Voment dong say
Jika hari-hari biasa Fatimah diisi dengan harapan yang tak kunjung tiba, kini degup jantungnya berdetak dengan tempo yang tak seperti biasa. Tidak ada kesesakan, justru haru mendominasi dalam diri dengan rindu yang sulit dijelaskan seberapa besarnya itu. Bagaimana tidak? Dalam keseharian yang begitu sepi, tiba-tiba saja pintu rumah diketuk lalu menampilkan anak sulungnya yang begitu dinanti.
Kerinduan yang menyeruak membuat Fatimah langsung mendekap erat si sulung, menenggelamkan wajahnya di dada si empu dengan tangisan kecil yang kian terdengar. Sungguh, melihat tontonan haru itu, hati Mika ikut tersayat.
"Kamu ke mana aja, Vin?" Mengabaikan presensi kehadiran Mika dan Fandy yang ikut serta, Fatimah masih terfokus pada titik rindu yang erat mengikat. "Untungnya Mama hari ini masak ayam kecap kesukaan kamu. Kalau tahu hari ini Kamu datang, Mama bakal buatin pancake juga, Vin." Tak ada jawaban, si empunya hanya mengulum senyum dengan rasa perih yang berusaha ditahan. Kevin ingin memaki diri sendiri dengan kata-kata kasar, bejat saja belum cukup rasanya.
Pasti sang Mama sebegitu rindu, sampai-sampai air mata tidak dipikir dua kali untuk dibendung.
"Maaf ..." Memang sudah mengakui dirinya salah, banyak dosa meliputi dirinya, tapi Kevin rasa dirinya masih begitu pengecut. Sebab untuk sekedar mengucapkan segala kesalahan saja dirinya belum mampu, kata maaf tadi terdengar begitu lirih.
Di posisi paling dekat, Fatimah dapat mendengar jelas, lantas wanita paruh baya dengan kerudung panjang yang dikenakan itu mulai menjauhkan diri dari dada bidang si sulung, mengusap air mata yang begitu berantakan. Sebuah senyum yang begitu indah pun terbit, sebagai sesama wanita, Mika sukses dibuat sesak akan reaksi tersebut.
"Kamu nggak sepenuhnya salah." Kevin semakin kelu, tak percaya dengan ucapan Fatimah yang memaklumi seolah-olah kesalahannya begitu kecil. Namun, pria itu yakin kalau kata-kata barusan hanya tameng agar drama kecil ini disudahi dengan cepat. Mungkin, karena berada di posisi ini jujur cukup sesak.
"Kamu punya luka, Vin." Tangan yang sudah memiliki garis halus itu dengan lembut mengelus rambut Kevin yang sudah lama tak dicukur. "Mama nggak apa-apa kalau kamu marah, tapi Mama nggak mau kamu salah arah."
Betul, Kevin tidak mengelak kalau dirinya memang sudah salah arah, bahkan masih melangkah meski kesalahan ini sudah begitu jauh nan fatal.
Keheningan pun membalut untuk sepersekian detik sampai pecah kemudian sebab Fandy berceletuk, "cuma makanan favorit Kakak doang yang dimasak? Perkedel favorit Fandy nggak dibikin, Mah?" Mendengarnya, tak hanya Fatimah yang langsung terkekeh pelan, Mika pun demikian. "Fandy ngambek aja, lah."
Benar-benar seperti anak kecil, meski seterusnya akan begitu di mata orang tua, Fandy yang seperti ini jelas begitu berbeda bagi Mika dibandingkan kemarin kala mereka berdua harus diselimuti keseriusan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Akhir dan Takdir || Jaehyun X Mina ✔️
Fanfiction[END] Untuk judul buku akan diganti jadi 'Jejak Luka'. ⚠️18+ ___ Semua bermula begitu saja. Mika wanita yang berusia 28 tahun harus dihadapi sebuah masalah yang tidak bisa diterima oleh dirinya sendiri. Prinsipnya perihal pernikahan terpaksa harus...