12° Arah Tanya

62 10 0
                                    

"Banyak pertanyaan ragu tercipta untuk Sang Khalik, melupakan segala hal yang dilalui adalah atas Kehendak-Nya."

Janlup Vote comment biar makin semangat up nyaa

🐨HAPPY READING🐨

Di hadapan hamparan sajadah kini Mika kembali bersandar. Kejadian itu membuatnya semakin mendekat kepada Maha Kuasa sebab Sang Atas lah yang paling mengerti setiap inci dalam dirinya.

Terlihat memang ia berbicara sendiri tanpa ada yang menimpali, berbeda kala berbicara dengan teman atau kerabat. Namun untuk kali ini perasaannya sangat yakin bahwa Tuhan pasti merangkulnya lebih erat, tak memandang sepihak, tak seperti dirinya yang menaruh rasa benci amat dalam pada dirinya sendiri.

Jika biasanya orang-orang akan berdoa dengan suara jelas atau pun lirih, Mika lebih memilih untuk menyuarakan rasa sakitnya dalam hati karena saking tidak kuat. Jelas semua yang ia uraikan seputar pertanyaan akankah ada jalan keluar dari semua ini?

Mengapa Allah SWT membiarkannya diperlakukan seperti itu? Jika memang Tuhan memiliki Kuasa-Nya, mengapa kejadian itu bisa selesai dengan dirinya yang sepenuhnya sudah ternodai? Kalaupun 'katanya' memiliki segudang cara, apa setelah ini ia akan mendapatkan suatu hal sebagai balasan?

Katanya segala sesuatu membuahkan hikmah, Mika masih terus bertanya-tanya, hikmah yang dimaksud sulit digarap dengan pikirannya yang masih berkecamuk.

Setitik air mata menggelapkan satu sudut sajadah—tepatnya di bagian kubah masjid—mewarnai lebih dalam akan sehancur apa dirinya di hadapan Sang Cipta. Mika yang belum mengetahui lebih dalam rasa sayang Allah SWT terhadap Hamba-Nya, dengan begitu percaya diri menaruh rasa ragu seakan tak ada yang menyayanginya.

Terus menangis tak kunjung membuat hati sepenuhnya tenang, justru dadanya semakin sakit. Meski kesadaran untuk bersandar kepada Sang Cipta perlahan hadir, tapi untuk sadar bahwa Sang Khalik nyata sayangnya masih kelabu.

Jauh di sana yang tak bisa digapai oleh Mika, Allah SWT selaku Tuhan-Nya, Kekasih tersayangnya tak pernah sedikit pun menaruh rasa negatif tatkala satu Hamba-Nya bersandar. Sebanyak apa pun maksiat atau kesalahan yang dilakukan Mika atau Hamba lainnya, tanpa pikir lagi Sang Khalik itu bertabur perisa maaf.

___

Beberapa jam terlewati setelah Mika melaksanakan salat subuh disertai hamparan doa-doa, kini topeng tenang harus kembali ia pakai. Setenang mungkin hingga untung saja Ratih dan Vika tak menaruh rasa negatif apa pun. Benar adanya karena di lain hati, Bunda dua orang anak gadis itu bersyukur karena kekhawatirannya akhirnya berujung, anak pertamanya ternyata sekadar sakit saja. Setidaknya untuk sekarang anaknya sudah seperti biasa, terlihat sehat dan kembali tersenyum seperti sedia kala.

"Skripsimu gimana, Vik?"

Vika yang ditanya berusaha menelan sesuap bubur yang masih panas dengan buru-buru. Refleks saja Mika menepuknya agar santai saja dan berhati-hati. "Kemarin baru aja ketemu dospem, masih ada beberapa revisian."

Ratih membangun senyum teduh, melihat si  bungsu yang semakin serius dengan dunia perkuliahan membuatnya terenyuh, waktu berjalan semakin cepat ternyata. "Jangan sampai lupa waktu, itu pesan dari Bunda."

Vika mengangguk pasti, menyimpan sedikit kebohongan sebab seringkali dirinya melupakan sejenak dunia yang berjalan hanya untuk revisian skripsi.

Sementara di lain itu, Mika yang kembali bertanya dengan spekulasi kasus pemerkosaan hendak menyuarakannya, tetapi tampak ragu akan bagaimana bahasa yang harus dilontarkan. Namun, tak sampai 40 detik ia melamun—membiarkan Vika dan Ratih larut dalam topik skripsi—, akhirnya ia mengambil napas sejenak, lantas menetralisir raut muka. "Bun."

Akhir dan Takdir || Jaehyun X Mina ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang