahu. Itu jugalah yang membuatnya datang ke London dan menerima tawaran Alex. Ia mengenal Gabriel dan prihatin dengan apa yang menimpa pria itu. Tapi ia tidak tahu jika orang yang akan menjadi rekan kerjanya adalah Brook, sang mantan kekasih yang sangat membenci dirinya.

"Memang, tapi kau tidak pernah mengatakan jika rekan kerjaku adalah Brook."

"Kau tidak pernah bertanya, jadi aku pikir siapapun yang menjadi rekan kerjamu tidak akan masalah untukmu."

Barbara menghela nafas. Ia tidak bertanya karena Alex tahu hubungannya dengan Brook selama ini. Ia yakin Alex tidak akan memasangkannya dengan Brook tapi ternyata dugaannya salah.

"Ada Javier dan Xavier, aku rasa mereka lebih dari bisa diandalkan."

"Tentu saja. Tidak ada sepupuku yang tidak bisa diandalkan dan kau itu, Barbara. Tapi saat ini keduanya sedang dalam misi yang lain, dan satu-satunya yang serasi menjadi rekan kerjamu hanyalah Brook," Alex menatap Barbara lembut. "Kalian pernah menjalin hubungan sebelumnya. Tidak akan sulit bagi kalian untuk memerankan pasangan yang sedang dimabuk asmara. Tidak akan ada yang mencurigai kalian. Kalian akan menjadi pasangan yang saling melengkapi saat pesta pedesaan nanti, karena itu aku memilihmu menjadi pasangan Brook."

"Kau terlalu yakin kami bisa bekerjasama."

"Karena kalian pernah bersama sebelumnya. Aku yakin tidak akan sulit bagi kalian untuk memerankan sepasang kekasih yang sedang kasmaran. Tapi jika kau benar-benar tidak bisa melakukannya, aku bisa membayar wanita lain untuk menjadi wanita simpanan Brook selama disana. Siapa tahu Brook malah tertarik kepada wanita itu, bukan?"

Barbara memicing. Disatu sisi ia merasa keberatan dengan tugas yang Alex berikan tapi disisi lain, membayangkan Brook bermesraan dengan wanita lain membuatnya tidak tenang. Ia tidak rela Brook bermesraan dengan wanita lain meskipun itu hanya pura-pura. Apalagi jika sampai Brook benar-benar tertarik kepada wanita itu.

"Jadi bagaimana? Apa kau setuju?"

Alex menahan senyum melihat wajah bimbang Barbara. Alex tahu, tanpa menjawab pun ia sudah mendapatkan Barbara. Barbara tentu tidak akan rela melihat Brook bersama wanita lain. Ia tahu Barbara masih sangat mencintai Brook.

"Bagaimana dengan Brook, dia pasti tidak akan setuju jika tahu akulah yang akan menjadi rekan kerjanya."

"Untuk masalah itu, aku yang akan mengatur semuanya. Aku pastikan Brook tidak akan keberatan. Kalian akan segera bertemu begitu aku membawa Brook ke London," Alex berdiri, mengulurkan tangan pada Barbara. "Senang bekerjasama denganmu, Barbara."

Barbara menghela nafas. Ia menatap wajah Alex dan tangan pria itu bergantian sebelum menjabat tangan Alex. "Kau tahu aku tidak memiliki pilihan."

"Seharusnya memang seperti itu," Alex tersenyum. "Sampai bertemu beberapa hari lagi di London."

Dan akhirnya hari itu tiba juga. Ia dan Brook akhirnya akan kembali bertemu setelah sekian lama mereka tidak pernah bertatapan langsung.

Meskipun tahu Alex sengaja mengatur semua ini, tapi Barbara tidak memiliki keinginan untuk mundur. Ia memang sempat ragu memikirkan reaksi Brook saat mereka bertemu nanti. Ia yakin Brook pasti akan sangat marah jika tahu bahwa ialah yang akan menjadi rekan kerja pria itu. Tapi ia tidak bisa membiarkan Brook bersama wanita lain.

Meskipun kisah cintanya dengan Brook sudah berakhir sangat lama, tapi Barbara masih sangat mencintai pria itu. Brook adalah kekasih yang baik. Brook melindunginya, memberinya rasa nyaman dan mencintainya. Setidaknya itu yang dulu Barbara rasakan ketika bersama Brook.

Mengingat semua itu membuat Barbara sedih. Ia tidak menyangka kisah cintanya dan Brook berakhir begitu saja. Ia bahkan sudah membayangkan akan melangkah ke pelaminan bersama Brook, memiliki keluarga kecil yang bahagia dan hidup dalam kedamaian. Tapi sayang semua mimpi itu harus kandas di tengah jalan setelah Brook mengetahui siapa dirinya yang sebenarnya.

Barbara menghela nafas. Bukan waktunya mengingat masa lalu. Ia harus bisa membedakan urusan pribadi dan pekerjaan. Keduanya tidak boleh dicampur adukkan. Ada pekerjaan yang harus diselesaikannya sesegera mungkin.

Barbara melangkah menuju pintu utama. Kepala pelayan membukakan pintu dan langsung mengantarnya menuju ruang kerja Alex.

"Selamat datang Barbara."

Barbara mendengkus begitu melihat Alex. Meskipun sudah setuju menjadi rekan kerja Brook, tetap saja Barbara kesal setiap kali melihat Alex.

"Jangan menatapku seperti itu, kau membuatku merasa seperti seorang penjahat padahal aku ini malaikat."

"Malaikat kematian," sindir Barbara. Ia langsung duduk dihadapan Alex. "Jadi dimana pria yang akan menjadi pasanganku?"

"Merindukannya, Barbara?" goda Alex.

"Merindukannya? Tentu saja tidak. Hubungan kami sudah berakhir cukup lama, jadi aku tidak mungkin merindukannya."

"Terdengar cukup masuk akal. Aku pasti akan percaya jika tidak melihat sorot matamu ketika membicarakan dirinya. Aku tahu kau sangat merindukannya meskipun bibirmu menyangkalnya."

"Bersikaplah profesional, Alex."

"Baiklah, maafkan aku. Tapi aku ingin kau tahu bahwa sampai saat ini, aku selalu mendukungmu bersama Brook. Menurutku kaulah pasangan yang tepat untuk Brook."

Barbara tidak menanggapi. Ia tidak ingin Alex tahu betapa berarti ucapan pria itu bagi dirinya.

Sejak dulu Alex memang selalu menjadi pendukung terbesarnya. Bahkan saat ia terpuruk karena kisah cintanya dan Brook tiba-tiba saja berakhir, Alex selalu berada disisinya, menenangkan dirinya.

Syukurnya Alex tidak mengatakan apa-apa lagi. Pria itu meminta kepala pelayan untuk memanggil Brook.

Barbara menunggu dengan tegang. Jantungnya langsung berdetak kencang begitu pintu ruang kerja Alex terbuka. Ia meremas kedua tangan ketika aroma yang sudah sangat dirindukannya memenuhi indera penciumannya.

Demi Tuhan...

Barbara sangat merindukan pemilik aroma ini. Seluruh inderanya, sekujur tubuhnya bahkan masih sangat mengenali aroma ini.

Barbara menggeleng. Mencoba mengusir kenangan yang hendak menyeruak keluar. Bukan saatnya mengingat apa yang telah terjadi di masa lalu. Saat ini ia tengah bekerja, jadi ia harus bisa bersikap profesional.

Barbara memilih diam di tempatnya. Ia menahan diri untuk tidak menoleh kearah pintu, sampai akhirnya ia mendengar suara yang juga sangat dirindukannya selama ini.

"Jadi dia rekan kerja yang telah kau siapkan untukku, Alexander?" tanya Brook dengan suara dingin.

Meskipun bukan nada suara yang ingin Barbara dengar setelah sekian lama mereka tidak bertemu, tetap saja suara Brook mampu menggetarkan hati Barbara seperti dulu.

Cintanya kepada Brook memang tidak pernah padam sampai detik ini.



❤❤❤❤

03122023

IT'S YOU (SEQUEL OF SEASON SERIES #2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang