7 a

360 31 0
                                    

(Hihik.. hihik..)

Suara kuda yang meringkik menjadi pertanda jika tali kekang telah ditarik.

Kereta yang ditransportasikan menggunakan kuda ikut berhenti begitu hewan yang menariknya menghentikan langkah. Pintu kereta yang indah dibuka oleh seorang ksatria muda. Dengan tubuh tegap dan wajah tampan, penampilanya cukup mencolok mata.

"Selamat datang di pusat keamanan Luxedon, Nona Ruliazer." sang ksatria segera memberi salam begitu si penumpang kereta menampakkan diri.

Dengan postur pengawalan yang mumpuni, ksatria muda tersebut membantu nona kecil yang tampak seperti boneka porselen untuk turun. Dan di belakang mereka, seorang pelayan wanita mengikuti keduanya dengan patuh.

Tap..

Tap..

Tap..

Begitu Kalista menuruni kereta kuda yang disiapkan oleh pamanya, Ia dapat melihat puluhan orang yang menyambut kedatangannya. Atau bisa dibilang, ingin menghakiminya.

Jika tidak begitu, mengapa mereka yang dibayar menggunakan uang pajak tanah milik keluarganya mengarahkan tatapan meremehkan pada Tuan Tanah Luxedon yang asli.

Melihatnya membuat Kalista menghela nafas dalam hati. Tanpa sadar tatapanya beralih kepada ksatria muda yang tengah mengawalnya dengan hormat.

"Terimakasih atas sambutan yang hangat, Tuan Muda Lunox." ucap Kalista dengan lembut. Sengaja mengabaikan situasi yang tengah Ia alami.

Dia tahu kedatangan pemuda itu lebih awal di pusat keamanan Kota Luxedon adalah perintah dari pamannya. Dengan begitu, dirinya tak akan terlihat begitu terimindasi dengan banyaknya lelaki berbadan besar di sekitar.

Sekarang adalah hari kedua setelah bencana longsor salju terjadi. Dan ada alasan mengapa Ia memutuskan untuk mendatangi markas keamanan Ksatria Luxedon.

Selain ingin melihat betapa tak tahu berterimakasih nya orang-orang yang telah Ia selamatkan, dirinya juga memiliki hal penting lain yang ingin dilakukan.

"Sudah menjadi tugas saya, Nona Muda." balas ksatria yang kerap dipanggil Tuan Muda Lunox.

Diantara kekhidmatan yang terjalin, tatapan menusuk terlihat sangat kentara. Kalista bahkan tak akan heran jika orang yang sedari tadi menatapnya tajam tiba-tiba melancarkan serangan ke arahnya.

"Nona Ruliazer!"
"Berani-beraninya Anda membahayakan Kota Luxedonku." suara keras diikuti oleh hentakan tongkat.

"Lihat?"
"Dia bahkan baru saja memikirkannya. Dan sekarang, dirinya telah mendapatkan serangan penuh mesiu yang mengarah pada kejahatan besar tak termaafkan." Kalista berpikir dalam hati.

Lelaki tua yang menjadi pusat pengawalan memperlihatkan wajah marah. Seolah nama yang disebutkan adalah seseorang yang telah menghancurkan seluruh keluarganya.

"Maaf Tuan Triger."
"Tetapi saya tidak mengerti satupun dari kalimat yang Anda katakan. Bisakah Tuan Triger menjelaskanya dengan kalimat yang lebih sederhana?" Kalista menjawab dengan tenang.

Meski saat ini dia hanya memiliki satu pelayan dan satu pengawal yang berada di pihaknya, Ia sama sekali tak merasa takut sedikitpun. Bahkan, frekuensi detak jantungnya sama sekali tidak meningkat.

"Kurang Ajar!"
"Meski Anda adalah keturunan Ruliazer, namun Anda tidak memiliki sopan santun sedikitpun."
"Saya sebagai pemilik Tanah Luxedon menolak mengakui Anda sebagai penerus Keluarga Ruliazer." ucap Jonathan Triger garang.

Mata tua itu menatap nyalang. Bahkan suara yang dikeluarkan seperti hewan buas yang tengah meraung.

"Keputusan untuk memilih kepala keluarga berikutnya bukanlah sesuatu yang bisa Tuan Triger campuri. Namun sebagai satu-satunya pewaris duke sebelumnya, saya bisa memaksa Tuan Triger untuk turun dari posisi Anda saat ini."

"Tapi sekarang, saya akan mendengarkan gugatan Anda terlebih dahulu untuk saya. Anggap saja sebagai welas asih saya kepada seseorang yang jauh lebih tua." ucap Kalista tenang.

"Jadi Tuan Triger, apa yang telah saya lakukan sehingga Anda mengklaim jika saya membahayakan Kota Luxedon yang masih berada di bawah wilayah kekuasaan Duke Ruliazer?" lanjut Kalista.

Gadis kecil yang tampak seperti boneka itu sengaja mengubah kepemilikan wilayah dalam pertanyaanya. Sebelumnya, Jonathan Triger tanpa tahu malu mengatakan jika Tanah Luxedon adalah miliknya sendiri. Sedangkan menurut catatan resmi, Kota Luxedon dan beberapa wilayah di sekitarnya masih masuk dalam kekuasaan Ruliazer.

"Anda!"
"Anda pasti telah bekerja sama dengan seseorang untuk menenggelamkan Kota Luxedon. Jika tidak begitu, mana mungkin tiba-tiba longsor salju terjadi di wilayah ini."

"Terlebih, Anda juga meminta Tuan Duke untuk melakukan tindakan penanggulangan. Kalian pasti telah merencanakan hal ini. Kalian ingin mendapat dukungan rakyat Luxedon dengan mempertaruhkan ribuan nyawa tak berdosa." tuduh Jonathan Triger.

Mendengar cara pemimpin Kota Luxedon memutar balikan fakta membuat Kalista ingin bertepuk tangan. Macan yang telah tersudut ini benar-benar mempunyai rencana brilian untuk melarikan diri.

Sebelumnya, dia telah memerintahkan Granet untuk menyampaikan surat pribadi kepada Jonathan Triger. Isinya bukanlah sesuatu yang spesial. Dia hanya menulis beberapa korupsi yang telah dilakukan oleh orang tua itu. Tentu saja dengan titah untuk mengembalikan semua uang tersebut dan mengundurkan diri dari jabatannya saat ini.

Namun bukanya menyesal dan memikirkan cara mengumpulkan uang guna membayar hutang, lelaki itu malah berencana menyerangnya. Benar kata orang. Jahe tua memang lebih pedas. Apalagi jahe tua ini adalah tipe yang tidak tahu malu. Menggelapkan uang orang lain dan menuduh si pemilik uang sebagai penjahat besar yang mengancam kehidupan semua orang.

"Lalu, apakah Tuan Triger memiliki bukti atas klaim yang baru saja Anda katakan?" Kalista masih bertanya dengan tenang.

"Apalagi bukti yang diperlukan? Bukankah semua yang saya katakan barusan adalah sebuah kebenaran?"

"Sebagai calon duches berikutnya, seharusnya Anda melindungi rakyat Luxedon. Bukan membahayakan mereka demi kepentingan pribadi." jawab Kepala Keluarga Triger penuh percaya diri. Seolah semua yang Ia katakan adalah fakta yang diketahui secara umum.

"Tuan Triger benar-benar hebat. Bahkan tanpa mempunyai bukti apapun, Anda bisa langsung membuat seseorang menjadi tersangka." ucap Kalista remeh.

Gadis kecil itu kemudian melihat ke arah pasukan penjaga Luxedon, "Apa kalian setuju dengan pemimpin kalian saat ini?"

Tak ada satu orangpun yang menjawab. Meski orang yang bertanya hanya seorang gadis kecil, namun entah mengapa dia memiliki momentum yang tidak bisa diremehkan. Terlebih, gadis itu masih memiliki pamannya sebagai pendukung kuat di belakang.

"Nona Ruliazer. Tolong jangan membuat keributan. Akui saja kesalahan Anda dan terima hukuman yang diberikan." geram Jonathan Triger.

Kalista hanya bisa menghela nafas. Dengan pemimpin seperti itu, bawahan yang dipilih tentu saja juga tidak bisa diandalkan. Pada akhirnya dia hanya bisa bersimpati kepada pemimpin Luxedon selanjutnya.

Gadis cantik itu kemudian memberi isyarat kepada pelayan di sampingnya. Mengerti maksud sang nona, Granet segera membentuk lingkaran sihir di sekitar mereka sebelum menyerahkan setumpuk dokumen kepada nona yang Ia layani.

"Tuan Triger, bukan begitu cara Ruliazer memutuskan. Karena sudah sampai di sini, saya akan mengajarkan Anda bagaimana cara yang benar."

"Pertama, Anda harus mengumpulkan bukti. Dan ini adalah bukti yang pelayan saya temukan atas kasus korupsi Tuan Jonathan Triger." Kalista mengangkat dokumen yang Ia pegang.

"Biar saya bacakan beberapa. Kasus penambangan liar, pemungutan pajak yang lebih tinggi dari ketentuan Ruliazer, dan pengangkatan beberapa pejabat daerah yang tak memiliki kemampuan managemen yang benar." dengan lingkaran sihir yang dibuat, suara Kalista terdengar lebih keras dari sebelumnya.
Hal tersebut memungkinkan kalimat yang diucapkan oleh gadis cantik itu terdengar oleh setiap orang di Pusat Keamanan Luxedon.

"Tsk."
"Pantas saja mereka yang aku temui begitu tak berkompeten. Ternyata mereka masuk dengan menyogok pemimpin wilayah itu sendiri." gumam Kalista tak mengecilkan suaranya sedikitpun.

Kembalinya Duchess MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang